webnovel

Ia Malu Sebagai Istri yang Tak Berguna

Karleta gelisah dan tidak bisa memejamkan matanya sama sekali.

Setelah acara pernikahan selesai, Martin mengantarkan Karleta ke sebuah mansion mewah milik Adam.

Karleta melihat ke arah jam yang terpasang di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari tapi tak ada tanda-tanda adaym akan pulang.

Karleta mencoba memejamkan matanya. Lama-lama ia tertidur juga karena kelelahan.

Di tempat lain, Adam sedang menghabiskan waktu bersama Natasya kekasihnya.

"Kenapa kamu tidak pulang, Sayang?"goda nataysya.

"Aku yakin kamu sudah tau jawabannya," balas Adam datar.

"Seharusnya ini kan malam pertamamu dengan istri mungilmu itu." Natasya tertawa kecil.

Natasya yakin istri bayaran Adam tidak akan berpengaruh sama sekali karena jauh dari kriteria Adam.

"Jangan menggodaku, kamu lebih tau bagaimana kriteriaku. Sedangkan dia tidak menarik sama sekali," ucap Adam dingin.

"Iya aku tau. Aku hanya memastikan. Kamu memang hanya untukku." Natasya mengalungkan tangannya di leher Adam.

"Puaskan aku!" perintah Adam.

"Dengan senang hati." Natasya langsung melumat bibir adaym dan berujung pada pergulatan di ranjang.

____________

Sinar matahari merayap masuk melalui celah tirai jendela. Karleta mengrejapkan matanya beberapa kali kemudian memandang jam yang terpasang di dinding seperti semalam.

Jam kini menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Karleta bergegas bangun. Ia tak ingin di cap sebagai istri pemalas.

Mengingat kata istri, karleyta menghentikan kegiatannya. Ia melihat ke arah ranjang sebelahnya yang ternyata rapi, Karleta yakin tak ada yang menidurinya dan itu tandanya Adam tak pulang semalam.

"Mungkin dia sibuk," batin Karleta.

Selesai membersihkan diri, Karleta beranjak ke luar kamar ingin melihat-lihat.

"Anda sudah bangun, Nona? Mari saya antar ke ruang makan," ucap salah seorang berpakaian ala maid dan usianya di perkirakan lima puluh tahunan.

"Kalau boleh tau, siapa nama Anda?" tanya Karleta.

"Maafkan saya. Nama saya Darsih," jawab Bi Darsih tersenyum.

"Karleta," balas Karleta tersenyum juga.

"Mari saya antar ke ruang makan," ajak Bi Darsih ramah, Karleta hanya mengangguk dan mengikuti Bi Darsih.

"Selamat pagi, Nona," sapa Martin sedikit menundukkan kepalanya.

"Pagi." Karleta tersenyum tipis.

"Setelah Anda sarapan, saya di tugaskan untuk mengantar Anda ke mall membeli kebutuhan Anda," ucap Martin.

"Saya tidak membutuhkan apapun," gumam Karleta.

"Anda harus tetep pergi, setidaknya membeli beberapa baju atau perhiasan,"ujar Martin.

"Baiklah," balas Karleta.

Setelah selesai sarapan, Karleta mengikuti Martin ke mall. Sebenarnya Karleta tidak ingin namun daripada ia jenuh, akhirnya ikut saja.

Karleta berputar-putar mengelilingi mall namun tidak ada satupun yang menarik perhatiannya, memang pada dasarnya Karleta tidak suka ke mall. Ia lebih suka ke pasar.

"Bagaimana Nyonya?" Martin memutuskan untuk bertanya karena dari tadi Karleta hanya berputar-putar saja tanpa memilih apapun.

"Aku gak tau," balas Karleta jujur.

"Pilihan beberapa baju karena nanti malam akan ada acara dinner bersama." Martin memberikan saran.

"Aku bingung, baju seperti apa yang harus aku kenakan?" tanya Karleta.

"Mari Nyonya." Martin mengajak Karleta masuk ke sebuah butik terkenal dan meminta Karleta untuk memilih.

Akhirnya Karleta memilih beberapa baju untuknya.

Martin terus memperhatikan Karleta, jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Martin merasa bersalah karena menarik Karleta dalam jurang kesengsaraan yang siap menantinya di depan nanti.

______________

Acara dinner di mulai, semua keluarga berkumpul namun Adam belum datang. Seharusnya ini acara penyambutan Karleta sebagai anggota keluarga baru.

"Dimana Adam? tanya Kakek Adam kepada Martin.

"Tuan Adam sedang dalam perjalanan kemari," jawab Martin sopan.

"Baiklah kita tunggu sebentar lagi," putus Kakek Roland.

Semua mengangguk setuju.

Di tempat lain Adam merasa malas untuk pulang namun Martin terus menelponnya dan mengatakan jika dirinya harus datang.

"Maaf saya terlambat," ucap Adam datar.

"Cepatlah duduk. Kita mulai makan malamnya!" perintah Roland.

Adam hanya mengangguk dan segera duduk di samping Karleta karena bangku itu saja yang masih kosong.

Acara makan malam berjalan lancar, Adam pamit ke kamar terlebih dahulu dengan alasan lelah.

Karleta pun pamit mengikuti Adam meninggalkan para keluarga yang masih mengobrol. Memang tidak sopan tapi Karleta ingin membantu suaminya kali-kali suaminya butuh bantuan.

"Ada yang bisa aku bantu Mas?" tanya Karleta.

Adam berbalik melihat ke arah Karleta. "Tidak ada," jawab Adam.

"Baik." Karleta merasa canggung. Sungguh suasananya terasa dingin dan kaku.

Adam masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Karleta berniat menunggu Adam selesai mandi namun ia malah ketiduran karena capek seharian muter-muter di mall.

Adam keluar dari kamar mandi dan melihat Karleta yang tertidur pulas di sofa namun Adam tak peduli apalagi harus repot-repot memindahkan Karleta ke tempat tidur.

Sungguh Adam tidak mencintai Karleta, pikirannya hanya ada Natasya.

____________

Karleta melenguh pelan, pinggang dan lehernya terasa sakit.

Ia merentangkan kedua tangannya untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku.

"Pemalas," sinis Adam yang sudah rapi dengan stelan jasnya.

"Maaf." Karleta menunduk tak enak.

Namun Adam hanya melewatinya begitu saja tanpa bicara satu patah kata pun.

Karleta sungguh malu, inilah kesan pertama yang ia berikan kepada suaminya.

Dengan bergegas Karleta membersihkan diri dan berlari menuruni tangga menuju meja sarapan untuk melayani Adam.

Namun apa yang Karleta dapat?

Ia melihat seorang wanita cantik sedang menuangkan sayur di piring suaminya.

"Wanita yang ada di pesta itu, Natasya," batin Karleta.

Karleta berjalan pelan menuju meja makan. Entah perasaan apa yang kini Karleta rasakan, Karleta tak tau.

"Lihatlah istrimu begitu rajin," sindir Natasya.

Adam hanya melihat Karleta sekilas kemudian mengalihkan pandangannya kembali.

Hati Karleta mencelos, ia malu sebagai seorang istri tidak berguna.

Sedangkan Natasya tersenyum miring melihat Karleta.

Natasya yakin, Adam hanya miliknya dan tidak akan pernah berpaling darinya.

Karleta bukanlah apa-apa di mata Natasya, dia tidak ada artinya dan tak berpengaruh apapun.