webnovel

[Bonus chapter] - C-Owl

Bertepatan pada saat Cien sibuk membangun penginapan di Death Valley, Legia yang menunggu kedatangan Signa, Putri Sravati yang mengambil alih komando pasukan Earl Freiren, dan Reiss yang pusing dengan situasinya sendiri.

Jauh dari konflik di Blackwinter, bertempat di kota paling barat Kerajaan Westya, Kota Almarin.

Kota pinggir laut di mana para penduduknya selalu terlihat bahagia dengan berbagai tangkapan berbagai jenis ikan yang disuguhkan oleh dewi laut.

Tidak jauh dari pinggir laut inilah, terdapat sebuah kediaman besar yang dijadikan sebagai fasilitas panti asuhan.

Pasti asuhan itu bernama C-Owl. Di depan gerbang kediaman, terdapat lambang panti asuhan yang dirangkai dari besi. Lambang tersebut memperlihatkan seekor burung hantu yang memegang sebuah koin dengan angka seratus.

Panti asuhan C-Owl telah berdiri sejak tiga belas tahun yang lalu. Fasilitas ini dibuat oleh seorang Baron di selatan Westya. Kini C-Owl merupakan salah satu panti asuhan terbesar di Westya, yang mempunyai cabang hampir di setiap kota dalam Westya.

Dalam sebuah kamar dengan balkon terbuka pada kediaman tersebut. Seorang wanita paruh baya, sedang duduk di kursi kerjanya, sambil memeriksa sebuah dokumen di meja.

Sesekali wanita tersebut tersenyum ketika mendengarkan suara gelak tawa dari anak-anak yang bermain di halaman belakang.

Tidak jauh dari tempat wanita tersebut bekerja, seorang wanita paruh baya lain dengan tubuh yang agak gemuk berdiri dengan wajah masam.

Wanita yang bekerja pun selesai memeriksa dokumen yang sedang dibacanya, lalu menurunkan pena di tangan. Dia seketika melihat wanita gemuk yang sedari tadi menunggunya.

"Kenapa wajahmu seperti itu, Binya?"

"Aish, lihat ini Nyonya! Nona Muda lagi-lagi mengirimkan uang gajinya ke kita! Lihat jumlahnya, ini mungkin semua gaji milik Nona Muda!"

Ujar Binya yang mendekati meja dan menaruh satu kantong penuh koin uang yang baru diterimanya tadi pagi. Kantong itu dikirim oleh seorang adventurer dari Kota Ethyria.

Melihat kantong tersebut, wanita yang dipanggil Nyonya oleh Binya hanya tertawa kecil.

"Sudahlah biarkan saja. Ini mungkin memang kemauan dari Kirana. Apa jumlahnya sama seperti bulan kemarin?"

Binya memperlihatkan raut agak bersedih.

"Lebih banyak lima ratus Tia."

"Hmm, kalau begitu masukkan ke dana kita yang dipersiapkan untuk membeli buku. Saya dengar ada anak-anak yang mulai tertarik menjadi alkemis. Buku kita tentang alkemi pemula sangat sedikit, prioritaskan mencari subjek tentang ini."

"Sigh… baik, Nyonya…" ucap Binya dengan agak lirih.

Wanita itu kembali tertawa kecil, "Masih kenapa lagi denganmu?"

"Bukan kenapa, Nyonya! Kalau Nona Muda terus mengirimkan gajinya ke panti, apa nanti Nona Muda punya dana simpanan untuk berkeluarga?! Nona Kirana sudah dewasa, tapi kenapa sampai sekarang masih belum juga terdengar kabar adanya lelaki untuk dipinang…"

"..."

Wanita itu… ibu kandung dari Kirana Kataleya, yakni Ethel Kataleya, terdiam mendengarkan ocehan Binya.

Binya merupakan bendahara utama dari C-Owl, dan telah menduduki jabatannya sejak panti asuhan itu didirikan oleh suami Ethel.

Oleh karena itu, bagi Binya, yang melihat Kirana tumbuh sejak kecil dan melewati masa kelam ketika kehilangan ayah kandungnya. Telah menganggap Kirana sebagai anak atau keponakannya sendiri.

Sekarang mendengar Kirana yang menyibukkan diri dalam pertarungan melawan monster dan kriminal hari demi hari. Tanpa satu pertanda pun akan keinginan sang gadis untuk berkeluarga, membuat dirinya cemas.

"Hahaha, biarkan saja dia sibuk pada pekerjaannya. Toh, Kirana masih muda."

"Masih muda? Menyibukkan diri? Nyonya, lihat saya. Tahun ini umur saya 43 tahun! Akibat menyibukkan diri dalam pekerjaan untuk membangun C-Owl sampai seperti ini, apa yang saya korbankan? Masa muda saya, Nyonya! Masa romantis anak muda, masa pernikahan… ugh! Sekarang saya hanyalah seorang perawan tua…"

"..."

Sungguh Ethel tidak tahu harus berkata apa mendengar ratapan nasib dari Binya.

"Apa Nyonya mau Nona Muda menjadi perawan tua seperti saya?"

"Tentu saja tidak."

"Tuh, kan! Tentu saja Nyonya setuju, sebagai janda tua, Nyonya tidak ada bedanya dengan saya. Nyonya pasti tidak mau Nona Muda merasakan hal yang sama."

Mendengar ucapan itu, urat-urat kesal di wajah Ethel seketika keluar.

'Siapa yang kau panggil janda tua?!'

Knock Knock!

Pada waktu Ethel ingin membalas ucapan Binya, suara ketukan tiba-tiba terdengar. Kedua wanita paruh baya dalam ruangan seketika terdiam saling bertatap.

Binya lalu merapikan bajunya, memakai kacamata bulat yang ada di sakunya, mundur lalu berdiri tegap sempurna di depan meja Ethel.

Melihat tingkah Binya, Ethel sungguh terhibur. Bila keduanya sedang sendiri, Binya selalu bertingkah bagai seorang tetangga atau saudara cerewet. Tapi ketika ada orang lain, Binya akan memperlihatkan dirinya yang profesional dan berwibawa.

Ethel tertawa terkekeh di dalam dirinya, sebelum mempersilahkan orang yang mengetuk untuk masuk.

Pintu terbuka, seorang laki-laki muda sekitar umur dua puluhan masuk.

Laki-laki tinggi dengan raut dingin di wajahnya yang tirus dan mata sipit berwarna hitam. Rambutnya hitam pendek dengan poni yang cukup panjang menutup kedua alisnya. Laki-laki tersebut berpakaian rapi, kemeja putih berlengan panjang dengan rompi hitam kebiru-biruan. Di kedua tangannya dia mengenakan sarung tangan putih, dengan simbol C-Owl.

"Maaf mengganggu, Nyonya. Oh, ada Ibu Binya juga di sini. Maaf bila mengganggu diskusinya."

"Tidak apa, Arl. Ada apa?"

Lelaki bernama Arl itu pun dengan sopan mendekati meja Ethel lalu menaruh sepucuk curat di atas meja.

"Baru saja kami menerima surat dari Nona Muda Kirana melalui Sonic Bird."

Sonic Bird, adalah burung kecil yang mampu terbang dengan cepat. Sonic Bird dipakai oleh berbagai kerajaan sebagai alat pengiriman surat menyurat. Setiap kerajaan biasanya mendirikan divisi pos, untuk setiap warganya agar dapat mengirimkan surat ke luar kita atau kerajaan.

Bukan saja kerajaan, beberapa keluarga besar, dan perusahaan besar pun biasanya merawat dan memelihara Sonic Bird sendiri. Karena bagi mereka, memakai jasa pos milik negara akan membuat rahasia dokumen yang mereka kirim bisa diketahui berbagai pihak.

Begitu pula dengan C-Owl. Sekitar lima tahun lalu, Ethel membeli puluhan telur Sonic Bird untuk dijadikan alat informasi panti asuhannya. Dan satu dari Sonic Bird itu, ada di tangan Kirana.

Ethel mengambil surat lalu membaca isi yang disampaikan Kirana. Waktu cukup berlalu untuk Ethel dapat mencerna semua isi yang dibeberkan oleh putrinya.

Setelah selesai, Ethel menghembuskan napas panjang.

"Ada apa, Nyonya?" Tanya Binya, yang merasa cemas setelah melihat raut gelisah dari Ethel.

Ethel memperlihatkan senyum kering, "Sepertinya, masa kekacauan akan segera datang."

"Masa kekacauan?" Arl mengernyit mendengarkan ucapan Ethel.

"Hm, saat ini Kirana berada di Marina. Dari situasi yang dilihatnya selama di Farnodt, dia mengatakan kalau besar kemungkinan terdapat penyusup dari Abyss di petinggi pemerintahan Kerajaan Farnodt. Ah, dan rumor tentang persengkongkolan antara Huntara dan Abyss pun ternyata memang tidak benar.

"Selain Kirana di Farnodt. Duke Grenhall di Ethyria juga memulai penyelidikan akan adanya penyusup di kotanya. Duke Grenhall dan Kirana berpendapat kalau penyusup dari Abyss pasti telah ada di setiap kerajaan."

"Apa saya perlu menyelidiki penguasa Almarin juga, Nyonya?" Usul Arl yang merupakan kepala intel dari C-Owl.

"Hmm, untuk jaga-jaga, lakukan saja. Tapi jangan terlalu dalam, kita tidak mau membuat orang-orang itu sadar akan kemampuan C-Owl saat ini."

Arl mengangguk setuju, lalu dia seketika teringat sesuatu.

"Ah, kalau tidak salah. Bulan lalu saya mendapatkan kabar dari selatan kalau terdapat pergerakan mencurigakan dari Viscount Karras."

"Mencurigakan?"

"Iya. Terdapat banyak imigran masuk ke wilayahnya. Asal imigran itu belum diketahui, tapi melalui orang-orang kita yang berada di sana, mereka menyebutkan kalau imigran tersebut seperti korban perang."

"Setahu saya tidak ada perang di selatan Kastia," timbal Binya yang merasa aneh.

"Setahu saya pun begitu, Ibu Binya. Oleh karena itulah ini sangat mencurigakan, terlebih anehnya lagi, setiap imigran itu harus menghadap ke Viscount di kediamannya."

Mendengar itu, Ethel mengernyitkan alisnya, "Apa yang diinginkan, orang genit itu?"

Arl mengangkat bahunya. Dia lanjut berkata kalau informasi masih belum jelas, makanya dia belum melaporkannya ke Ethel. Ditambah lagi, Arl pun tahu akan ketidaksukaan Ethel terhadap Viscount Karras.

Kenapa?

Karena pada satu tahun terakhir, sang Viscount dari selatan Westya itu setiap minggunya selalu mengirimkan surat cinta kepada Ethel. Dengan harapan ingin meminang sang janda sebagai istrinya yang ketiga.

Pada awalnya, Ethel menganggap surat-surat itu sebagai candaan. Karena bahasa yang dipakai Viscount Karras terlalu hiperbola yang menjurus ke menjijikkan.

Namun waktu berlalu, Ethel pun menjadi kesal. Dia mengirim pesan agar sang Viscount berhenti. Tapi bukannya berhenti, malah surat dari Viscount semakin lama semakin tebal. Dengan berbagai usulan rancangan rencana bila mereka menikah nanti.

Seperti nama anak kalau Ethel melahirkan anaknya. Posisi Kirana yang akan dijadikan ksatria di wilayahnya. Masa depan C-Owl, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya Ethel hanya bisa mengabaikan setiap surat dari sang Viscount. Menanggapi hal ini, Arl sebagai kepala intel pun menyuruh orang yang menerima surat dari Viscount untuk disimpan saja di brankas dokumen. Tidak dikirimkan ke Ethel, takut-takut tekanan darah sang Nyonya malah naik.

Sekarang di sinilah situasinya berada. Orang yang diabaikan oleh Ethel, saat ini malah harus diperhatikannya karena tindakan mencurigakan.

Ethel memijit-mijit keningnya, merasa pusing setiap kali nama Karras didengarnya.

"Arl, investigasi imigran-imigran itu! Tidak perlu melakukan kontak dengan Viscount. Ah, sekalian cari tahu apakah ada anak-anak terlantar di sana! Selain itu, perintahkan juga mereka yang ada di Ethyria dan Rostgard untuk mengamati pergerakan Duke Grenhall dan keluarga kerajaan."

"Dimengerti, Nyonya."

"Binya, hubungi para pedagang dari tanah pasir. Cari tahu apakah ada rumor pembantaian di selatan Kastia."

"Siap laksanakan, Nyonya."

Keduanya pun pergi untuk mengerjakan perintah yang didapatnya.

Ethel yang kini sendirian, mendesah pelan. Dia menyandarkan diri di kursi lalu melihat ke sampingnya. Di mana sebuah lukisan portrait tergantung di dinding.

Lukisan yang menggambarkan dirinya duduk di kursi dengan Kirana kecil berdiri manis di sisi kanannya.

Mata Ethel lalu menuju ke sosok lain yang berdiri di samping kirinya, sosok seorang lelaki berambut putih, yang merupakan mendiang suaminya.

"Janda tua, kah… Cien, apa menurutmu keputusanku untuk tidak menikah lagi salah? Apa pendapatmu melihat Kirana sekarang? Sigh… Cien, aku rindu padamu…"