webnovel

Tujuh puluh tujuh

Waktu 10 menit yang diberikan oleh Fritz telah habis. Dengan penuh kesadaran, Aaron keluar dari kamar hotel dan meninggalkan Freya. Tak ada sepatah katapun yang terucap ketika Aaron berpamitan. Freya sibuk mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh seorang Aaron Greene. Tidak mungkin ini hanya lelucon, karena menyangkut nyawa sahabtnya, pikir Freya.

Apa yang baru saja di dengar oleh Freya? Troy kecelakaan? Dan sekarang dia sedang koma?

Tiba-tiba saja dia merasakan sakit yang sangat disekujur tubuhnya. Freya tidak tahu bagian mana yang menjadi sumber sakitnya. Yang pasti, rasa sakit itu membelit tubuhnya, berusaha mengambil alih tubuhnya. Seketika semuanya menjadi gelap.

Diluar ruangan, Fritz yang melihat Aaron keluar dengan tenang segera menuju ruang tamu. Betapa kagetnya dia ketika melihat Freya terkulai lemah di sofa. Jejak air mata tercetak jelas di pipinya. Entah apa yang mereka bicarakan tadi.

"Freya, are you okay?" tanya Fritz.

Awalnya dia mengira adiknya hanya merebahkan tubuhnya, bersandar pada sofa. Tapi ketika panggilannya tidak mendapat respon, Fritz mulai panik. Segera saja dia memanggil Taylor dan Paul. Fritz langsung memerintahkan keduanya untuk menyiapkan mobil dan bergegas menuju rumah sakit.

Kepanikan jelas tergambar di wajah Fritz. Dia benar-benar tidak mengira pembicaraan singkat itu akan membawa petakan untuk adiknya. Apa kira-kira yang mereka bicarakan, sampai membuat Freya pingsan? Fritz langsung merutuki dirinya yang mau saja meninggalkan keduanya, tanpa tahu pembicaraan seperti apa yang dia lewatkan.

"Beliau baik-baik saja, bayinya pun baik. Mungkin beliau terlalu syok sehingga menyebabkan pingsan." jelas Dr. Robinson kepada Fritz.

Ada kelegaan yang tersirat dimata Fritz. Paling tidak, adiknya tidak dalam kondisi yang berbahaya. Setelah mendengar penjelasan itu, Fritz segera menelepon Jovita. Dia meminta sahabat adiknya itu untuk menggantikannya sebentar menunggui Freya.

"Ada apa? Kenapa dia bisa masuk rumah sakit?" tanya Jovita ketika sampai di rumah sakit.

"Aku kurang paham. Dia bertemu seseorang hingga akhirnya pingsan." kata Fritz singkat. Dia tidak mau terlalu banyak memberi informasi kepada Jovita, karena informasi ini menyangkut masa lalu Freya.

"Apa kamu nggak menjaganya? Kamu tahu kan kondisi Freya seperti apa." Jovita sedikit emosi. Sangat disayangkan kalau Freya sampai kenapa-kenapa.

Fritz merasa senang bahwa adiknya memiliki sahabat yang sangat menyayanginya dan memberikan perhatian yang lebih. Tapi Fritz tidak senang kalau dia menjadi objek kemarahan sahabat adiknya itu. Oke, ini kesalahannya karena membiarkan mereka berbincang. Dan Fritz akan memastikan Aaron Greene akan mendapat balasannya.

Tanpa berpamitan, Fritz pergi meninggalkan rumah sakit diikuti oleh Taylor. Dia sudah tahu dimana Aaron tinggal. Laki-laki itu harus membayar apa yang sudah dilakukannya terhadap adiknya. Emosi itu berhasil menguasai Fritz, menghilangkan kendali dirinya yang biasanya tampak.

...

Ketika sedang berkemas, Aaron mendapati pintu apartemennya digedor dari luar. Siapa orang yang tidak beradab ini? Padahal ada bel pintu yang bisa dia gunakan.

Perlahan Aaron berjalan menuju pintu. Betapa kagetnya dia ketika membuka pintu dan langsung menerima sebuah pukulan yang sangat menyakitkan. Tidak hanya sekali, pukulan itu berkali-kali menghantam wajahnya. Meski sekuat tenaga berusaha menghindar, Aaron tidak bisa berbuat apa-apa karena orang itu sudah duduk diatasnya. Pukulan demi pukulan terus diterima Aaron.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Freya? Apa kamu tahu bagaimana kondisinya saat ini?" setelah mengatakan itu, orang yang dikenali Aaron sebagai Fritz Mayer terus menghujaninya dengan pukulan.

Baru setelah dia kehabisan tenaga, Fritz Mayer berhenti memukulinya dan bangkit. Memandangi Aaron yang sudah tidak berdaya. Taylor yang sedari tadi hanya melihat, tak berniat untuk melerai mereka sedari tadi.

"Aku hanya minta dia menemui Troy." Aaron langsung bangkit dan berjalan menuju ruang tengah.

Kepalanya sakit dan wajahnya yang perih membuat Aaron tak bisa melihat dengan baik. Untuk memasukkan sandi ponselnya pun Aaron merasa kesulitan. Pada akhirnya, Aaron berhasil membuka ponselnya dan memperlihatkan foto Troy yang terbaring di rumah sakit. Tapi Fritz tidak menampakkan emosi. Wajahnya datar.

"Aku hanya minta Fenita menemui Troy. Dia sedang berjuang untuk memperoleh kesadarannya kembali." ucap Aaron sambil menahan rasa sakit.

"Tolong. Sekali aja, biarin Troy bertemu dengan Fenita. Aku mohon."

Mungkin itu jalan terakhir yang bisa Aaron pikirkan. Bagaimana pun caranya, dia harus bisa membawa Fenita bertemu dengan Troy. Menanggalkan harga diri dan keangkuhan untuk sementara tidak akan menjadi masalah, asal dia bisa membantu sahabatnya. Itulah yang ada dipikiran Aaron saat ini. Bahkan bila perlu, dia akan berlutut dan memohon kepada Fritz Mayer.

...

Apa foto itu yang membuat Freya syok dan akhirnya pingsan?

Fritz memang bukan orang yang ramah, tapi dia bukan orang yang tidak punya perasaan. Sebenci apapun dia kepada Troy, dia tetap tidak akan tega melihat kondisinya saat ini. Apa yang terjadi sehingga troy bisa seperti itu?

Selesai berurusan dengan Aaron Greene, Fritz kembali ke rumah sakit. Freya sudah sadar ketika Fritz mencapai ruang rawatnya.

"Jo, bisa tinggalin kita berdua?" kata Fritz. Karena Jovita sedari tadi menunggui Freya ketika dia pergi. Dengan anggukan mantap, Jovita keluar kamar.

"Jangan siksa diri kamu dan bayimu. Menangis nggak akan menyelesaikan masalah. Kalau kamu ingin menemuinya, silahkan. Tapi biarkan aku ikut." dengan tegas Fritz berkata.

Selama ini dia selalu mengikuti semua perkataan Freya. Dia menyerahkan semua keputusan ditangannya. Itu bagian dari bentuk kasih sayang Fritz kepada adiknya. Fritz tidak mau mengekang adiknya dengan aturan atau apapun yang memberatkannya. Dan karena semua perlakuannya itu, dia tidak pernah bisa tegas terhadap adiknya.

Tapi kini, entah kenapa dia ingin mengambil tindakan untuk adiknya itu. Dia ingin Freya benar-benar menyelesaikan masalahnya dengan Troy sampai tuntas. Apapun hasilnya, keduanya harus mencapai kata sepakat. Agar mereka bisa melanjutkan hidup mereka masing-masing andaikan mereka berpisah. Atau hidup bersama dengan bahagia.

Freya menatap Fritz tak percaya. Karena sepengetahuannya, Fritz tidak mau berurusan dengan Troy dalam hal apapun, kecuali masalah pekerjaan. Dan sekarang dengan lapang dada Fritz ingin menemani Freya menemui Troy?

Tak ada kata yang keluar dari mulut Freya. Dia terus saja menangis haru karena memiliki kakak yang begitu pengertian. Dan juga, sebentar lagi dia akan bertemu dengan laki-laki yang selama ini dia rindukan. Ayah dari anak yang sedang dia kandung.

"Kalau hasil pemeriksaan dokter baik, kita akan segera terbang ke Brisbane." tambah Fritz.

Itu sama saja dia berkata bahwa Freya harus menjaga kesehatannya. Agar dia bisa mendapatkan surat rekomendasi dari dokter dan layak terbang. Iya, daripada dia harus berkendara lebih dari 10 jam melalui jalan darat.

"Thank you." hanya itu yang terucap.

Seolah mendukung ibunya untuk menemui sang ayah, bayi itu bergerak aktif di perut Freya. Membuat Freya sedikit terkejut dan kesakitan.