webnovel

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasy
Not enough ratings
89 Chs

Bab 38. La Mudu Ikut Tanding Sayembara

La Mudu menyadari, bahwa laki-laki iblis di depannya pelan-pelan ingin mengusut tentang dirinya. Sebenarnya ia dapat membunuh laki-laki tua di depannya dengan sangat muda, apalagi saat itu posisi musuh besarnya itu dalam keadaan paling lemah. Namun jika ia melakukannya saat itu, maka itu sebuah tindakan yang kurang cantik, dan sama sekali bukan tindakan seorang pendekar sejati. Ia ingin mengirim laki-laki di hadapan ke neraka dengan cara yang terhormat denga bertempur di tempat yang terbuka, sebagai layaknya antara dua jawara sejati.“Nama guru hamba Nyonya Mei, Yang Mulia. Beliau pendatang dari Negeri Sinae.”Ia sengaja berkilah dan meminjam nama depan Meilin, kekasihnya.

Dalam hati La Turangga tertawa ketika mendengar nama Meilin dibawa-bawa oleh sahabatnya di sampingnya. Untuk menyamarkan senyum yang muncul di wajahnya, ia pun berpura-pura mengusap-usap bagian hidungnya dengan tangan kanannya.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com