webnovel

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasy
Not enough ratings
89 Chs
avataravatar

Bab 75. Kembali ke Tanaru

Pelayaran itu tak terlalu lama. Sampai di pantai daratan raya matahari baru condong ke sepertiga bola langit barat. Mereka disambut dengan penuh haru biru dan seruan-seruan yang membahana dari ribuan manusia yang tumpah ruah di pelabuhan.

La Mudu dan Mutri Mantika melambai-lambaikan tangan kepada seluruh penyambut mereka itu. Dan yang paling dicari oleh La Mudu di antara ribuan manusia di bawah sana adalah gurunya, Dato Hongli, kekasihnya Meilin dan kedua orang tuanya. Matanya terarahkan oleh sebuah kain merah lebar yang dikibarkan seperti sebuah panji. Ternyata di bawah bendera merah itu berdiri orang-orang yang dicari dan sedang melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Dengan girang La Mudu membalas lambaian tangan mereka.

“Dik, itu adalah calon kakak iparmu, Meilin. Dia bersama kedua orang tuanya dan guru Hongli,”La Mudu memberitahukan kepada Putri Mantika sembari menunjuk ke arah di mana orang-orang yang dimaksudkannya.

“Di mana, Kak...?”

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com