48 Jangan Berani Kau Menyentuh nya

Sedangkan ditempat tertentu, Putri dan Cantika mulai mencibir.

"Ternyata dosenmu ini tidak bisa dianggap enteng, kemarin dia mendekati Maheza untuk membelikannya gaun mewah edisi terbatas dari perancang Vivian, dan sekarang dia mendekati Jhon Fahri untuk meningkatkan popularitasnya, dasar perempuan licik". Kata Putri sambil menatap jijik ke arah Ana. 

"Apa kak? dia mendekati Maheza? Wahh ... Tuh dosen benar-benar gatal, kita tidak bisa membiarkan ini kak, kalau dibiarkan siapa tau nanti dia bisa menggoda calon kakak ipar". ucap Cantika dengan tatapan cemas. Putri tersenyum pahit seraya berkata.

"Kamu terlalu berlebihan. Alvin itu bukan orang yang mudah tergoda apalagi sama perempuan gatel kayak dia, itu mustahil".

"Iya, kakak benar, calon kakak ipar memang tercipta hanya untukmu kak hehe..". sahut Cantika dengan bangga.

Meskipun Cantika tidak pernah tau seperti apa wajah Alvin, tapi dia bisa membayangkan bagaimana tampan nya Alvin melalui cerita kakak nya.

Wajar Cantika tidak tau, karena setiap pertemuan keluarga, Cantika tidak pernah ikut dikarenakan sibuk shooting. Di dalam mobil jaguar itu, Ana tersadar kalau ada seseorang di dekatnya.

"Siapa kamu, kenapa kamu ada di dalam mobil ini?". Dengan tatapan lembut Jhon berkata, 

"Ini mobilku, aku yang meminta untuk menjemputmu, bukankah kamu sudah menerima berlian dariku?". Ana kaget dan cemas ketika mendengar perkataan Jhon.

"Jadi kamu adalah JF? apa tujuan mu mendekatiku, dan aku tidak mengenalmu, aku menyimpannya untuk aku kembalikan lagi padamu saat aku bertemu denganmu".

"Karena aku menyukaimu, memang kamu tidak mengenalku tapi aku sangat mengenalmu, berlian itu milikmu jadi simpanlah". Ana sekali lagi dibuat kaget dan tiba-tiba dia hilang ketenangan lalu berteriak.

"Hentikan mobilnya kalau tidak aku akan loncat dari mobil ini". Dengan tenang Jhon meminta sopirnya menghentikan mobil dan Ana bergegas keluar.

"Gadis kecil, hari ini kamu akan kulepaskan tapi tidak untuk selanjutnya". Batin Jhon.

Namun sebelum keluar, Ana menaruh berlian di tempat duduknya, setelah itu dia bergegas keluar dari mobil tanpa menghiraukan Jhon lagi untung nya berlian itu selalu dia bawa ditas nya. Di kantor MH Grup. Karena dari pagi Alvin berada di ruang konferensi, dia meninggalkan handphonenya di ruangan. Saat kembali ke ruangan nya, Alvin langsung melihat banyak panggilan datang dari Eza. Tanpa pikir panjang, Alvin langsung membuat panggilan ke Eza.

"Hallo kak, kamu kemana saja dari pagi aku menelponmu, aku ada kabar buruk untukmu".

"Katakan".

"Tadi pagi, Mila menelponku, katanya Ana dijemput seseorang tapi Mila kira itu kamu, dan ketika aku menyelidikinya ternyata ini ulah Jhon Fahri musuh bebuyutanmu, dia juga yang telah memberikan berlian itu pada Ana, dan sekarang Ana di bawa pulang olehnya".

Di Seberang telpon mendadak sunyi, ekspresi Alvin berubah gelap, tatapannya menyala buas, dia membanting telponnya. Seketika itu Dimas yang baru saja masuk ketakutan dan memilih keluar dari ruangan bosnya.

"Jhon, kamu sudah melewati batas, aku lawanmu, jadi jangan bawa Ana dalam urusan kita". Batin Alvin dengan geram.

Eza yang kaget karena telpon tiba-tiba terputus merasa khawatir sama kakaknya. Karena dia tau bagaimana kakaknya, begitupun Jhon yang memiliki dendam pribadi padanya. Eza khawatir Jhon akan menggunakan Ana untuk melawan kakaknya. Karena Ana satu-satunya titik lemah Alvin.

Alvin keluar dari kantor dengan ekspresi gelap, Dimas yang melihatnya tidak berani bertanya, setelah itu Alvin mengendarai mobilnya menuju utara.

Sesampainya di kos Ana, dia tidak menemukan siapapun hatinya semakin gelisah. Alvin pun memberikan panggilan ke nomor Ana dengan telponnya yang lain namun tidak diangkat juga. 

"Jhon, jika kamu berani menyentuh Ana seujung kukupun, aku tidak akan membiarkanmu hidup". Alvin mengeluarkan pistol dari laci mobilnya, setelah itu dia selipkan di dalam kantong jasnya.

Tidak lama kemudian Alvin mengemudikan mobil nya lagi meninggalkan kos Ana. Tepat di suatu jalan, Alvin tiba-tiba ngerem mendadak ketika melihat Ana jalan kaki dengan kaki telanjang. Hatinya langsung sakit melihat kondisi Ana. 

Segera setelah itu Alvin memarkir Maybachnya ditepi jalan dan bergegas keluar dari mobil. Ana melihat Alvin dengan ekspresi yang rumit 

"Alvin kenapa kamu ada disini?". Tanpa menjawab Ana, Alvin langsung membawa Ana ke dalam gendongannya.

"Alvin turunkan aku, gak enak dilihat orang, ini jalan raya". Ana terus saja meronta-ronta, tapi Alvin tidak mendengarkannya, Alvin malah membawa nya masuk ke dalam mobilnya. Melihat ekspresi Alvin, Ana tidak bisa berkata apa-apa selain duduk dengan patuh di samping Alvin.

Sepanjang perjalanan Alvin hanya terdiam, dan Ana tidak berani bertanya apapun, Alvin mengendarai mobilnya dengan berirama, yang tadinya menggila tapi sekarang kembali slow. Tidak butuh waktu lama, Alvin memarkir mobilnya di depan rumahnya, dia membuka pintu penumpang dan mengangkat Ana dalam gendongannya, Ana tetap patuh.

Setelah itu Alvin mendudukan Ana di sofa, dan tak lama kemudian dia membawa cawan berisi air dan handuk serta kotak P3K. Alvin duduk di bawah tempat duduk Ana dan mengangkat kaki kanan Ana yang kotor dan terluka.

"Apa yang kamu lakukan? " tanya Ana dengan panik. Alvin hanya menatap Ana sebentar lalu kembali mengambil handuk yang sudah dibasahi dengan air.

Setelah itu dia membersihkan kaki Ana dengan teliti dan membalut luka Ana dengan betadin.

Alvin patah hati melihat darah dan luka di kaki Ana meskipun itu kecil. Sedang Ana merasa tidak nyaman dengan cara Alvin memperlakukan nya, dia merasa tidak pantas seorang lelaki membersihkan kaki perempuan, tapi Ana tidak bisa menghindarinya. 

"Alvin?". Panggil Ana dengan suara lembut dan ekspresi yang tenang. Alvin mendongak dan menatap Ana dengan sendu. 

"Apa?". Ana menatap lekat ke arah Alvin, mata mereka beradu. Ana pun bisa mempelajari wajah Alvin yang memerah dan ada ketakutan serta kecemasan tersirat di matanya.

Setelah itu Ana menunduk dan menempelkan kedua tangannya yang dingin di pipi Alvin.

"Apa yang salah? kenapa kamu begitu gelisah?".

avataravatar
Next chapter