webnovel

Pemilik Hati Dinara

Suatu hari Hana Dinara atau biasa dipanggil Ara menghadiri suatu acara yayasan amal yang dibangun kakeknya untuk membantu antar sesama. Disana Ara bertemu dan berkenalan dengan Abrar yang merupakan anak dari teman kakeknya yang juga berkontribusi dalam pembangunan yayasan tersebut. Ara yang sebenarnya biasa saja menjadi tidak biasa semenjak kehadiran Abrar. Hingga suatu hari,neneknya berkata ingin kalau Ara bertunangan dengan seorang pria yang merupakan cucu dari salah satu teman kakeknya saat bersekolah dulu. Mampukah Ara mempertahankan kedekatannya dengan Abrar, atau haruskah Ara mewujudkan keinginan neneknya untuk bertunangan dengan pria yang sam sekali belum ia kenal?

Queen_Artemis89 · Teen
Not enough ratings
17 Chs

INGATAN

Ara menghempaskan tubuh letihnya di atas ranjang king size miliknya. Pembicaraan dengan neneknya tadi membuat Ara merasa bingung. Ara tidak kuasa untuk menolak permintaan neneknya, namun di satu sisi Ara belum siap dengan keadaan yang akan terjadi kedepannya. Entahlah, Ara takut untuk membayangkannya, meskipun sebenarnya Ara sangat tergiur untuk mencobanya.

flashback on

"Apa yang ingin nenek bicarakan sama Ara?",tanyanya langsung. Saat ini Ara dan Amora berada didalam mobil untuk pulang kerumah.

Amora yang sedang menatap keluar jendela mengalihkan tatapannya ke arah Ara yang bertanya. " Apa Ara percaya kepada nenek dan kakek..?"

Ara bingung dan mengerutkan dahinya. Tanpa fikir panjang Ara pun menganggukan kepalanya.

"Apa Ara mau menuruti keinginan nenek?"

Ara yang tidak mengerti semakin bingung dengan pertanyaan ambigu yang dilontarkan Amora." Apa maksud neneknya berkata seperti itu? batinnya."

Amora menatap lembut Ara dan mengusapnya sayang. " Nenek ingin minta satu hal dan nenek harap Ara bisa mengabulkan permintaan nenek.." lanjutnya lagi

"Apa itu nek..?"

"Apa Ara mau menjalin hubungan dengan anak dari teman kakek..?"

Terkejut, pasti. Bingung, apalagi. Namun Ara masih setia diam dan belum menjawab apa yang menjadi permintaan neneknya. "Menjalin hubungan? dengan anak teman kakeknya? siapa? apa Ara pernah bertemu dengan teman kakeknya?, pikirannya berkecamuk saat ini.

Amora yang menyadari keterdiaman Ara memakluminya. Mungkin ini terlalu cepat untuk Ara, namun Amora tidak ingin menundanya terlalu lama. Amora yakin dengan hatinya, bahwa pilihannya tidak akan salah..

"Apa nenek bisa memberikan Ara waktu? jujur saja Ara masih belum bisa mencerna ini semua..?" pintanya

Amora mengembuskan nafas lega, setidaknya Ara masih mau mempertimbangkan keinginannya. "Baiklah, nenek akan memberikan Ara waktu, tapi nenek harap Ara mau mengabulkan permintaan nenek.."

Ara hanya hanya mengangguk tanpa memberikan jawaban. Lalu Ara pun mengalihkan kembali wajahnya ke kaca mobil untuk merenungi permintaan neneknya. Hingga akhirnya mereka sudah sampai dan dengan cepat Ara meminta izin untuk kembali ke kamar karena sudah merasa kelelahan.

Flashback off

°°°°

Dari luar kamar, terdengar ketukan yang memanggil nama sang pemilik untuk segera bangun dari tidur panjangnya. Namun sampai sekarang, sang penghuni pun masih setia bergelung di dalam kamar indah miliknya. Meskipun matahari yang sudah beranjak naik sedari tadi tidak dihiraukannya yang ada malah ia menarik tinggi selimutnya agar tidak terkena bias matahari yang memasuki celah kamarnya.

"Ara bangun....!!"

Ketukan di pintu kamar yang tadi pelan kini berubah menjadi gedoran yang kuat. Kebisingan dari luar kamar akhirnya membuat sang empu semakin kesal.

"Jangan berisik..." teriaknya dari dalam.

Ketika tidak terdengar lagi gedoran kuat di pintunya, Ara kembali membenamkan tubuhnya kedalam selimut, tetapi ketika hendak memejamkan matanya kembali, pintu kamar tersebut terbuka dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang sangat kuat.

"Astaga, apa yang kau lakukan dengan pintu kamarku..?" decaknya keras sambil menatap tajam orang yang membuka pintu kamarnya..

"Salah sendiri kenapa belum bangun dari, padahal aku sudah membangunkanmu sedari tadi. Apa kau tidur mati hingga tidak mendengar teriakanku sedari tadi? ugh...leher ku sakit kebanyakan berteriak!!"

" Salah mu sendiri, kenapa pagi - pagi kau kesini? apa kau lupa kalau hari ini weekend Ana..?"

Ana menghembuskan nafas dengan pelan. Teman Ara sedari kecil ini sangat mengenal bagaimana sifat temannya satu ini. Mereka selalu bersama, sejak dari bersekolah di taman kanak - kanak hingga sekarang membuat Ana tau bagaimana sifat yang teman baiknya.

"Kau sudah janji padaku Ara, hari ini kita akan pergi ke mall karena ada peragaan makeup di sana.." Ana melangkah mendekati Ara dan menarik selimutnya dengan hentakan kuat.

"Ana... besok saja ya perginya? Aku lagi malas pergi saat ini? rengeknya sambil menarik kembali selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Ana yang geram melihat kelakuan Ara berjalan ke arah balkon kamar dan membuka nya lebar agar cahaya matahari masuk kedalam seluruh ruangan kamar

Ara yang merasakan silau langsung menuruni ranjang dan berjalan dengan cepat mengarah ke balkon Yang di buka Ana tadi dengan menutupnya kembali.

Namun Ana tidak menyerah. Ketika pintu ditutup kembali dengan sigap Ana kembali membukanya, membuat Ara kesal setengah mati dengan kelakuannya.

"Ana...kemari. Akan ku tarik rambutmu dengan kencang...!!

Ana yang melihat gelagat kemarahan Ara berlari berkeliling kamar agar tidak tertangkap dan dijadikan pelampiasan kemarahan Ara yang terlihat mengerikan. Namun nasi telah jadi bubur, "Sial, aku membangunkan macan tidur...", lirihnya sambil berlari menghindari kejaran Ara yang terlihat hampir mendekati dirinya.

Ketika Ana sudah sampai didepan pintu kamar untuk keluar kamar, jeritan tertahan Ana keluar karena Ara menarik lengannya hingga ia terdorong kebelakang. Padahal tinggal sedikit lagi ia sampai keluar.

Dengan pasrah, Ana tersenyum lebar agar tidak mambuat Ara semakin marah. Satu hal yang Ana lupa, Ara sangat membenci waktu tidurnya terganggu.

"Ampun Ra...ampun...." rengek Ana ketika tubuhnya di pukul Ara dengan bantal. Tidak kuat memang, tapi tetap saja tubuhnya bisa sakit - sakit semua kalau di pukul seperti ini.

Ara yang mendengar rengekan Ana menghembus nafas dengan kasar.Dengan kantuk yang sudah menghilang membuat paginya menjadi anjlok seketika. Niat ingin tidur seharian digagalkan teman baiknya satu ini.

Dengan kesal Ara mendudukan diri di lantai beralas karpet sambil menatap tajam temannya satu ini. "Aku sebenarnya sangat malas untuk beranjak dari dalam kamar, tapi kau sudah datang kemari membuatku harus menahan kesal. Kau harus ganti rugi, waktu tidur berhargaku terbuang dengan percuma...!!"

Ana menghela nafas, seakan tau kalau hal ini akan terjadi. Namun mau bagaimana lagi, kalau saja peragaan makeup nya tidak diadakan di hari libur, mungkin ia tidak akan membangunkan macam tidur saat ini. Namun untuk sekarang Ana harus membujuk dan merayu Ara agar mau pergi ke sana, sungguh Ana tidak berbohong kalau ia sangat menantikan acara tersebut.

"Baiklah...jadi apa yang kau inginkan..?

Ara berpura - pura berfikir. " Aku ingin satu set makeup, komplit, tidak ada satupun yang kurang. Baru aku memaafkanmu..." Ujarnya

Ana berdecak mendengar permintaan Ara. " Baiklah...Baiklah..tapi sekarang kau harus bersiap karena sebentar lagi acara nya akan dimulai dan ingat, kalau kau ingin peralatan makeup seperti yang kau inginkan kau harus selalu berada di dekatku dan tidak meninggalkan ku sendirian seperti seperti orang bodoh...mengerti!!"

Ara tergelak mendengar perkataan Ana barusan. Setelah puas tertawa, Ara beranjak berdiri dan berjalan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Namun, sebelum ia menutup pintu kamar mandi, Ara menyempatkan dirinya untuk menghadap ke Ana...

"Ana"... panggil Ara. Ana menoleh dan mengerutkan alisnya, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya..

"Josh titip salam, dia bilang kepadaku kalau kau bertambah gemuk setiap harinya, jadi dia menyarankan kau untuk diet..."

Setelah mengatakan itu, dengan cepat Ara menutup pintu kamar mandi dan benar saja, tidak lama setelahnya pendengarannya menangkap barang yang dilempar hingga menghasilkan bunyi yang kuat.

Ara semakin tergelak dengan kuat, menghiraukan jeritan ana dari luar karena Ara tau, Ana sangat membenci kata - kata tersebut. Jadi bukan salah Ara kan membalas Ana? Jadi skor mereka satu sama..