webnovel

Pendekar Mayat Bertuah

Sanjaya adalah pemuda yang berniat untuk membalas semua tindakan kejahatan dari sang paman. Dia pemuda sakti pewaris dari pendekar yang sudah meninggal dunia. Pemuda ini memiliki ajian mustika peninggalan sang ayah. Demi menumpas kejahatan, banyak pengorbanan yang harus dilaluinya. Apakah Sanjaya akan berhasil? Apakah Santana mampu menumpas kejahatan?

Mas_Hudi_6902 · War
Not enough ratings
152 Chs

Sanjaya Anak Ajaib

sungguh diluar dugaan sebuah kotoran yang semestinya lembek dan becek itu tiba-tiba saja berubah menjadi keras, lalu seolah belum percaya dengan apa yang dia lihat Pak Santo nampak menggoyang-goyang wadah yang sudah berisi dengan dua gundukan kotoran itu, dan sungguh ajaib karena begitu digoyang-goyang tiba-tiba dua gundukan kotoran itu pun langsung menggeliding di atas wadah tersebut dan juga mengeluarkan suara gemericik akibat dari benturan dari keduanya, dan Pak Santo sendiri rupanya juga belum menyadari bahwa bau busuk yang semula begitu menyengat kini juga sudah tidak tercium lagi.

Merasa penasaran dengan apa yang dia lihat itu akhirnya Pak Santo pun langsung bergegas keluar dari dalam kuil, dan betapa terkejutnya Pak Santo karena begitu sudah berada di luar kuil dan cuaca luar yang sudah terang dia melihat dua gundukan kotoran itu kini telah berubah menjadi dua buah bongkahan kecil yang berwarna kuning keemasan, rasa kagum dan terkejutnya itupun semakin bertambah manakala sinar matahari pagi menerpa dua bongkahan kecil itu dan kemudian memantulkan sinar kilauan yang begitu indah.

"Hah! Apakah yang aku lihat ini? Benarkah ini emas? Hoh ... siapakah anak yang bisa mengeluarkan kotoran emas seperti ini?" ujar Pak Santo bertanya dalam keheranannya.

Rasa kagum dan terkejutnya itupun semakin bertambah manakala sinar matahari pagi menerpa dua bongkahan kecil itu dan kemudian memantulkan sinar kilauan yang begitu indah.

"Hah! Apakah yang aku lihat ini? Benarkah ini emas? Hoh ... siapakah anak yang bisa mengeluarkan kotoran emas seperti ini?" ujar Pak Santo bertanya dalam keheranannya. Lalu setelah itu Pak Santo pun segera mengambil dan membersihkan dua bongkahan kecil emas itu dan kemudian kembali melanjutkan tugasnya untuk membersihkan kuil. Dan setelah selesai Pak Santo pun langsung pulang ke rumah untuk menyimpan barang istimewa hasil temuannya itu.

"Nah, sekarang aku akan mencari tahu dari anak-anak itu, siapa diantara mereka yang semalam telah berak di dalam kuil," ujarnya sambil beranjak keluar dari rumah.

Lalu mulailah Pak Santo mendatangi rumah mereka satu persatu, dan karena memang sudah mengenali semua maka Pak Santo pun tidak butuh waktu lama untuk melakukannya, di rumah pertama yang dia sambangi Pak Santo tidak berhasil menjumpai anak yang dia cari, lalu kemudian dia langsung beralih ke rumah anak yang kedua dan lagi-lagi Pak Santo gagal menjumpainya, begitulah berulang seterusnya, hingga akhirnya sampailah Pak Santo pada giliran anak yang ketujuh Pak Santo berhasil menjumpai dan bahkan langsung lengkap semuanya.

Itu tidak lain karena para anak-anak itu sudah menduga kalau mereka pasti akan dicari oleh Pak Santo dan karena tidak ingin menghadapi sendiri makanya mereka berkumpul di situ, lalu disaat Pak Santo itu datang remaja yang bernama Mandala langsung berdiri dan bersiap untuk menyambut kedatangan juru kunci kuil itu sedangkan yang lain terlihat hanya berdiri berjajar di belakangnya. Dan karena merasa tidak bersalah maka Mandala pun terlihat begitu tenang menyambut kedatangan Pak Santo, tidak sedikit pun nampak panik apalagi takut dalam raut wajah remaja berusia tujuh belas tahun itu.

Ekspresi wajah yang sama pun juga nampak diperlihatkan oleh Pak Santo, orang yang dianggap kedatangannya itu akan meluapkan amarah tapi nyatanya justru datang menghampiri mereka dengan wajah yang terlihat sumringah dan senyum yang mengembang.

"Sampurasun ... anak-anak semua ..." ucap Pak Santo memulai dengan mengucapkan salam. Mendengar ucapan salam dari orang yang dikira datang akan memarahi membuat anak-anak itu langsung merasa kaget, nampak anak-anak itu saling pandang satu sama lain, lalu merasa ucapan salamnya tidak ada yang menjawab maka Pak Santo pun kembali mengucapkan salam untuk yang kedua kalinya.

"Sampurasun anak-anak sekalian ..." ujarnya dengan suara agak keras.

"Ra, ra, rampes Pak Santo ..." jawab para anak-anak itu terdengar agak sedikit gugup, bukan karena takut namun karena merasa aneh dan sedikit bingung.

'Lho Pak Santo kok kelihatannya biasa-biasa saja, dan nampak tidak marah sama sekali, apa jangan-jangan ini hanya pura-pura? Biar kita mau disuruh membersihkan kotorannya Sanjaya itu? Idih ... ogah banget!' begitulah kira-kira ujar anak-anak itu dalam hati mereka.

"Begini anak-anak semua ... pasti kalian sudah mengetahui apa maksud dari kedatangan Bapak kemari kan ...?" ujar Pak Santo yang langsung disahut oleh Mandala.

"Benar Pak Santo, kita semua memang sudah tahu dengan maksud Bapak datang kemari, pasti Bapak mengira bahwa kami inilah yang telah berak di dalam kuil itu kan?" ujar Mandala dengan langsung melemparkan tuduhannya.

"Benar anak-anak ... siapakah diantara kalian yang semalam berak di kuil itu?" tanya Pak Santo dengan wajah terlihat sangat berharap.

"Sanjaya Pak," jawab Mandala dengan santainya.

"Sanjaya? Bocah kecil itu?" tanya Pak Santo meyakinkan.

"Benar, memangnya kenapa Pak? Bapak kalau mau marah, jangan sama kami, sana marah saja dengan Sanjaya," ujar Mandala nampak membela diri dan teman-temannya.

"Enggak ... Pak Santo tidak marah, baik sama kalian maupun sama Sanjaya, malah justru saya berharap supaya tiap hari Sanjaya mau berak di dalam kuil itu," jawab Pak Santo terdengar sangat aneh bagi Mandala dan teman-temannya.

"Kok begitu?" timpal Mandala balik bertanya.

"Ya karena saya suka saja dengan kotoran Sanjaya. Sudahlah kalau begitu saya mohon pamit dulu, karena saya akan mencari Sanjaya ke rumahnya," balas Pak Santo, kemudian dia pun segera bergegas meninggalkan tempat itu dan langsung menuju ke rumah Sanjaya.