webnovel

Pelayan Itu Adalah Pengeran Baruku

Laki-laki macam apa yang akan lebih dipilih seorang gadis? Seorang CEO yang kaya, cerdas, sukses dan bersifat manis, atau justru sosok pelayan yang kalem, maskulin, dan 100% setia merawatmu setiap saat? Dilema inilah yang sedang dialami Citra, seorang artis populer berumur 20 tahun. Apakah dia menginginkan seorang pangeran, atau apakah hidupnya justru akan lebih baik kalau didampingi seorang pelayan setia? Citra harus segera memutuskan siapakah tunangannya yang sebenarnya, dan ini benar-benar membuatnya gundah! “ Aku mencintai Miko!” Tapi Miko tidak bisa mencintai Citra karena hatinya hanya untuk Yulia, mantan Miko. Lalu apa yang harus Citra lakukan? Haruskah dia merelakan cinta pertamanya hilang? Apa dia harus membuka hatinya untuk seorang pelayan!? Yang benar saja!

Engladion · Teen
Not enough ratings
420 Chs

Posisi yang Tertukar

Setelah Citra mengatakan itu, dia menarik pandangannya, bersiap untuk berjalan pergi dari Miko. Namun, lengannya digenggam oleh pria itu. Kemudian, Miko mencengkeram pergelangan tangan Citra, jari-jarinya memegangnya dengan erat. Dia menatap Citra yang sedikit lebih pendek darinya. Dia berkata, "Aku harap kamu bisa memberikan pernyataan di media sosial atau TV untuk mengklarifikasi tentang skandalku dengan Yulia. Selain itu, aku akan mencari pengacara untuk menangani urusan Yulia dan suaminya, dan aku akan menjaga jarak darinya di mulai saat ini."

Citra dengan tenang berkata setelah beberapa saat, "Menjaga jarak? Apa artinya itu?" Miko melepaskan tangan Citra dan berkata dengan tegas, "Aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Bahkan jika ada sesuatu, aku akan memberitahunya bahwa aku sudah memilikimu sebagai tunanganku. Apakah kamu merasa puas?"

Citra sedikit terkejut karena dia tahu betul bahwa hal itu tidak akan mudah bagi Miko. Dia tertawa samar, "Kenapa tiba-tiba kamu ingin menjaga jarak dari mantan kekasihmu itu?" Miko menatap wajahnya dan berkata, "Sejak hari aku berjanji untuk menikahimu, aku tidak pernah berpikir untuk membatalkan rencana pernikahan kita. Soal Yulia…"

Mata Miko sedikit menyipit, dan tampaknya menjadi suram, nadanya juga menjadi cemas, "dia tidak baik-baik saja sekarang, dan itu adalah tanggung jawabku karena ibuku tidak hanya memaksaku untuk putus dengannya, dia juga yang memaksa Yulia untuk meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Amerika Serikat sendirian. Jadi, saat itu dia tidak punya pilihan selain menikah dengan seseorang, dan akhirnya menikah dengan pria seperti itu."

Citra yang mendengar penjelasan dari Miko kini sedikit menyalahkan calon ibu mertuanya itu. Tapi dia juga tidak sepenuhnya percaya apa yang Miko katakan. Namun tak disangka, pemandangan di pintu rumah sakit tadi malam muncul di depan matanya. Sosok Miko yang sedang melindungi Yulia dari serangan penggemarnya tergambar jelas di ingatan Citra. Dia merasa patah hati.

Citra mengatur napasnya dan menenangkan dirinya. Setelah itu, dia sangat bersemangat, dan tersenyum pada Miko, "Kalau begitu besok, aku akan memesan ruangan di Bar Castillo. Kamu bisa meminta Yulia untuk membuat janji dengan suaminya di sana, dan mereka bisa berbicara dengan pengacara langsung."

Miko menatapnya sebentar, "Oke." Dia meraih tangan Citra lagi setelah berbicara, dan berkata dengan lembut, "Apakah kamu sudah makan malam?" Citra menggelengkan kepalanya. "Aku akan mengajakmu makan malam, dan kemudian aku akan mengantarmu pulang untuk beristirahat," ujar Miko.

Citra tidak menolak. Dia menoleh untuk melihat ke arah Satya, "Mobilku masih ada di gunung dan tidak bisa dikendarai sekarang. Kamu ikut dengan kami saja sampai ke kota. Setelah tiba di kota, kamu bisa naik taksi sendiri untuk pulang. Bagaimana?"

Miko diam-diam menatap Citra yang sedang berbicara. Akhir-akhir ini, Satya hampir menjadi bayang-bayang Citra karena kemana pun Citra pergi, pasti Satya mendampinginya. Miko sebenarnya tidak menyukai pria ini pada awalnya, tapi kemudian dia sepertinya terbiasa dan sedikit bergantung padanya untuk urusan Citra. Tapi sekarang, ada semacam api cemburu yang muncul saat Miko melihat Citra dan Satya yang tampak akrab dan dekat.

Satya melirik Citra dengan samar, dan berkata dengan pelan, "Aku sudah mengatakan kepada temanku untuk menjemputku di sini, seharusnya dia sudah tiba. Anda dan Tuan Miko bisa pergi makan malam berdua." Setelah itu, dia mengangguk sedikit dan segera pergi untuk menemui temannya.

Citra tidak mengatakan apa-apa, dan kembali ke kota bersama Miko. Setelah makan di restoran, Citra membeli ponsel baru di pusat perbelanjaan terdekat. Karena teringat tentang ponsel Satya yang dibuang olehnya, jadi dia juga membeli satu lagi untuk Satya.

Lamborghini Miko diparkir di parkiran bawah tanah di apartemen Citra. Miko menundukkan kepalanya untuk melepas sabuk pengaman Citra, dan wanita di sampingnya justru bersandar ke arahnya. Kepala Citra kini bersandar di bahunya.

Setelah itu, Citra kembali ke posisinya, dan dia berkata, "Oke, kamu akan datang menjemputku besok. Jika semua berjalan lancar, kita bisa mencoba gaun pengantin juga." Miko menatapnya dan berkata perlahan, "Ya, ide bagus. Sekarang kamu bisa masuk dan istirahat."

Setelah masuk ke apartemennya, Citra langsung mandi dan berganti pakaian. Ketika dia keluar dari kamar mandi, dia melihat ada panggilan tak terjawab dari ponsel barunya, jadi dia menelepon kembali ke nomor itu. Citra menunggu panggilan terhubung untuk beberapa saat sebelum diangkat oleh pemilik nomor itu.

Suara rendah dan acuh tak acuh Satya terdengar di telinganya, "Nona?"

Citra tersenyum dan bertanya sambil menyeka rambutnya, "Bagaimana kamu tahu bahwa ini nomor baruku?" Setelah Citra membeli ponsel baru, dia mengeluarkan kartu yang sebelumnya, jadi otomatis nomornya juga ganti.

"Apakah Anda perlu saya untuk menjemput Anda besok?" tanya Satya tanpa basa-basi. "Tidak, aku akan pergi dengan Miko besok," jawab Citra. Satya menjawab dengan singkat, "Oke."

Sebelum Satya menutup teleponnya, Citra segera bertanya, "Apakah kamu sudah membeli ponsel baru?"

"Belum," jawab Satya. "Baguslah kalau begitu. Aku sudah membelikannya untukmu. Kamu bisa pasang kartu telepon besok."

"Terima kasih, nona," jawab Satya dengan nada sopan. Citra berkata, "Aku akan tidur setelah aku menyeka rambut. Selamat malam." Satya menjawab sembari memutuskan panggilan itu, " Baiklah, selamat malam."

Setelah menutup telepon, Citra melihat ke telepon dan mengerutkan keningnya karena heran dengan Satya yang berbicara begitu singkat. Siapa yang majikan dan siapa yang pengawal di sini?

____

Keesokan paginya, setelah Citra turun ke lobi apartemennya, mobil Miko sudah ada di sana. Hanya saja begitu dia mendekat, dia melihat Yulia duduk di kursi penumpang di samping Miko.

Raut wajah bahagia Citra langsung memudar, tetapi dia tidak ingin menunjukkan rasa kecewanya. Citra masih berjalan selangkah demi selangkah menuju mobil Miko dengan sepatu hak tingginya. Miko telah keluar dari mobil dan membukakan pintu kursi belakang untuknya ketika dia berjalan ke depan mobil.

Miko menatap wajah dan mata Citra yang cantik, dan masih dengan santai menjelaskan, "Rumah sakit itu dekat dengan rumahku, jadi aku mampir untuk menjemput Yulia. Wajahnya terluka dan tidak nyaman baginya untuk keluar sendiri."

Citra masih mengendalikan emosinya. Sebenarnya Citra tidak keberatan Miko mampir untuk menjemput Yulia, tapi dia keberatan dengan fakta bahwa Miko membiarkan Yulia duduk di sampingnya seolah itu adalah hal yang biasa. Apa dia tidak tahu arti posisi itu? Sebagai seseorang yang dilahirkan dalam keluarga kaya, tentu saja Miko seharusnya tahu bahwa kursi di samping pengemudi adalah untuk pasangan sang pengemudi, bukan untuk mantan kekasihnya.

Citra membungkuk dan masuk ke dalam mobil, bibir merahnya melengkung dengan senyuman terpaksa, "Berbicara tentang luka-luka di wajahmu yang disebabkan oleh penggemarku, aku benar-benar minta maaf. Tetapi mereka sudah ditahan di kantor polisi selama satu malam. Jika bisa, maukah kamu membiarkan mereka keluar?"

Yulia menoleh dengan tergesa-gesa, "Maaf Citra, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa."

Mata Yulia bertemu dengan mata Citra, dan kemudian dia tersenyum dengan enggan, "Aku memberitahu Miko tadi malam, tapi dia semakin marah dan aku tidak bisa membujuknya. Aku akan meminta Miko menelepon kantor polisi untuk membebaskan mereka nanti."

Setelah itu, Yulia melihat luka di dahi Citra dan bertanya dengan hati-hati, "Citra, apakah luka di dahimu baik-baik saja?"