webnovel

Pekerjaanku [End]

Tidak ada bayangan tentang menjadi seorang asisten pribadi. Tapi inilah yang terjadi. Dari seorang satpam, Deano kini berusaha sangat keras untuk bisa menjadi seorang asisten pribadi. Berkali-kali ingin menyerah, tapi nyatanya tetap bertahan. Ada banyak hal yang membuatnya bertahan meski ingin menyerah. Membuka matanya bahwa hidup orang lain tidak seindah apa yang dilihat. Yakin, meski terlambat, tapi hasil yang akan diraih tidak akan berkhianat. "Karena kamu membalas anggukanku." Jawaban sang bos nyatanya membuat Deano merasa sangat jengkel.

dhiarestwd · Realistic
Not enough ratings
22 Chs

Formasi Lengkap

Tepat satu bulan aku bekerja sebagai asisten pribadi. Dan ini adalah HARI GAJIAN woy. Hari yang ditunggu selama sebulanan ini.

Kemarin, waktu wawancara itu, mereka menawariku gaji yang cukup menggiurkan. Untuk gaji yang akan aku terima, itu lebih dari upah minimum di propinsi ini. Yang intinya itu gede banget menurutku. Dan realisasinya adalah LEBIH BESAR dari yang dibicarakan. Rasanya seneng banget sumpah. Aku bisa jajan kalo gini.

Kembali ke pekerjaan. Aku sudah mulai bisa berbahasa Korea untuk percakapan yang simpel dan singkat. Kalau ngomongnya pada cepet, aku tetep harus mengira-ira apa yang mereka katakan.

"Already able to follow in Korean?" tanya Rossie, ketika kami sedang memperhatikan 3 orang kaya itu berbincang dalam bahasa Korea.

"It hasn't gone well, but it's better." jawabku bangga.

Tentu saja harus ada progres yang aku tunjukkan, biar semua yang sudah membantu tidak merasa sia-sia. Apalagi ada 2 tutor yang membimbingku. Ah, aku jadi inget Fara. Mungkin aku harus membelikan sesuatu untuk dia nanti, sebagai ucapan terima kasih karena mau mengajariku bahasa Korea kan.

Lalu, pagi ini rumah keluarga Narendra tiba-tiba aja rame. Yang biasanya cuma 3 mobil yang berbaris rapi di depan garasi, sekarang ada banyak mobil. Itung aja ada 7 mobil. Berarti ada 4 tambahan mobil yang masuk. Mobil siapakah kira-kira?

Masuk ke rumah melalui pintu belakang, aku langsung disambut oleh Tina, dia adalah salah satu asisten rumah tangga disini. "Kopi Mas De?"

"Nggak, Mbak, makasih. Udah ngopi tadi." jawabku sopan.

Berjalan masuk ke dalam rumah, aku menemukan keramaian yang tidak biasa. Ruang makan ini penuh. Ya nggak penuh amat sih, tapi paling nggak kursi yang diduduki nggak cuma 3 seperti hari biasanya.

Yang membuatku melongo adalah mereka memiliki paras yang nggak biasa. Cantik dan ganteng sih mereka. Ada yang berparas Asia, Eropa dan campuran antara Asia dan Eropa. Bisa ya ada tampang yang kek gitu?

Aku tidak mendekat ke meja makan, karena takut mengganggu mereka. Lagian, aturan di keluarga ini juga tidak mengijinkan obrolan pekerjaan ketika mereka sedang berkumpul di meja makan. Jadi aku mlipir ke ruang yang mirip seperti dapur bersih. Dimana disana sudah ada tambahan 3 orang lagi selain Kairo dan Rossie.

Ada Eric Blanc, Josh Richard dan juga Ansel Hoffman. Mereka bertiga adalah asisten pribadi para anggota keluarga Narendra yang tinggal di Eropa. Biar aku jelasin satu-satu ya. Eric Blanc ini adalah aspri Ilham Narendra, yang notabene adalah anak ketiga dari Mr. & Mrs. Narendra. Beliau tinggal di Strasbourg, Perancis. Hmm, kira-kira seperti apa ya kota yang ditinggali oleh salah satu crazy rich ini?

Lalu ada Josh Richard yang menjadi aspri untuk Bima Narendra. Tinggal di Norwich Inggris. Ya ampun, aku cuma taunya London, Manchester, Liverpool doang kalo soal Inggris mah. Itu juga taunya karena klub sepak bola yang ngetren dari dulu.

Yang terakhir adalah Ansel Hoffman. Kalau diliat dari namanya, jelas dia ada bau-bau Jerman gitu. Biasanya kan emang gitu ya. Dan emang bener sih, si Ansel ini dari Jerman, dan dia asprinya Arrael Narendra. Si anak pertama yang mengikuti jejak Mr. Narendra menjadi dokter. Beliau tinggal di Heidelberg Jerman. Jangan tanya ada dimana, karena aku baru pertama kali denger kota itu.

"This is Deano Ramazi, Mr. Angga's personal assistant." Rossie dengan baik hati memperkenalkanku kepada mereka bertiga.

Well, seperti Kairo, mereka bertiga menyalamiku dan mempekenalkan diri, lalu kembali berkutat pada tablet masing-masing. Ya ampun, apa nggak bisa kita ngobrol geje dulu sebagai perkenalan? Apa waktu mereka sebegitu pentingnya sampai nggak mau ngobrol sama aku? Atau aku yang nggak begitu penting bagi mereka sampai-sampai dicuekin gini?

Berarti, dengan kedatangan para anak yang lain, ini adalah formasi lengkap dari keluarga Narendra. Hal yang langka untuk bisa disaksikan, kecuali dari foto yang dipajang di ruang keluarga. Aku jadi mikir, mereka kaya tapi nggak bisa setiap hari ketemu secara fisik. Beda sama aku dan keluargaku, yang biasa aja tapi sering ketemu. Yah, kehidupan orang kan beda-beda ya. Tinggal gimana kita mensyukurinya aja sih.

Belum sempat aku berbasa-basi, mereka sudah dipanggil oleh bos mereka masing-masing. Hanya aku yang tidak laku disini, karena bosku saja cuek bebek sama aku. dia lebih suka berkutat sama tablet atau laptopnya.

Sedih banget yak jadi gue.

[Come to my room, I have a job for you]

Pesan itu masuk ke ponselku begitu saja. You know, ini pertama kalinya si Bos mengirimiku pesan. Ya ampun, jadi deg-degan deh.

setelah mengetuk pintu, suara yang jarang terdengar. Asli, sudah banget nyuruh Bos Kecil buat ngomong tuh. Yang bisa ngajakin ngomong dengan mudah tuh cuma Nyonya Clara doang. Bahkan Mr. Narendra aja nggak segampang itu ngajakin ngomong si Bos Kecil. Padahal bapaknya kan.

Ini pertama kalinya aku masuk ke kamar Bos Kecil. Rasanya kek masuk ke dunia lain gitu. Kamarnya luas banget. Mungkin bisa dijadiin kaplingan tipe 36 ini kamar.

Kamar ini malah mirip kaya kamar hotel yang paling mewah, yang pake ada ruang tamunya juga. Memang gitu kok.

Begitu masuk, ada kursi tamu single yang berjumlah 4 buah, tersusun rapi mengitari sebuah meja. Ada pintu lagi yang membawa kita ke kamar tidur yang sesungguhnya. di depan ranjang, ada kaca besar banget yang tingginya dari lantai sampai langit-langit. biar puas ngacanya kali ya. disisi kiri tempat tidur, ada semacam pintu rahasia, yang bentukannya mirip sama lemari biasa. wah, bener-bener menakjubkan.

Ternyata, pintu rahasia itu menuju ke ruang pribadi yang mirip ruang bekerja. atau ruang belajar mungkin ya. Menghadap ke jendela besar, ada meja arsitek yang sepertinya sedang digunakan.

"Rapikan meja itu dan rangkum email yang masuk." meski tidak begitu paham apa yang dikatakan Bos Kecil, tapi aku bisa menangkap perintah yang diucapkannya dalam bahasa Korea itu.

Balasanku hanya mengangguk dan segera memulai pekerjaan. Yeah, ini perintah pertama dari si Bos. Rasanya semangat gitu ngerjainnya.

Aku pikir email yang masuk palingan cuma notifikasi game atau apa gitu, ternyata nggak. Wah, sepertinya aku terlalu meremehkan.

Isi email-nya beragam. Mulai dari tugas sekolah, email tawaran kerja sama, email undangan jadi pembicara dan juga ada email persetujuan kerja. What the hell? Anak umur 17 tahun udah dapet email kek ginian?

Totalnya ada 23 email yang aku cek. Dan sebagian besar tentang email kerja sama. Setelah merangkum dan menyerahkan ke Bos, aku menunggu tugas selanjutnya.

"Ini pekerjaanmu. Lakukan sebelum jam 12 siang." ucapnya begitu selesai membaca rangkumanku.

Oke, aku bisa melakukannya. Ini bukan hal sulit untukku.

***

Jam makan siang, keluarga berkumpul lagi. Yang berbeda, semua orang berkumpul termasuk para asisten pribadi. Entah apa yang akan mereka bahas. Tapi kesempatan ini memberi informasi tersendiri untukku.

Seperti fakta bahwa istri Arrael Narendra adalah seorang berkebangsaan Indonesia. Fakta yang mencengangkan, mengingat beliau lebih mirip orang Jepang daripada orang Indonesia.

Kesemua anggota keluarga Narendra tuh tampan dan cantik. Bahkan sang menantu pun terlihat mempesona meski bukan dari keluarga Narendra. Aku memang terpesona, tapi cukup tahu diri dengan posisiku. Aku juga nggak mau disebut pebinor. Masih sayang pekerjaan sih. Yah walaupun sebenarnya aku iri setengah mati sama Mr. Arrael Narendra.

Hei, balik lagi ke suasana keluarga Narendra. Meski suasana ramai, si Bos Kecil tetap aja diam. Masih asik dengan tabletnya. Tapi kalau diperhatikan lagi, sepertinya pendiam memang sudah turunan di keluarga ini.

Mr. Narendra, meski tidak sependiam Bos Kecil, tapi tetap bisa dikatakan pendiam. Apalagi kalau dibandingkan dengan keriuhan Nyonya Clara ya. Ditambah Mr. Bima dan Mr. Ilham, keriuhan ini tidak ada tandingannya.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa sifat pendiam Bos Kecil itu turunan dari bapaknya. Nggak cuma Bos Kecil, karena Mr. Arrael sejatinya juga pendiam. Bedanya, dia akan fokus pada istrinya ketika sedang tidak bersuara. Laki-laki tipe yang bucin nih bau-baunya.

Rossie memberitahuku kalau kedatangan mereka semua ini ada tujuannya. Setiap tahun keluarga ini akan berkumpul sesuai dengan kesepakatan. Dimana pun itu, ketika di minggu ke dua bulan November. Karena pada tanggal itu adalah tanggal pernikahan Mr. dan Mrs. Narendra. Ouh, so sweet banget ya merayakan ulangtahun pernikahan orangtua bersama keluarga besar.

Kalau aku mah boro-boro merayakan, inget tanggal nikahannya Bapak sama Ibu aja nggak. Maklum, aku belum lahir pas mereka nikah. 😏😏😏

Itu sebabnya untuk 2 atau 3 minggu kedepan rumah akan ramai. Dan pekerjaan akan sangat banyak.

Terbukti dengan segala hal yang harus dipersiapkan untuk menyelenggarakan pesta di rumah. Tidak hanya di rumah saja, tapi juga di hotel mewah yang ada di kota ini, yang harga menginapnya saja bisa 2 kali lipat dari gajiku. Daebak!

Capek sih, tapi ada hikmahnya kok. Bagaimana aku terlibat dalam sebuah acara penting. Apa saja yang harus aku lakukan. Seperti apa hebohnya menyiapkan segala keperluan. Dengan siapa saja aku akan terlibat. Itu semua adalah bayaran yang setimpal untuk semua kelelahanku. Juga uang lembur yang nominalnya tak terduga.

***

Keluarga Narendra tuh unik ya. Mereka kaya banget, bahkan mungkin bisa disebut crazy rich-nya kota ini, tapi nggak sombong sama sekali. Eh tapi, aku kan nggak punya pembanding buat mereka. Karena aku hanya kenal mereka aja, aku nggak kenal orang kaya lainnya.

Yang jelas, mereka baik banget sama kami yang bekerja dengan mereka. Nggak segan bergabung pas kami para pekerja berkumpul. Nggak melulu ngobrolin tentang pekerjaan, tapi juga banyak hal. Bahkan mereka juga menanyakan hal pribadi kami untuk mengakrabkan diri.

Yang teramah dari semua orang adalah Farilham Narendra, si anak ketiga yang tinggal di Perancis. Hebatnya lagi, usianya lebih muda dari aku, yakni 20 tahun, tapi udah mandiri dengan tinggal sendiri di negara orang. Standing applaus lah buat dia.

Mr. Ilham ini orangnya receh banget. Suka ngomong yang lucu dan memang orangnya periang. Beliau juga nggak masalah ngomong dalam bahasa Inggris karena aku belum lancar berbahasa Korea. Parahnya sih kalau beliau ngomong pake bahasa Perancis, matilah aku. Aku doang yang nggak nyambung, karena para aspri lainnya udah canggih.

Eh, ada juga sih Mr. Arbima Narendra yang juga suka ngobrol. Tapi Mr. Arbima menurutku sedikit lebih serius. Mungkin tuntutan pekerjaan juga kali ya.

Jangan tanya Mr. Arrael Narendra seperti apa. Karena beliau pendiam kek Bos Kecil. Plek ketiplek banget deh. Yang ngebedain ya cuma wajah aja sih.

Mr. Arrael itu wajahnya mirip Nyonya Clara banget, bule gitu. Beda sama Bos Kecil yang wajahnya mirip sama Mr. Narendra yang Asian look. Masih kepikiran sih, gimana Mr. dan Mrs. Narendra dulu ketemu trus nikah. Anak-anaknya ganteng-ganteng cuy.