webnovel

Rahasia

Rahasia

Kring....

Ponsel milik Alicia berdering tertera nama mama di layar ponsel.

"Mama," senyum terlukis indah di wajahnya beraharap sebuah keajaiban terjadi.

"Hallo, Mama," serunya semangat tapi ia tak mendengar suara apapun di ujung sana.

Rasa khwatir seketika mendera.

Buru-buru ia berlari menuju mobil, di kendarainya mobil itu dengan kecepatan penuh.

Dalam hati ada rasa cemas ia takut terjadi sesuatu pada mamanya.

Setibanya di rumah sakit Alicia bergegas menuju ruang di mana mamanya di rawat.

Ruang VIP dengan vasilitas terbaik di rumah sakit.

"Alicia." Seorang menepuk pundaknya lembut.

Alicia menoleh nampak Gabriel berdiri di sebelahnya dengan tersenyum ramah.

"Ada apa?" tanya Alicia wanita itu tak menunjukan keramahannya sama sekali.

"Beruntung Tante Laura bisa tertolong," tutur Gabriel sembari menatap Alicia dalam.

"Maksud kamu apa?" Alicia semakin bingung.

"Mari ikut aku." Gabriel menarik tangan Alicia membawanya masuk ke dalam ruang tempat dimana mamanya berada.

Disana nampak wanita yang sudah tak muda lagi duduk di tepi ranjang sambil tersenyum.

"Mama!" Alicia berlari lalu memeluk erat tubuh wanita yang sudah satu tahun ini terbaring koma.

Dipelukan wanita itu dia menangis sejadi-jadinya menumpahkan segala kerinduan yang selama ini ia pendam.

"Ya Tuhan terima kasih," ucap Alicia terisak.

Ternyata benar langit tak akan selamanya mendung, perasaan Alicia sangat bahagia.

"Bagiamana kuliahmu?" tanya Laura sambil mengusap rambut putri bungsunya itu.

"Kuliah?" Alicia melepaskan pelukannya.

Ia terlihat sangat gugup bahkan untuk berucap saja bibirnya tak mampu. Namun, dengan mudah Gabriel menjelaskan semua.

"Maaf, Tante. Sejak Tante koma, Alicia yang meneruskan perusahaan. Dan terbukti sekarang perusahaan lebih maju," ungkap Gabriel matanya melirik Alicia sembari tersenyum.

Senyumnya yang indah mampu menggetarkan hati kaum hawa tetapi, tidak bagi Alicia. Dia tak pernah menyimpan rasa untuk Gabriael.

Baginya Gabriel adalah sahabat sekaligus kakak yang selalu melindungi dan menyanyangi dia sepenuh hati.

"Ma, aku keluar sebentar," pamit Alicia tapi saat ia hendak pergi Laura menarik pergelangan tangan Alicia.

"Mama, ingin bicara sama kamu, bisa?"

Alicia mengangguk kembali ia mendekati mamanya.

"Ada apa, Ma?" ujar Alicia penasaran tangannya menggenggam erat jari jemari Laura.

"Kapan kami menikah?"

Deg....

Detak jantung Alicia seketika berhenti detik itu juga.

Bukan inginnya menjadi seperti ini tetapi ia belum berani membuka hati untuk laki-laki.

"Alicia, kenapa tak menjawab? Kapan kamu mau menikah, Nak?" Lagi Laura mengulang pertanyaan itu lagi.

Sungguh pernyataan itu adalah pernyataan yang paling menyakitkan untuk di dengar.

Bahkan rasanya Alicia sama sekali tak ingin mendengar.

Gabriel seolah mengerti suasana hati Alicia.

Langsung saja ia menarik tangan Alicia membawanya keluar ruangan.

"Permisi Tante ada yang ingin aku bilang sama Alicai," titah Gabriel.

*****************

Sementara itu Riza masih duduk di kursi meja kerajanya.

Pekerjaan Deri begitu banyak membuatnya harus bekerja extra.

"Hai, nama kamu Riza ya?" sapa Tami wanita berkulit Langsat berwajah manis.

"Iya, ada apa ya, Kak?" Riza masih terlihat cangung. Wajahnya menunduk tak mampu menatap Tami.

"Udah sore kenapa enggak pulang? Oh ya namaku Tami." Tami mengulurkan tangan.

Secepat kilat Riza meraih tangan Tami lalu menjabat tangannya.

"Kamu takut padaku?" tanyanya lagi.

Sebisa mungkin Riza berusaha sabar ia tak mungkin memarahi atau membentak wanita yang berdiri di depannya kini.

Diam, yah itu yang bisa kini Riza lakukan.

Dadanya berdetak begitu kencang saat Tami mulai naik ke meja kerjanya.

Suasan kantor begitu sepi sebagian karyawan sudah meninggal kantor di ruangan kini hanya ada Tami dan Riza.

"Maaf, Tami. Saya banyak tugas," ujar Riza berusaha tetap bersikap ramah walau dalam hati igin rasanya memaki wanita satu ini.

"Aku ingin menemanimu memang salah," ucap Tami lembut.

Perkataan Tami membuat bulu kuduk Riza meremamg.

Entah kenapa Tami perlahan membuka kancing bajunya.

Membuat sesuatu terlihat dari dalam, segera Riza membuang muka fikirannya mulai tak karuan.

Apalagi kini Tami mulai berani mengusap lembut lengan Riza.

Dekat dan semakin mendekat kini Tami sudah berada di depan Riza.

Mereka berdua saling berhadap-hadapan.

"Riza, sentuh aku sudah lama suamiku tak menyentuhku," bisiknya di telinga.

"Oh tidak," Riza menggelengkan kepala.

Seketika wajah Riza menunduk ia merasa sangat malu. Baru kali ini ada seorang wanita yang menawarkan diri untuk di sentuh orang lain.

Riza menarik nafas panjang ia bangun dari tempat duduk lalu menatap Tami dengan tajam.

"Maaf, aku bukan lelaki seperti itu. Jika kamu ingin di sentuh. Sentuh lah dengan pasangan halalmu." Riza pergi meninggalkan Tami begitu saja sedangkan Tami ia merasa jengkel karena keinginannya tidak terpenuhi.

Riza berjalan menuju pantri entah apa yang di fikiran wanita itu, mungkinkah dia sudah tidak punya malu. Sungguh sangat miris wajahnya yang cantik tak seperti dengan hatinya.

Bagaimana perasaan suaminya jika tahu bahwa istrinya suka menggoda orang lain.

"Tak habis fikir aku," gumam Riza.

********

Sementara itu di rumah sakit, Alicia dan Gabriel sedang bertengkar.

Alicia merasa sangat marah karena kelakuan Gabriel.

"Gabriel lepaskan aku!" teriak Alicia mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Gabriel.

Semua orang yang melihat tingkah laku mereka berdua sontak saja tertawa.

Alicia dan Gabriel layaknya seorang suami yang sedang menangkap basah istrinya.

Di sebuah taman dekat rumah sakit Gabriel menghentikan langkah kakinya.

"Gabriel kamu memang temanku tapi bukan berarti kamu bisa memperlakukan aku seenak jidat," peringat Alicia dengan nada menekan.

"Inilah orang yang tak tahu di untung, beruntung aku membawa mu keluar kalau tidak bagaimana dengan nasipmu disana? Tante Laura pasti akan memaksamu untuk segera menikah," racau Gabriel sedikit emosi.

Andaikan saja Alicia bukan sahabatnya mungkin sudah memakinya habis-habisan.

"Hah, kenapa diam? Kenapa tak berkata lagi!" Gabriel mendekati Alicia.

Kini jarak keduanya sangat dekat harum aroma nafas Gabriel terasa di wajah Alicia.

Kedua sahabat itu saling tatap, Alicia tak berkedip sama sekali.

Namun, sesuatu terjadi tanpa mereka tahu seorang wanita memperhatikan tingkah laku mereka berdua.

Ia tersenyum menyeringai ada dengan penuh percaya diri ia berjalan melangkahkan kaki mendekati Alicia.

Brug....

Sengaja ia menyenggol bahu Alicia membuat gadis itu jatuh ke pelukan Gabriel.

Wanita mengehentikan langkah kakinya lalu, memutar tubuhnya ke belakang.

"Sara?" Alicia merasa terkejut keningnya mengeryit.

Kenapa harus bertemu dengannya lagi?

Mengapa dia berada disini? Apakah ada seseorang yang ingin menjebaknya.

"Hai Alicia kita bertemu lagi," sapa Sara kedua bola matanya tak henti-hentinya menatap wajah tampan Gabriel.

"Hai, kamu siapa? Apakah suami Alicia. Wah Alicia secapat itu kamu melupakan semuanya?" cibir Sara.

"Diam kamu!" bentak Alicia dengan mata membulat sempurna.

"Kenapa kamu takut rahasia masa lalu mu terungkap."

"Rahasia apa Alicia?" Gabriel penasaran.

Bersambung....

Pelangi memiliki banyak warna begitu juga kehidupan tapi, rangkai warna itu terlihat sangat indah bila terlihat bersama. Seperti hidup hidup akan indah dimana kita menjalani bersama-sama

Aisyah_Sakilacreators' thoughts