webnovel

Karena Kecoa

Airin masuk ke dalam kelas saat guru kelas sudah berada di ruangan, namun begitu Airin tidak mendapat teguran dari guru tersebut karena telah mengetahui jika Airin sedang berada di ruang kepala sekolah.

"Silahkan duduk Airin, dan keluarkan buku pelajaranmu." Titah sang guru.

"Baik, Bu." 

Airin segera membuka tas nya, namun betapa terkejutnya Ia saat menemukan dua ekor kecoa di dalam tasnya.

"Ada apa Airin?" Tanya Ibu guru saat melihat airin tiba – tiba berdiri dari posisi duduk.

"Tidak ada apa – apa bu, hanya saja... saya ijin keluar sebentar bu." Ucap Airin sambil membawa dua ekor kecoa kedalam kepalan tangannya.

"Apa yang kamu pegang?" 

"I...ini..." Airin ragu untuk menjawab, namun desakan dari Ibu guru membuatnya membuka kepalan tangannya.

"Apa Airin?"

"Ini bu..."

Betapa terkejutnya sang Ibu guru saat melihat apa yang ada di dalam tangan Airin.

"Cepat kamu buang, Hi... Ibu geli." Ucap Ibu guru, sedangkan Amanda Cs hanya melongo karena tak percaya jika Airin sama sekali tidak takut dengan apa yang mereka taruh di dalam tas Airin.

Airin segera berlari keluar dari kelas, lalu membuang kecoa itu ke dalam tempat sampah.

"Kamu disini saja ya manis," Ucap Airin pada dua kecoa yang tadi Ia bawa.

'Siapa yang iseng taruh kecoa di dalam tas aku ya?' Batin Airin sambil berbalik hendak kembali ke ruang kelasnya.

Namun ...

BRUK!

"Au.." Airin mengusap dahinya yang terantuk buku, lalu Ia mendongak ingin tahu siapa yang membawa buku lewat jalan pinggir seperti ini.

"Kalau jalan lihat – lihat! Masak badan ku segede ini ga kelihatan?" Ketus airin.

"Terserah gue mau lewat mana, sekolah ini milik bokap gue jadi terserah gue mau lewat mana, gue mau apa, ga ada urusan sama Lo." Jawab Aksara tak kalah ketus.

"Jangan sok jadi orang!" Airin bersedekap.

"Lalu Lo mau apa?" Tantang Aksara.

Brak!

Airin memukul bagian tengah buku yang Aksara bawa, seketika buku – buku itu berhambur ke lantai. Dan dengan santainya Airin melangkah pergi meninggalkan Aksara yang bengong tak percaya, bagai mana bisa tangah Airin yang kecil itu membuat setumpuk buku jatuh berserakan begitu saja dengan sekali pukul.

'Belum tahu aja kamu, aku jago karate hahah' batin Airin.

"Sialan! Awas Lo." Teriak Aksara namun Airin telah sampai depan pintu kelasnya dengan senyuman mengejek Aksara.

"dasar cewek kecakepan!" gerutu Aksara dengan memungut buku – buku yang berserak di lantai.

Sementara di dalam kelas.

"Tuh bocah ternyata ga takut dengan Kecoa, guys." Ucap amanda.

Rachel hanya terdiam, jarang – jarang ada cewek yang berani dengan kecoa kecuali dirinya.

"Iya, dia bahkan Cuma bawa begitu saja tuh kecoa." Ucap Anastasya dengan ekspresi tak percaya.

"Kita ganti cara lain.." Ucap Rachel sambil menatap Airin yang kembali duduk di bangkunya.

'Kuat kuat.. aku harus kuat sekolah disini. Demi ibu dan ayah. Aku harus kuat dan tak boleh membuat mereka kecewa, tinggal dua tahun lagi aku lulus sekolah, semoga aku bisa dapat beasiswa untuk masuk ke Universitas negeri.' Doa Airin dalam hati.

Dikelas aksara.

"Lo kenapa dari tadi gue lihat Lo diem aja, jangan bilang kalau elo lagi memperhatikan guru di depan, karena gue 1000% ga percaya." Tegur Aldo pada Aksara yang duduk di sampingnya.

"Ga apa – apa, lagi kesel aja gue." Jawab Aksara cuek.

"Kesel kenapa? Karena ga di bawain sarapan sama anak baru itu." Tanya Aldo.

"Heran gue, anak baru itu masih aja jadi primadona disekolah, tau ga sih tadi gue bahkan denger adik kelas kita pada main taruhan buat dapatin dia." Ucap Alfaro membuat Aldo dan Aksara menoleh ke belakang menatap Alfaro.

"Serius?" Tanya Aldo dan Aksara bersamaan.

"Suer." Sahut Alfaro dengan mengacungkan dua jari di depan wajahnya.

"Tapi memang dia cakep sih." Ucap aldo.

"Lo naksir?" Tanya Aksara ketus sambil melirik Aldo.

"Hatiku masih terpaut dengan Rachel, si tomboy yang menawan, Asiiik... tapi memang cakep, lagian kalo dipikir – pikir nih ya... kamu ngapain bencci sama gadis – gadis cantik terus anteng gitu, denger ya Aksara ga semua cewek cantik, diem, itu kayak mami Lo." Ucap aldo blak-blakan yang langsung mendapat pukulan di pundak dari Alfaro.

Aldo meringis, "Sorry sorry... tapi apa yang gue omongin benerkan?"

"Tau Ah!" Ucap Aksara.

"Aldo, Alfaro, Aksara, silahkan keluar kalau mau berdiskusi sendiri." Tegur sang guru kelas.

"Maaf bu." Ucap Alfaro sopan mewakili kedua temannya.

Aksara, Aldo dan Alfaro terkenal sebagai anak yang pintar dan berprestasi namun juga terkenal dengan kejahilan serta keisengan mereka. 

"Tapi gue penasaran dengan Airin, dia begitu santai dan tenang setiap kali kita kerjain dia, apa lagi Anastasya barusan Chat gue bahkan semua keisengan mereka ga ada yang mempan sama Airin." Ucap Alfaro.

"Baru kali ini ada anak yang masih tetap bertahan sekolah disini walau berulang kali kita kerjain." Ucap Aldo.

"Gadis miskin kayak dia Cuma seneng modal tampang buat jerat cowok kaya kayak kita, jijik gue." Ucap Aksara ketus.

"Awas jatuh cinta." Kata Alfaro.

"Siapa? Gue? Sama cewek itu?hah! tak mungkin." Kata Aksara penuh percaya diri, walau dalam hati Ia sendiri tidak yakin, sejak pertemuannya tadi pagi bayangan Airin selalu muncul di dalam benaknya.

"janagan jumawa jadi orang, kedepan kita ga tahu Lho, bisa jadi orang yang paling Lo benci dia adalah orang yang paling tulus sama elo, dan bisa jadi kan perasaan benci itu berubah jadi perasaan penuh cinta." Ujar Aldo.

"Contohnya gue, dulu gue benci banget sama Rachel eh tau nya sekarang gue justru cinta banget sama dia, walau dia ga pernah ngerespon perasaan gue, tapi gue sadar sih itu semua karena kesalahan gue di masa lalu sama dia, nah karena gue ga mau kayak gue, Aksa." Lanjut Aldo.

"Sungguh kau bijaksana kawan.." Puji Alfaro lalu terkekeh.

Tanpa terasa jam pelajaran telah berakhir kini waktunya mereka istirahat, dan seperti biasa mereka akan pergi ke atas gedung sekolah sebagai pelepas penat untuk melihat pemandangan kota yang imdah.

"Bilang cewek lo, suruh antar makanan ke atas." Titah Aksara pada Alfaro.

"Ok." Sahut Alfaro lalu mengetikkan pesan pada Anastasya yang telah berada di kantin untuk membelikan mereka makanan.

"beres bos." Ucap Alfaro seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Aksara berdiri di atap sekolah, dengan matanya memandang keseluruh penjuru, namun tak sengaja matanya menagkap sesuatu.

"Papi.." Gumam Aksara yang masih bisa terdengar oleh kedua sahabatnya, sontak Aldo dan Alfaro ikut menatap ke arah pandang Aksara.

"Ngapain papi Lo sama cewek itu.."

"Sialan!" Alfaro mengepalkan tangannya kesal.

Next chapter