webnovel

Aku Belum Melatihnya

Editor: Wave Literature

"Bukan…" kata Ye Jiaqi yang berusaha menjelaskan sambi berusaha untuk melepaskan diri. Namun, laki-laki itu terus menariknya, jadi tetap saja dia tidak bisa bebas dari jeratan orang-orang ini. Rasanya, jantungnya kini seperti rusa yang sedang berlari, karena terus-terusan berdebar. Matilah aku! batinnya.

"Lepaskan dia!" kata seseorang.

Dari pintu ruangan itu, tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang berat dan dingin. Di waktu yang bersamaan, pria itu membuat private room nomor 6888 seketika menjadi seperti di kutub utara, dingin sekali. Aura dingin itu perlahan mendekat dan terus mendekat...

Ye Jiaqi mengangkat kepalanya. Dia tidak bisa menutupi kalau dirinya saat ini gemetaran, karena tersorot kepanikan dari kedua matanya. Rasanya, dia ingin cepat-cepat pergi keluar dari ruangan ini. Tuan Qiao? Bagaimana bisa laki-laki itu? batinnya. Dia mendengar kalau Tuan Qiao sudah tidak pernah kembali ke Kota Jing selama 3 tahun. Selain itu, dia juga mendengar kalau Tuan Qiao terus menetap di luar negeri untuk mengurus bisnisnya, dan tidak mungkin kembali ke Tiongkok.

Ye Jiaqi kemudian melihat laki-laki yang kini berada di dekatnya itu. Ternyata perawakan laki-laki ini tidak ada bedanya dengan 3 tahun lalu. Tubuh tegapnya terlihat sempurna, ditambah dengan wajah tampan yang selamanya mungkin menghiasi dengan sikap dinginnya. Tuan Qiao tetaplah Tuan Qiao, dia dilahirkan dari keturunan konglomerat dan mewarisi watak yang dingin, dan dia sangat sempurna. Meskipun perawakannya dingin, tapi Tuan Qiao sungguh dewasa, berwibawa, dan tenang dalam menghadapi segala hal.

Hari ini Tuan Qiao memakai kemeja hitam, kemeja itu terlihat benar-benar cocok dan menampilkan betapa sempurnanya dia. Ditambah, kancing atas yang dibiarkan terbuka, semakin memperlihatkan kulit mempesona laki-laki ini.

Jujur saja, Ye Jiaqi sama sekali tidak takut akan Tuhan, tapi dia takut kepada Tuan Qiao, terlebih amarah Tuan Qiao. Siapapun yang ada dalam ruangan ini pasti mengetahui sosok Qiao Qinian. Satu persatu dari mereka tampak terdiam, tidak ada yang berani membuka mulutnya.

Laki-laki yang tidak melepaskan Ye Jiaqi itu pun tertawa sambil melepaskannya, "Wah, angin apa yang bertiup hari ini hingga membawa Tuan Qiao kembali? Suatu kebahagiaan bisa bertemu dengan anda, Tuan Qiao." katanya.

Qiao Qinian kemudian berjalan mendekat. Seketika, udara yang ada dalam ruangan itu menurun dengan tajam. Hati Ye Jiaqi rasanya seperti ingin membuncah keluar. Deg deg deg...

Qiao Qinian pun duduk, "Tuangkan teh untukku," perintahnya sambil menatap Ye Jiaqi. 

Ye Jiaqi sebenarnya hanya ingin keluar dari sini. Lalu, dia mengibaskan tangannya dan berkata, "Aku… Aku bukan pelayan."

Wajah Tuan Han seketika masam dan membentak dia meja itu, "Kalau disuruh tuang, ya kamu tuangkan! Banyak omong kamu ini!" katanya.

"Kamu tidak ingin menuangkannya untukku?" tanya Qiao Qinian. Laki-laki itu kemudian menatap Ye Jiaqi sambil mengerutkan dahinya. 

Ye Jiaqi terus menggigit ujung bibirnya. Iya, aku tidak ingin, sangat tidak ingin! Batinnya.

"Haduh, sepertinya perempuan ini tidak senang ya untuk menuangkan teh kepada Tuan Qiao? Dia ini orang besar. Atau jangan-jangan kamu tidak tahu Tuan Qiao itu siapa? Berapa banyak kamu untuk bersyukur hingga kamu bisa menuangkan teh untuk Tuan Qiao, hah? Perempuan seperti kamu ini, benar-benar tidak tahu apa yang bagus untuk hidupmu. Astaga, aku sudah berkata seperti ini, kamu masih menundukkan wajahmu?" ucap seorang perempuan. 

Perempuan tampak itu memaki Ye Jiaqi sambil menghisap rokoknya. Dia marah karena bukan dirinya lah yang dipanggil Tuan Qiao untuk menuangkan gelas untuknya. Benar-benar perempuan tak tahu untung! batinnya.

Ye Jiaqi masih menggigit bibirnya, wajahnya pun semakin tenggelam. Baru saja dia ingin berbicara, tapi dia sudah kalah oleh Qiao Qinian yang terlebih dahulu membuka mulutnya, "Aku belum melatihnya, apa kamu punya kualifikasinya?" tanyanya. Nada bicara itu dingin, bahkan terdengar sedikit lebih kejam. 

Perempuan yang mendengar itu pun langsung tersedak, dan dia tidak berani berucap apa-apa. Ye Jiaqi pun juga sangat kaget, tidak menunggu waktu lama, dia pun segera mengambil teko teh yang ada di meja itu dan menuangkannya di salah satu gelas yang kosong.

"Pak Qiao, silahkan minum teh anda," ucap Ye Jiaqi. Tangannya bahkan gemetaran sekarang, dia juga tidak berani mengangkat kepalanya. Mana berani dia menatap Qiao Qinian, karena sifat laki-laki ini tidak berubah sedikitpun.

"Kamu panggil aku apa?" tanya Qiao Qinian dan tidak mengambil gelas yang diberikan oleh Ye Jiaqi. Tatapannya yang dingin kemudian tertuju pada wajah Ye Jiaqi.

"Tuan Qiao, silahkan minum teh anda," kata Ye Jiaqi dengan segera mengganti ucapannya.

Qiao Qinian kemudian menyandarkan kepalanya di atas sofa. Matanya menyipit sambil terus menatap Ye Jiaqi, "Racikkan aku teh!" perintahnya. 

Apa!!! kata Ye Jiaqi dalam hati. Dia pun langsung mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki itu. Qiao Qinian benar-benar mengucapkannya dengan santai. 

Seketika seisi ruangan benar-benar diam dan pandangan semua orang terfokus pada sosok Ye Jiaqi. Ye Jiaqi lalu mengepalkan kedua tangannya. Qiao Qinian, mana wajahmu? Kamu sudah tidak menginginkannya, kan? batinnya.

Setelah beberapa saat, Ye Jiaqi memfokuskan lagi pikirannya dan membuka suara, "Tuan Qiao, aku bukan pelayan di sini. Aku hanya seorang pebisnis kecil, aku tidak bisa meracik teh. Tapi, kemampuan belajarku lumayan bagus. Kalau anda memperhatikan bisnisku, mungkin aku bisa melakukannya," katanya...