webnovel

Berani Menipuku

Editor: Wave Literature

Ye Jiaqi tampak menunggu di halte dekat Hotel Lanqite. Untung saja masih ada bus terakhir yang berhenti, kalau tidak dia tidak akan bisa pulang. Kemudian, dia masih berpikir, Sebenarnya kapan sih Qiao Qinian kembali ke sini? batinnya. Lalu, dia mengambil ponselnya dan langsung mencari tahu di internet. 

Jelas sekali, banyak media massa besar memberitakan info kepulangan Qiao Qinian, tapi Ye Jiaqi sama sekali tidak mengetahuinya. Namun, jika dia mengeluarkan berita itu, maka jelas saja akan menjadi suatu berita utama. 'Pebisnis besar kota Jing, Tuan Qiao, kembali dari Inggris' benar-benar terdengar sangat menarik. 

Sebab, saat ini Ye Jiaqi tengah menjadi reporter magang di suatu perusahaan entertainment bernama Zun Huang. Satu bulan berikutnya, adalah masa penilaian untuknya. Bisa tidaknya menjadi pegawai tetap, semua tergantung pada performanya.

Ye Jiaqi dengan segera mengetik pesan singkat dan mengirimnya ke Kakak Jin, atasannya langsung. Setelah selesai mengirim pesan singkat, kebetulan sebuah bus datang dan dia pun langsung masuk ke dalam. 

Sejak dulu, Ye Jiaqi suka sekali menipu Qiao Qinian. Seperti saat dirinya berusia 14 tahun, pernah sekali saat itu dia dan Qiao Qinian sedang bersantai di sofa sambil melihat TV. Tiba-tiba telepon yang ada di ruang tamu berdering, namun Qiao Qinian hanya melirik telepon itu. Karena, dia berpikir kalau pasti ayahnya yang menelpon, yaitu Qiao Tianyou.

"Angkat teleponnya, bilang saja aku tidak ada," pinta Qiao Qinian. Namun, Ye Jiaqi terlalu malas untuk beranjak dari sofa hangatnya. Tapi, karena paksaan dari Tuan Qiao, dia terpaksa turun dari sofa, lalu memakai sandalnya dan berjalan untuk mengangkat telepon dengan tubuh yang dibalut selimut.

"Qiao Qinian ada?" tanya orang seberang. Terdengar suara berat dari dalam telepon itu.

"Maaf, Tuan Qiao bilang padaku kalau dia tidak ada." jawab Ye Jiaqi sekenannya.

Seketika, Qiao Qinian langsung menoleh ke arah Ye Jiaqi dan bibirnya mengatakan 'sialan' ke Ye Jiaqi. Perempuan ini pasti sengaja melakukannya! batinnya.

Ye Jiaqi kemudian menggulung bibirnya, terlihat ekspresi tidak senang dari perempuan itu. Padahal, dia sudah beranjak dari sofa hangatnya untuk mengangkat telepon untuk Qiao Qinian, tapi dia masih menerima umpatan dari laki-laki itu. "Tuan Qiao menyuruh anda untuk pergi," katanya lagi di telepon itu.

Seketika wajah Qiao Tianyou dan Qiao Qinian berubah menjadi tegang. Wajahnya sangat menyeramkan seperti langit hitam saat hujan badai akan turun. Setelah hening selama beberapa detik, orang yang ada dalam telepon itu langsung menutup teleponnya. 

Ye Jiaqi tidak tahu siapa orang yang barusan menelponnya. Dengan ekspresi yang mengejek Qiao Qinian, dia lalu meloncat ke sofanya dengan penuh kemenangan. Lagi pula, dia tidak menganggap ini hal penting. Siapa suruh Qiao Qinian malas pada saat itu.

Memikirkan hal ini membuat Ye Jiaqi yang tengah duduk di dalam bus pun tampak tertawa. Ujung bibirnya terangkat, dan senyuman pahit terpancar dari wajahnya. Kenangan ini, seperti membawanya terlalu jauh.

Setelah itu, Qiao Qinian tidak pernah menyalahkan Ye Jiaqi, dia hanya bertanya satu pertanyaan, "Kamu tahu siapa yang telepon barusan?"

Ye Jiaqi terdiam. Dia kemudian menggelengkan kepalanya sambil memakan keripik kentang.

"Ayahku!" jawab Qiao Qinian dengan enteng. Pandangannya lalu kembali fokus ke acara TV lagi.

Ha??? batin Ye Jiaqi. Seketika dia pun berubah menjadi linglung. Rasanya, saat ini dia ingin menangis tanpa mengeluarkan air mata. Kemudian, terlihat lama sekali dirinya terdiam.

Bagaimana aku tahu kalau itu adalah ayah Qiao Qinian, hah?! batin Ye Jiaqi. Karena ayah Qiao Qinian sudah tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun. Wajahnya saja pun Ye Jiaqi belum pernah melihatnya. Lagi pula, itu kan telepon dari ayahnya, mengapa tidak Qiao Qinian sendiri yang mengangkatnya?! lanjutnya dalam hati. Bahkan sampai acara TV itu selesai, Ye Jiaqi masih sibuk melamun. Dia pun sampai lupa memakan makanan ringannya.

Qiao Qinian melihat Ye Jiaqi sedang melamun. Dia pun kemudian bangkit dari duduknya, lalu mengelus kepala Ye Jiaqi. Dan untuk pertama kalinya dia juga tertawa, "Lain kali masih berani menipuku?" tanyanya.

Ye Jiaqi dengan cepat langsung menggeleng, karena dia tidak berani. Dia berpikir kalau Qiao Qinian akan mengajarinya, tapi nyatanya tidak sama sekali. Hanya saja, perkataan yang pernah diucapkan oleh seorang anak kecil, hal yang pernah dilakukan, pasti cepat lupanya. Pernah suatu waktu, Ye Jiaqi lagi-lagi mengulangi. Dan dia sangat bersemangat ketika mengadu domba Qiao Qinian. Tapi, laki-laki itu sama sekali tidak pernah memarahinya.

Ye Jiaqi menyandarkan kepalanya di sandaran kursi penumpang. Dia lalu memasukan ponselnya ke dalam tas dan memejamkan matanya. Masih ada waktu setengah jam dari tempatnya saat ini hingga ke rumahnya. Dia tinggal bersama sahabatnya bernama You Pinran. You Pinran adalah seorang asisten artis besar. Mungkin, saat ini dia masih sibuk dengan artisnya di lokasi syuting.

Sesampainya Ye Jiaqi di rumahnya, dia langsung melepas sandal hak tingginya, berganti baju dan merebahkan tubuhnya di kasurnya yang nyaman. Capek yang dia rasakan sekarang sama dengan hatinya yang juga begitu. Tapi, baru saja dia ingin memejamkan matanya, tiba-tiba notifikasi pesan Wechatnya berbunyi. Tidak hanya satu, tapi beruntun...