webnovel

Bab 3. Pertanyaan Ku

Telah ada sebenarnya bila akal seharusnya berfikir saat ragu dan kegelisahan tak pernah menjadi teman sejati di kehidupan. Aku telah berada di alur yang bagi aku, mungkin adalah kesuraman. Walaupun langkah kaki terus diayunkan tapak demi tapak pada bayangan gelap tak bertepi akan akhiran tujuan. Dan diri yang belum bisa untuk meyakinkan prinsip kala tujuan adalah persimpangan tampa papan petunjuk tujuan akhir di ujung-ujung jalan persimpangan.

Aku dan keinginan ternyata tak sehati dalam menjalani kehidupan, begitu juga aku dengan impian di kala itu.

" Apakah hidup adalah kekejian

kenyataan … ? "

Wahai waktu … ! aku hanyalah seorang anak ingusan yang terus melangkah dalam ketidak-pastian. Dan kegelisan tak pernah bosan untuk merangkai tanya dalam jiwa ku akan kehidupan.

Makna Hidup

Asa terbayang dan membayang

Mengiringi langkah bimbang menapak

Kala tujuan memberi pilihan

Bias membentang dan cahaya mulai redup

Fatamorgana seharusnya indah

Dan pelangi pun enggan menampak

Berucap, Mencoba memanggil akal

Pikiran mencoba hadir lewat ucapan

Kenyataan pun hadir menunjukan pribadinya

Cerianya adalah dukanya

Dukanya adalah cerianya juga

Yang secara kasat mata,

Pribadilah yang mengetahuinya

Sang fajar menunjukan kekuatannya

Sang rembulan menunjukan kesejukannya

Dari yang datang, Tinggal dan pergi

Adalah pribadi dengan kisahnya

IR. Said

Mungkin adalah kesalahan ketika rasa kehilangan ini telah merengut semua kesadaran akal sehat agar dapat menempatkan pola pikir pada kedudukan yang sebenarnya. Namun umur aku masih terlalu muda untuk berdiri kokoh pada kenyataan yang tak pernah memihak pada keinginan-keinginan kami, kelompok anak-anak yang merasa kehilangan dengan berbagai alasan pribadi kami masing-masing yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah tingkat Pertama ( SMP ), dan seharusnya adalah ketakutan para wakil TUHAN yang telah membawa aku dan teman-teman aku ke dunia ini.

Aku telah memilih keputusan yang salah ketika kegelisaan membuka ruang debat antara kesadaran dan ketidak-puasan tadir mempermaikan emosional jiwa yang menghadirkan pertanyaan-pertanyaan konyol yang akhirnya memenangkan perdebatan dalam benak :

" Kok beda yang di berikan ke saudara ku dari pada yang diberikan ke

aku .. ? "

" Aku ini anak siapa … ? "

" Benarkah aku ini anak dari kedua orang tua ku …? "

Salahkah ungkapan itu harus hadir walaupun hanya hati kecil ku yang mengetahui ini agar bisa memaki kegelisahan ketika rasa sepi itu kembali hadir di keramaian. Dimana akal sehat tak mampu memberikan petunjuk di papan petunjuk disaat diri telah berdiri di persimpangan jalan kehidupan yang memberi pilihan tampa petunjuk pasti akhir ujung jalan untuk menyapa sang takdir yang telah menunggu di setiap ujung jalan persimpangan jalan kehidupan tersebut.