webnovel

Ayah Marah?

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Dulu, ketika Ye Jiaqi masih tinggal di rumah Qiao Qinian, dia mendengar desas desus bahwa ibu Qiao Qinian sangat membenci industri ini. Tapi, tidak peduli bagaimanapun, ibunya tetap tidak bisa hidup tanpa uang.

"Entah. Aku pergi dulu," jawab Ye Jiaqi.

"Ehm, kamu pergilah. Mungkin saja laki-laki tampan. Oh iya, karena kamu tidak kehilangan pekerjaanmu, malam ini traktir aku makan, ya?!" kata You Pianran sambil mengedipkan matanya.

"Oke, kita bertemu di depan toko seafood," kata Ye Jiaqi.

"Oke! Aku tunggu kamu, ya. Aku sudah memutuskan untuk memberimu sebuah kejutan."

"Kejutan? Kamu jangan menakutiku ya…" tanya Ye Jiaqi.

You Pianran mendengus. Lalu, dia segera mendorong sahabatnya itu dan berkata, "Cepat kembali ke kantor. Jangan buat mereka menunggumu."

"Baik. Ingat, malam ini aku mentraktirmu makan," jawab Ye Jiaqi dengan semangat. Suasana hatinya kini jauh lebih baik. Dia juga tidak ada waktu untuk memikirkan banyak hal, dia pun langsung bergegas keluar dari bandara. Jarak bandara ke kantornya cukup jauh, jadi Ye Jiaqi harus berkejar dengan waktu. 

Setelah Ye Jiaqi baru saja keluar, ponsel Qiao Qinian tiba-tiba berdering.

"Ayah, ayah mengapa tidak kembali? Aku sudah mau kenyang," kata Qiao Chengfan.

"Kalau sudah selesai makan, suruh pengurus rumah Sun membawamu pulang."

"Ayah, ayah marah? Ayah marah dengan siapa?" tanya Qiao Chengfan ketika mendengar nada bicara ayahnya yang tidak terlalu baik. Ayahnya hanyalah seorang laki-laki tua yang sendirian. Jadi, dia tidak mudah mengekspresikan emosinya. Tapi, Qiao Chengfan adalah anaknya. Bagaimanapun dia bisa mengetahuinya.

"Tidak ada hubungannya denganmu. Makan!" perintah Qiao Qinian.

"Bagaimana bisa tidak ada hubungannya denganku. Kalau ayah marah, perasaan adik juga sakit." jawab Qiao Chengfan.

"..." Emosi Qiao Qinian perlahan menurun. Siapa yang mengajari anakku ini? batinnya.

"Ayah, aku sudah menyisakan satu roti enak untukmu. Ayah cepat kemari. Kalau tidak ayah makan, aku hanya bisa memberikan kepada Fan Tuan." sambung Qiao Chengfan.

"Tunggu, ayah segera ke sana."

"Baiklah. Aku menunggumu, muah."

Astaga. Anak ini juga menciumku segala?! batin Qiao Qinian yang dengan cepat menutup teleponnya. Anakku ini benar-benar banyak omong, katanya dalam hati. Di lantai bawahnya, kini berserakan pecahan gelas. Ketika dirinya bersiap untuk berdiri dan kembali, tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu hak tinggi.

"Kakak ipar." panggil Fang Lan sambil berdiri bersandar di samping kusen pintu. Kedua tangannya disilangkan ke dadanya. Sorot matanya penuh dengan rasa tidak puas. Perempuan itu kini sudah mengganti bajunya. Saat ini, dia sedang mengenakan kemeja sutra berwarna merah.

"Kakak ipar, apa kakak hanya membiarkan Ye Jiaqi pergi seperti itu? Apa kakak berpihak kepadanya atau kepadaku?" tanya Fang Lan yang tidak terima dengan dilakukan Qiao Qinian barusan. Dia menginginkan satu alasan yang masuk akal. 

Sedangkan Qiao Qinian kini sedang melihat Fang Lan dengan tatapan yang menakutkan. Tidak lama, laki-laki itu pun berbicara, "Ye Jiaqi adalah satu-satunya orang yang aku lihat perkembangannya. Fang Lan, jika aku hanya sehari pun berada di kota Jing, tidak ada yang bisa membuat masalah dengannya."

"Lalu aku bagaimana? Kalau dia menghinaku, apa aku tidak akan balik menghinanya?" tanya Fang Lan dengan sangat marah. Bisa-bisanya Qiao Qinian membela Ye Jiaqi! Perempuan itu hanya Qiao Qinian ambil dari jalanan, apakah dia benar-benar menganggap telah merawat Ye Jiaqi sebagai adik perempuannya? batinnya.

"Memangnya kamu bisa dihina orang lain?" kata Qiao Qinian yang balik bertanya. 

Fang Lan yang mendengarnya pun tersedak. Tapi, dia tidak membalasnya. 

Setelah selesai bicara, Qiao Qinian kemudian langsung berjalan keluar.

"Kakak ipar, apa kakak masih kembali ke Inggris?" tanya Fang Lan mengikuti Qiao Qinian.

"Kamu tidak perlu mencampuri urusanku." jawab Qiao Qinian.

"Kakak ipar!" teriak Fang Lan tidak sadar membentak Qiao Qinian. Tapi, Qiao Qinian sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Dia sama sekali tidak bisa memahami sikap Qiao Qinian yang seperti ini.

Setelah meninggalkan bandara, Qiao Qinian langsung pergi menemui anaknya. Hari ini adalah hari pertama Qiao Chengfan kembali. Tidak peduli bagaimanapun, dia masih ingin menemani anaknya untuk sarapan bersama. Tempat anaknya makan tidak jauh dari bandara. Tidak butuh lama, Qiao Qinian akhirnya sampai. 

Qiao Chengfan terlihat akan menyantap satu roti terakhir ke dalam mulutnya. Tapi setelah melihat kedatangan Qiao Qinian, dia langsung kembali menaruhnya. "Ayah, akhirnya ayah datang. Aku khusus menyisakan roti ini untuk ayah." katanya.

"Kalau ingin makan ya dimakan," ucap Qiao Qinian. Khusus menyisakan apanya. Dia langsung menaruh roti kembali setelah melihatku datang?! batinnya.

"Ayah sudah bekerja keras, ayah makan saja," ucap Qiao Chengfan yang terlihat duduk dengan tenang di kursinya...