webnovel

Sang Pengacara Muda

Kresna berjalan dengan langkah yang cepat. Setelah menyelesaikan sebuah sidang dan dirinya kembali memenangkan kasus yang dibahas di dalam sidang itu, Kresna memang langsung dipanggil oleh Pramono, selaku atasannya sekaligus pemilik firma hukum tempatnya bekerja saat ini.

Kresna yakin maksud dan tujuan Pramono untuk bertemu dengannya adalah tidak lain untuk memberikan segudang pujian setelah dirinya kembali mengukir prestasi. Akan lebih bagus jika Kresna diberikan hadiah atau bonus lain, meski hal ini sangat mustahil mengingat Pramono sangat pelit. Namun, berharap sedikit juga tidak ada salahnya, bukan?

Kasus yang baru saja dimenangkan oleh Kresna sebenarnya sebuah kasus yang dianggap sepele oleh kebanyakan orang. Perundungan siswa SMA yang dilakukan pada salah satu siswa lainnya yang terbilang lemah dan tak sesuai level kehidupan mereka. Biasanya kasus seperti ini hanya akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan dengan iming-iming uang, yang kerap membuat Kresna muak. Berkat kegigihannya, ia akhirnya berhasil menuntut sang pelaku tanpa mau disuap oleh orang tua dari pelaku itu sendiri.

Sebab bagi Kresna, hukum tetaplah hukum. Meski usia pelaku masih 18 tahun, hukum harus tetap dijalankan. Jika dibiarkan dan diselesaikan dengan uang, maka pelaku yang masih muda itu akan semakin liar serta tidak terkendali. Oleh sebab itu, Kresna bersikeras menjebloskan sang pelaku ke penjara agar ada efek jera. Sementara untuk Kresna sendiri, kasus itu tentu saja kembali membuatnya menjadi menang sejak dirinya menerima gelar sebagai advokat.

Kembali pada kegiatan Kresna saat ini, yang menunjukkan bahwa dirinya telah sampai di ruang kerja Pramono. Sesaat setelah mengetuk, kemudian membuka pintu dari ruangan tersebut, Kresna lantas masuk. Ia berdiri di hadapan Pramono yang masih tampak sibuk. Detik berikutnya ia lantas membungkukkan tubuhnya untuk memberikan salah kehormatan terhadap sang atasan.

"Selamat siang menjelang sore, Pak Pram!" sapa Kresna begitu antusias.

Pramono pun mulai bersedia untuk mengubah sikap. Ia menyandarkan tubuhnya dan mengabaikan pekerjaannya dalam sejenak waktu. Sementara matanya menatap pria muda itu, bibirnya tampak melengkung menunjukkan sebuah lengkungan senyum.

"Hai, Kres!" ucap Pramono lalu tertawa singkat. "Waaah! Kau menang lagi hari ini, Kres! Kau kembali mengukir prestasi dan lagi-lagi membuat nama firma hukum ini mendapat predikat sebagai firma hukum terpercaya. Tampaknya aku harus memberikanmu selamat dan … traktiran? Daging, bagaimana?"

Kresna agak terkejut dengan penawaran Pramono mengenai traktiran makan yang menurutnya sangat mustahil. Namun, nyatanya Pramono mengatakannya dengan lantang dan meyakinkan. Yang kemudian, membuat Kresna tersipu-sipu sendiri. "Terima kasih, Pak Pram. Akan lebih bagus jika Bapak mengajak saya setelah pulang nanti," ucapnya.

"Hahaha. Boleh, boleh. Karena kau adalah anak emas, aku akan bersedia untuk menyenangkan perutmu, Kres!"

Kresna juga tertawa, tetapi dengan gaya yang sopan dan elegan. Ia kembali membungkukkan badannya. Oh sungguh! Rasanya sangat menyenangkan. Akhirnya tak hanya sekadar pujian, tetapi juga janji tentang sebuah rencana traktiran. Hal itu tentu saja membuat Kresna ingin tersenyum di sepanjang detik yang berjalan. Pria tampan berusia 28 tahun ini memang tipikal seseorang yang hangat dan berhati lembut. Namun, ketika sudah berada di pengadilan, ia akan berubah seperti singa yang siap menerkam para musuhnya.

"Tapi, Kresna," celetuk Pramono tiba-tiba. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Sebelum itu, duduklah terlebih dahulu. Senjata andalanku tidak boleh berdiri terlalu lama. Kakimu bisa rapuh dan takutnya menjadi lemah tidak berdaya. Ada baiknya aku harus memanjakanmu terlebih dahulu."

"Ahaha. Saya masih sangat muda, Pak Pram, yang artinya seluruh tubuh saya, termasuk juga kaki masih dalam kondisi yang kuat dan bisa berguna dalam waktu yang lama." Kresna memang cenderung membuat pembelaan sepele. Namun, ia tetap mengikuti saran dari Pramono untuk segera duduk di kursi yang tidak jauh darinya dan letaknya tepat di hadapan atasannya tersebut. "Mm, memangnya ada masalah apa ya, Pak? Mengenai kasus baru?"

"Bisa dibilang begitu, Kres. Ada kasus yang harus kau tangani. Ini bukan kasus sepele, karena melibatkan pesohor. Kinara Dewi Pradipta. Bukankah kau tahu siapa wanita itu?"

"Oh, Kinara Dewi Pradipta. CEO wanita yang berusia 35 tahun dan juga menjadi pewaris tunggal atas Diamond Palace Real Estate? Tentu saya tahu tentangnya, Pak. Bukankah Diamond Palace juga merupakan perusahaan yang masalah hukumnya ditangani oleh firma hukum kita?"

Pramono berangsur menganggukkan kepala. "Kau benar. Ini masih belum diketahui oleh siapa pun, selain diriku atau beberapa orang di sekitar beliau. Masalah yang beliau alami pun menyangkut masalah pribadi, tapi akan berdampak besar pada perusahaan. Dan … aku berencana mengirimmu sebagai pengacara yang akan menangani kasus Nyonya Kinara, Kresna. Mengenai rencana perceraian Nyonya Kinara dengan Tuan Abimana Erlangga, calon pemilik real astate company lain yang bernama Erlangga Real Estate."

Kresna mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia juga menelan saliva. Hatinya cukup kalut atas perintah baru yang diberikan oleh sang tuan. "Pak Pram, tapi, saya ini masih tergolong pengacara pemula. Saya masih muda dan masih minim pengalaman. Mengurus masalah orang besar, tentu saja bukan keahlian saya. Selain itu, Bapak sudah berjanji akan membiarkan saya menangani masalah-masalah orang biasa, yang mungkin juga kurang mampu, bukan? Demi membuat nama firma hukum Bapak juga memiliki nama yang bagus? Ba-bapak sudah setuju tentang hal itu, dan mengapa Bapak tiba-tiba memberikan tugas yang di luar kemampuan saya?"

"Aku menilaimu sudah sangat mampu, Kresna. Apalagi hanya kau yang bisa aku andalkan saat ini, setelah Pengacara Cipto sudah pensiun. Kau—"

"Pak, saya benar-benar tidak akan mampu. Sungguh!" sahut Kresna tetap bersikeras untuk menolak.

"Kresna! Dengarkan aku terlebih dahulu!"

"Pak, saya ini masih anak bawang. Saya benar-benar tidak percaya diri untuk mengurus masalah orang kaya, terlebih berjabatan sebagai CEO sekaligus owner perusahaan besar! Bagaimana jika saya gagal dan membuat nama firma hukum Pak Pram berubah menjadi buruk? Kalau saya sudah hebat dan juga percaya diri, mungkin saya tidak akan bekerja di sini, melainkan membangun firma hukum sendiri. Jadi, tolong, jangan serahkan tugas ini pada saya, Pak. Senior-senior yang di atas saya pun sangat banyak."

Pramono menghela napas. Sebenarnya ia sudah menyangka bahwa Kresna akan memberikan sebuah penolakan. Kresna memang akan memilih mengurus masalah-masalah orang biasa yang cenderung tidak mampu secara finansial, seberat apa pun masalah mereka. Namun, jika sudah berkaitan dengan orang kaya, masalah sederhana pun tidak akan pernah Kresna tangani.

Namun, Pramono pun juga tidak memiliki pilihan lain. Orang paling kompeten di dalam firma hukumnya saat ini hanyalah Kresna. Mungkin memang ada yang lain, tetapi kemampuan mereka tak sebaik Kresna. Apalagi setelah pengacara terhebat bernama Cipto yang sudah biasa menangani hal-hal besar telah memutuskan untuk undur diri.

"Kresna, dengarkan aku dan jangan dipotong," ucap Pramono dengan tatapan yang tajam. "Kau … bukankah kau sangat ingin mengalahkan rivalmu itu. Siapa namanya? Ansori? Si jaksa penuntut yang kerap menjadi lawanmu dan membuatmu kesulitan meskipun kau tetap berhasil menang? Dan bukankah dia kerap merendahkanmu yang selalu diberi kasus-kasus orang tak terkenal? Menangani masalah perceraian Nyonya Kinara akan sangat menguntungkan dirimu dalam hal pembuktian, Kresna, kau bisa mengalahkan Ansori dan menyombongkan diri di hadapannya. Ingatlah bagaimana dia berlagak setiap kali bertemu denganmu, Kresna."

Kresna menelan saliva. Ucapan Pramono yang masih ia balas dengan pandangan mata, justru sukses menggoyahkan pertahanan hatinya yang telah membuat keputusan. Pramono sepertinya sangat tahu tentang persaingan antara Kresna dengan seorang jaksa bernama Ansori. Saat ini, Pramono tengah berusaha membujuk Kresna dengan kenyataan tersebut. Lantas, apakah hati Kresna benar-benar akan goyah, lalu menerima kasus perceraian seorang Nyonya CEO dengan Tuan CEO dari perusahaan lain?

***