webnovel

Benar benar di dunia lain

(Masih MC POV)

"Apa yang terjadi"

"Dimana ini"

"Siapa yang gila melakukan ini"

"Apa....."

Saya melihat para siswa berteriak panik karena terkejut melihat perubahan segala disekitar setelah cahaya padam.

"Selamat datang pahlawan dari dunia lain"

Baru saat itu saya melihat tempat kami saat ini bukanlah lagi ruangan kelas melainkan aula yang sangat besar.

Tiang tiang tinggi terlihat kokoh berdiri di beberapa sisi.

"Siapa kamu" Andrew bertanya mewakili kami setelah melihat pembicara.

"Itu benar kalian siapa"

"Ya..."

Di ikuti dengan celoteh para siswa di sekitar.

Andrew adalah seolah pria muda yang terlihat tinggi dan tampan.

Dia terlihat sangat percaya diri dan tidak terlihat gugup walaupun dihadapkan dengan perubahan acara.

"Saya adalah Thomas Wilsohn, saya adalah penyihir yang diperintahkan oleh yang mulia raja untuk memanggil para pahlawan dari dunia lain untuk membantu kami dalam menghadapi sosok Iblis yang berkuasa di negara iblis, atau kita bisa juga menyebutnya Raja iblis" pria tua dalam setelan jas hujan, ah tidak, mengenakan jubah mage berkata memperkenalkan diri sambil menyebutkan alasan dalam pemanggilan kami.

"Apa!! jadi ini adalah dunia lain?? dan kalian memanggil kami kesini untuk menghadapi raja iblis??" Andrew bertanya untuk memastikan.

"Itu benar..." Mendengar pertanyaan Andrew, Thomas berkata dengan percaya diri yang walaupun terdengar sedikit gugup.

Mungkin dia tidak bisa memastikan apakah kami akan dengan pasti membantu mereka dalam menghadapi bencana yang dia hadapi.

Tetapi eskpresi gugup dan percaya dirinya digantikan dengan ekspresi aneh dan heran.

Mengapa??, itu karena bukan saja teman teman satu kelas saya merasa kesal atau terkejut karena ini malahan terlihat senang dan bahagia bahkan saya tidak berbeda dengan yang lainnya.

Kapan lagi coba, dipindahkan ke dunia lain yang hanya ada dalam cerita novel para novelis.

"A'hemmm.. Saya harap para pahlawan agar memberikan bantuan kepada kami" Thomas berkata setelah menenangkan diri.

Kami kemudian menghentikan kebahagiaan yang sementara dan menoleh untuk melihat Thomas yang menatap kami dengan penuh harapan.