webnovel

Lupa Mengunci Pintu?

Editor: Wave Literature

Mendengar suara pintu terbuka, Wen Xiangyang mengangkat kepalanya. Ia seketika panik begitu melihat Mu Lingqian berdiri di depannya.

"Pria tampan, apakah aku lupa mengunci pintu kamar mandinya saat mandi?"

Riasan wajah Wen Xiangyang telah sepenuhnya terhapus. Tanpa riasan, wajahnya terlihat begitu kecil, mulus, dan begitu putih. Jelas terlihat lesung pipit yang membuatnya terlihat seperti seorang gadis lembut ketika berbicara.

Pemandangan itu membuat Mu Lingqian tak berkedip.

Mu Lingqian mengalihkan pandangannya. Ia kemudian berjalan ke arah Wen Xiangyang dan membantu mengangkatnya dari lantai. Namun, suara Mu Lingqian masih terdengar acuh tak acuh.

"Masih ada waktu jika kau menyesalinya sekarang."

"Siapa bilang aku akan menyesalinya? Aku tidak akan menyesali itu!" bantah Wen Xiangyang dengan lantang.

Menyesal? Akankah Wen Xiangyang kembali dan menunggu untuk dinikahkan dengan pria tua yang jahat? Ia tidak menginginkannya!

Setelah mendengar perkataan Wen Xiangyang, Mu Lingqian perlahan membuka kancing jasnya dan melepaskannya. Kemudian, ia turut melepas kemeja hitam di tubuhnya.

Melihat lekuk tubuh Mu Lingqian, Wen Xiangyang menelan ludah. Ia benar-benar sempurna. Bahkan, lebih sempurna dari sosok pria yang ia lihat di poster tadi. 

Tubuh Mu Lingqian sangat bersih. Tidak ada noda sedikitpun. Sungguh pemandangan seorang pria yang sempurna yang ditampilkan di depan mata Wen Xiangyang.

Mu Lianqian menjatuhkan pandangannya pada tubuh Wen Xiangyang, lalu membungkuk dan melepas celananya.

Rasanya Wen Xiangyang seperti akan mimisan. Ia pun buru-buru menundukkan kepalanya, takut menatap pria yang berdiri di depannya. Namun, pria itu seketika mengulurkan tangan dan menekan rahang Wen Xiangyang. Ia hanya berkedip saat satu ciuman lembut jatuh di bibirnya.

Suara Mu Lingqian terdengar seperti anggur mellow yang kuat saat ia berkata, "Jika kau gugup, ada anggur merah di laci luar."

Ketika Wen Xiangyang datang, ia sudah dalam keadaan mabuk. Kegilaan barusan adalah akibat dari mabuk. Ia pun jadi seperti ini. Setelah minum, Wen Xiangyang tak hanya bisa lebih terbuka, tetapi juga bisa bertingkah sangat berlebihan. Mendengar perkataan Mu Lingqian, ia hanya mengangguk.

Mu Lingqian memandangi penampilan Wen Xiangyang yang kusam. Nyala api berkobar di bawah mata Mu Lingqian. Ia menekan rahang Wen Xiangyang dan menggigit bibirnya. Bahkan, ia melepas pakaian terakhirnya dan menyalakan pancuran air.

Wajah Wen Xiangyang seketika memerah. Ia cepat-cepat melarikan diri dan berlari keluar dari kamar mandi. Jantungnya masih berdegup begitu kencang.

Ciuman pertamanya. Ciuman pertamanya hilang begitu saja?!

Pinggulnya terlihat sangat lurus, kokoh, dan bidang.

Sayang, bibir Mu Lingqian benar-benar terasa sama seperti tabiat orangnya. Tidak ada kelembutan sama sekali. Ia begitu dingin.

Apa dia merasa terpaksa melakukan itu untuk tamu sepertiku?

Wen Xiangyang menghela napas. Ia berjalan ke tempat tidur dan membuka laci nakas di samping tempat tidur, menemukan sebotol anggur merah di dalamnya. Ia tidak mengecek anggur merah itu. Ia hanya tahu bahwa itu adalah anggur.

Wen Xiangyang mengeluarkan gelas anggur, lalu menuangkan anggur ke gelas itu dan meminumnya. Ia menenggaknya begitu saja, membiarkan anggur itu mengalir di tenggorokannya seperti tadi saat ia minum bir. Rasanya benar-benar tidak memuaskan.

Selesai mandi, Mu Lingqian keluar dan melihat Wen Xiangyang yang sudah mabuk kini berbaring di tempat tidur dengan pipi yang memerah. Ketika Wen Xiangyang melihat Mu Lingqian, ia hanya tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Wen Xiangyang beringsut mendekat ke pelukannya. Dengan tangan gelisah, ia masuk ke jubah mandi Mu Lingqian dan tersenyum genit.

"Pria tampan, kau terlihat sangat tampan."

Mu Lingqian menatap Wen Xiangyang yang masih mabuk di depannya. Matanya gelap dan ia mengulurkan tangannya. Bibirnya merah, matanya berair, dan pipinya merekah. Terlihat sangat menggoda.

Perut Mu Lingqian sedikit menegang, tetapi ia masih bisa menahan diri dan menarik Wen Xiangyang ke atas tempat tidur.

"Tidur yang nyenyak."

Selesai berkata begitu, Mu Lingqian membalik badan untuk pergi. Namun, tangannya ditangkap oleh tangan kecil yang lembut.