webnovel

Chapter 323 : Snow Palace

Beberapa menit kemudian.

Kami pun akhirnya tiba di kota San Lucia. Saat kami tiba di kota San Lucia, terlihat ada cukup banyak orang yang berdiri di sisi kanan dan kiri jalan yang kereta kuda kami lalui. Orang-orang itu melambaikan tangannya ke arah kereta kuda yang kami tumpangi. Selain melambaikan tangan, orang-orang itu juga memanggil nama Irene dengan sebutan 'putri Irene'.

"Selamat datang kembali, putri Irene,"

"Putri Irene!," ucap orang-orang itu.

Orang-orang itu terus memanggil nama Irene sementara Irene terlihat hanya diam saja tanpa menanggapi orang-orang yang memanggil namanya itu. Meski begitu, Irene terlihat tidak merasa risih dengan orang-orang yang memanggil namanya itu. Sementara itu, aku penasaran apakah Irene sering mengalami hal seperti ini setiap dia datang atau pergi ke kota San Lucia ini. Aku pun memutuskan bertanya kepada Irene.

"Apa kamu selalu mengalami hal seperti ini setiap kamu datang ke kota San Lucia, Irene ?," tanyaku.

"Iya. Setiap aku datang ke kota ini untuk mengantarkan proposal bantuan dana kepada ayahandaku pun aku selalu disambut oleh mereka," ucap Irene.

"Nona itu sangat populer di kota San Lucia ini, Rid. Dulu, ketika aku dan Lily menemani nona untuk berkeliling kota ini, selalu ada banyak orang yang menghampiri nona untuk menyapa dan berbicara dengannya. Para pedagang yang berjualan di kota ini bahkan sering memberikan barang dagangan mereka kepada nona secara gratis disaat nona sedang melihat-lihat tempat para pedagang itu," ucap Leandra yang tiba-tiba ikut dalam pembicaraanku dan Irene.

"Itu benar. Walaupun nona jarang menanggapi mereka dan memilih untuk memperlihatkan ekspresi yang dingin, nona tidak pernah merasa risih dengan mereka yang datang menghampirinya untuk menyapa atau mengobrol dengannya. Untuk para pedagang, meski nona jarang berbicara dan menanggapi mereka, nona selalu menerima barang-barang yang diberikan secara gratis oleh para pedagang itu. Makanya tuan Duke selalu heran ketika melihat kami yang membawa banyak barang dari kota San Lucia karena barang-barang yang kami bawa adalah barang yang diberikan secara gratis oleh para pedagang itu," ucap Lily.

"Begitu ya. Jadi Irene sangat populer di kota San Lucia," ucapku.

"Yah itu wajar saja kalau Irene bisa populer di kota San Lucia. Tuan Duke San Lucia yang merupakan ayah mereka merupakan sosok pemimpin yang populer dan dicintai di wilayah San Lucia, jadi tidak heran kalau anaknya pun juga populer," ucap Chloe.

"Iya, penjelasanmu itu benar, Chloe," ucapku.

Kereta kuda kami pun terus melaju di jalanan kota San Lucia untuk menuju kediaman Duke San Lucia. Para warga kota San Lucia yang berada di sisi kiri dan kanan jalan masih terus memanggil nama Irene. Namun di antara banyaknya suara yang memanggil nama Irene, aku mendengar beberapa suara yang memanggil namaku.

"Tuan Rid!,"

"Selamat datang di kota San Lucia, tuan Rid," ucap suara-suara yang kudengar itu.

"Sepertinya selain nona, kamu juga menjadi orang yang populer di kota ini, Rid," ucap Leandra.

Sepertinya Leandra juga mendengar suara-suara yang memanggil namaku.

"Yah itu wajar saja. Kamu saat ini adalah pacar dari nona dan hubungan kalian itu sudah diketahui oleh seluruh orang di kerajaan ini. Kalau nona populer di kota ini, tentu saja kamu sebagai pacarnya akan populer juga," ucap Leandra.

"Yah aku sendiri juga tidak terlalu memperdulikan tentang hal itu," ucapku.

-

Beberapa menit kemudian.

Kami pun telah tiba di sebuah kediaman yang sangat megah. Kediaman itu didominasi oleh warna putih dan biru. Halaman pada kediaman itu terlihat sangat luas dengan selimuti oleh hamparan salju berwarna putih. Kediaman yang sangat megah itu merupakan kediaman Duke San Lucia, yaitu Snow Palace. Setelah sampai di depan gerbang kediaman Duke San Lucia, kami pun langsung turun dari kereta kuda yang kami tumpangi. Murid-murid tahun keempat yang lain pun juga ikut turun dari kereta kuda yang mereka tumpangi.

Setelah turun dari kereta kuda, kami langsung berjalan ke depan gerbang kediaman Duke San Lucia, terlihat ada banyak prajurit Duke San Lucia yang sedang menjaga gerbang kediaman Duke San Lucia. Tidak hanya bagian gerbang saja, terlihat ada cukup banyak prajurit yang sedang berpatroli mengelilingi dinding bagian luar kediaman Duke San Lucia. Setelah kuingat lagi, aku juga melihat ada banyak prajurit Duke San Lucia yang sedang berpatroli dan berjaga di jalanan kota San Lucia yang kami lewati tadi. Para prajurit itu bukan hanya berasal dari ras manusia, tetapi juga ada dari ras lain seperti Demi-Human dan Elf. Sepertinya kota San Lucia saat ini sedang dalam penjagaan yang ketat. Ya, itu wajar saja karena seluruh anggota keluarga San Lucia yang kebanyakan tinggal di kota ini telah menjadi target pembunuhan. Maka dari itu Duke San Lucia memutuskan untuk memperkuat penjagaan di kota San Lucia ini.

Disaat kami sedang berdiri di depan gerbang kediaman Duke San Lucia, tuan Alan dan beberapa pengajar terlihat sedang berbicara dengan para prajurit yang menjaga gerbang kediaman Duke San Lucia. Tidak lama kemudian, para prajurit itu pun membukakan gerbang kediaman Duke San Lucia dan mempersilahkan kami semua untuk masuk. Kami pun langsung masuk ke dalam wilayah kediaman Duke San Lucia setelah dipersilahkan masuk.

Kemudian, kami pun berjalan menyusuri jalan yang diselimuti salju untuk menuju bagian depan halaman kediaman Duke San Lucia. Setelah sampai di bagian depan kediaman Duke San Lucia, kami disambut oleh banyak orang di depan kediaman beliau.

"Selamat datang di Snow Palace," ucap orang-orang yang menyambut kami.

Mereka yang menyambut kami ada yang berpakaian seperti pelayan, prajurit Duke San Lucia dan ada juga yang berpakaian formal. Mereka yang menyambut kami tidak hanya berasal dari ras manusia saja, tetapi ada juga yang berasal dari ras lain seperti Demi-Human dan Elf. Aku melihat Leandra dan Lily sedang tersenyum ketika melihat ke arah orang-orang yang sedang menyambut kami. Sepertinya mereka tersenyum karena ada orang tua mereka di antara orang-orang yang menyambut kami.

Setelah orang-orang itu menyambut kami, Duke Louis pun langsung keluar dari dalam kediamannya bersama dengan komandan Mina untuk menyambut kami.

"Selamat datang di kediamanku, para murid San Fulgen Akademiya," ucap Duke Louis.

-

Setelah menyambut kami, Duke Louis langsung mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam kediamannya. Saat kami sudah berada di dalam kediaman Duke Louis, Duke Louis menuntun dan membawa kami ke sebuah pintu yang berada di dalam kediamannya. Duke Louis lalu membuka pintu itu dan setelah itu kami langsung masuk ke dalam ruangan itu . Di ruangan itu terdapat banyak makanan dan minuman yang sudah disediakan di banyak meja.

"Kalian semua, silahkan dinikmati makanan dan minuman yang kami sediakan. Tidak perlu sungkan, kalian boleh memakan sebanyak yang kalian mau," ucap Duke Louis.

Setelah mendengar perkataan Duke Louis, para murid tahun keempat yang sudah berada di ruangan itu pun langsung menyantap makanan dan minuman yang telah disediakan. Tidak hanya para murid saja, para pengajar pun juga ikut menyantap makanan dan minuman yang telah disediakan. Sementara itu, Duke Louis terlihat sedang menghampiri dan mengobrol dengan beberapa pengajar seperti tuan Alan. Setelah mengobrol dengan tuan Alan dan beberapa pengajar lainnya, Duke Louis pergi menghampiri Charles dan Chloe yang saat ini sedang berada cukup jauh dariku. Charles dan Chloe saat ini sedang berada di bagian depan ruangan ini, sedangkan aku sedang berada di bagian belakang ruangan ini. Charles dan Chloe terlihat sedang asik mengobrol dengan Duke Louis. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, mungkin mereka sedang membicarakan sesuatu yang bersifat pribadi. Aku merasa tidak perlu untuk membaca pikiran mereka hanya untuk tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Kemudian, setelah melihat ke arah Charles, Chloe dan Duke Louis, aku melihat ke sekeliling ruangan ini. Lalu di bagian kanan ruangan ini, aku melihat Leandra dan Lily sedang berbicara dengan 2 orang Elf pria dan wanita serta 2 orang Demi-Human pria dan wanita. Elf pria dan Demi-Human pria terlihat mengenakan seragam prajurit Duke San Lucia, sementara Elf wanita dan Demi-Human wanita terlihat mengenakan seragam pelayan. Dilihat dari wajah mereka, mereka nampak masih muda. Sepertinya mereka adalah orang tua dari Leandra dan Lily. Alasanku berpikir begitu karena Leandra dan Lily terlihat sangat asik mengobrol dengan mereka. Sesekali aku melihat Leandra dan Lily sedang tersenyum dan tertawa ketika mengobrol dengan mereka. Apalagi wajah dua orang Elf itu sedikit mirip dengan Leandra dan wajah dua orang Demi-Human itu sedikit mirip dengan Lily, jadi wajar kalau aku berpikir seperti itu.

Aku terus melihat ke arah Leandra dan Lily yang sedang berbicara dengan orang tua mereka. Saat aku sedang melihat ke arah mereka, aku jadi teringat dengan kenanganku dengan para warga desa Aston yang telah tewas dan kenanganku dengan mendiang kakekku. Tetapi aku tidak terlalu terhanyut dalam kenangan itu dan kembali fokus untuk melihat ke arah mereka yang sedang mengobrol.

"Orang tua ya.....," ucapku dengan suara yang pelan.

Setelah aku mengatakan itu, tiba-tiba muncul sebuah ingatan baru di dalam pikiranku. Di ingatan itu, aku seperti melihat seorang pria dan wanita. Tetapi aku tidak bisa melihat keseluruhan bentuk tubuhnya dan juga wajahnya. Pria dan wanita itu terlihat seperti sebuah siluet dalam ingatanku. Aku pun sedikit terkejut dengan ingatan yang tiba-tiba muncul ini.

"Ingatan apa ini ? Sebelumnya aku tidak pernah mengingat ada kejadian seperti ini. Apa mungkin aku lupa tentang kejadian ini ? Dan juga, siapa siluet seorang pria dan wanita yang ada di ingatanku itu ?," pikirku yang masih terkejut.

Saat aku sedang memikirkan tentang ingatan itu, tiba-tiba ada seseorang yang memegang tanganku. Hal itu membuatku sedikit terkejut dan membuatku melupakan tentang apa yang sedang aku pikirkan tadi. Setelah itu, aku langsung melihat ke arah seseorang yang sedang memegang tanganku. Orang yang memegang tanganku ternyata adalah Irene.

"Irene ? Ada apa, Irene ?," tanyaku.

"Apa kamu bisa ikut aku sebentar, Rid ?," tanya Irene.

"Baiklah," ucapku tanpa banyak bertanya.

Irene lalu berjalan pergi sambil memegang tanganku untuk membawaku pergi ke tempat yang dia tuju. Kami berdua pergi ke bagian belakang ruangan ini tanpa disadari oleh para murid dan pengajar yang sedang menyantap makanan yang tersedia. Irene lalu membawaku pergi menuju sebuah pintu yang ada di bagian belakang ruangan ini. Di depan itu terdapat beberapa prajurit yang berjaga. Begitu melihat Irene yang sedang menuju pintu yang sedang mereka jaga, para prajurit itu pun langsung bertanya kepada Irene.

"Putri Irene, anda mau pergi kemana ? Sesi jamuannya masih belum selesai," ucap salah satu prajurit itu.

"Aku ingin pergi mengunjungi Ibundaku. Tolong izinkan aku lewat," ucap Irene.

"Baiklah, putri Irene," ucap prajurit itu.

Para prajurit yang menjaga pintu itu pun langsung mempersilahkan Irene untuk melewati pintu itu. Setelah itu, Irene terus membawaku berjalan di lorong kediaman itu sampai akhirnya kami berdua sampai ke sebuah pintu yang sepertinya berada di tengah-tengah lorong yang baru saja kami lalui. Kemudian, Irene langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam ruangan yang ada dibalik pintu itu. Aku pun juga ikut masuk ke dalam ruangan itu. Setelah masuk ke dalam ruangan itu, aku pun melihat dan memperhatikan ke sekeliling ruangan itu. Ruangan itu nampak bersih dan rapi. Kemudian, aku melihat ke arah tempat tidur yang ada di ruangan itu. Di tempat tidur tersebut, ada perempuan dewasa yang berparas cantik dan memiliki rambut berwarna putih seperti salju dengan panjang rambut sebahu. Perempuan itu terlihat seperti sedang dalam keadaan tertidur. Meskipun aku belum bertemu dengan perempuan ini, tetapi aku langsung tahu siapa beliau. Beliau adalah ibunda dari Irene, Duchess Arlet Emerald San Lucia.

Irene yang baru masuk ke dalam ruangan ini langsung berjalan menuju bagian samping tempat tidur itu. Di bagian samping tempat tidur itu terlihat ada beberapa kursi, Irene pun langsung duduk di salah satu kursi itu. Kemudian, Irene langsung memegang tangan dari ibundanya itu.

"Ibunda, aku pulang," ucap Irene.

Aku bisa melihat ada raut kesedihan di wajah Irene meskipun hanya sedikit.

"Irene.....," ucapku.

"Kali ini, aku datang bersama dengan seseorang, ibunda. Seseorang yang datang bersamaku ini adalah orang yang hebat. Orang ini, mungkin saja bisa menyembuhkan ibunda dan membuat ibunda terbangun dari tidur panjang," ucap Irene.

Aku sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan Irene. Irene bilang kalau dia datang bersama adenfan seseorang yang hebat yang mungkin bisa menyembuhkan ibundanya. Orang hebat yang dimaksud oleh Irene pastinya adalah aku.

"Irene, jadi alasan kamu membawaku kemari adalah untuk-," ucapku.

Tetapi Irene langsung memotong perkataanku sebelum aku menyelesaikannya.

"Itu benar, Rid. Alasan aku membawamu kemari adalah untuk menyembuhkan ibundaku. Aku memang belum tahu apakah kamu bisa menyembuhkan beliau atau tidak. Tetapi jika kamu bisa, aku mohon kepadamu, Rid. Tolong sembuhkan ibundaku dan bangunkan beliau dari tidur panjangnya," ucap Irene.

-Bersambung