webnovel

Chapter 3 : Ibukota San Estella

Kereta kuda terus melaju, melewati kota Bibury yang dipimpin oleh Marquess Adelmo Nielba dan akhirnya tak terasa akhirnya kereta kuda mendekati gerbang Ibukota kerajaan San Fulgen, San Estella.

"Jadi ini San Estella ?" kataku takjub.

Kota yang sangat cantik dan indah, bangunan yang sangat megah, jalanan yang sangat bersih. Tidak mengherankan jika ini merupakan Ibukota San Fulgen. Dari gerbang Ibukota bisa dilihat di tengah kota kalau ada kastil yang megah yang didominasi oleh warna putih yang indah, ya itu adalah kastil tempat Yang Mulia Ratu tinggal.

"Benar-benar kastil yang indah" kataku takjub.

"Hahaha benar kan ? tiap ku datang ke Ibukota, aku selalu takjub melihat kastil Yang Mulia Ratu, aku ingin sekali rasanya kesana tapi kelihatannya tak mungkin hahaha" tawa Paman Isaac.

"Setahuku hanya yang mendapatkan undangan khusus atau bangsawan-bangsawan yang mengatur negara ini yang boleh masuk ke kastil Yang Mulia Ratu" lanjutku.

"Benar itulah alasannya, makanya tadi ku bilang kalo ku tak mungkin bisa kesana karena kan aku bukan orang penting hahaha" lanjut Paman Isaac.

"Tidak usah bilang begitu Paman, siapa tau nanti bisa diundang kesana" lanjutku.

"Mana mungkin" tegas Paman Isaac.

"Tapi ya Paman, ntah kenapa seperti ada yang aneh" pikirku.

"Aneh kenapa ?" tanya Paman Isaac.

Selain di gerbang Ibukota tadi, ksatria tampak banyak berpatroli di dalam Ibukota.

"Banyak sekali ksatria lalu lalang, apa Ibukota normalnya begini atau karena sekarang merupakan hari ujian tes masuk Akademi jadi banyak ksatria berpatroli ?" tanyaku ke Paman Isaac.

"Normalnya tidak ramai begini sih, benar menurutmu banyak ksatria ramai karena sekarang adalah hari dimulainya tes masuk akademi untuk tahun ajaran baru" kata Paman Isaac.

"Terlebih akan ada calon murid penting seperti yang tadi kubilang" lanjut Paman Isaac.

"Begitu ya" kataku.

-

Kereta kuda terus melaju menuju San Fulgen Akademiya. San Fulgen Akademiya berada disebelah timur Ibukota San Estella. Jalanan Ibukota pun terus dilalui melewati pertokoan dan pasar sampai aku melihat sesuatu. Seorang Beast Human dari ras kelinci dan seorang Elf sedang berbelanja tetapi terdapat kalung besi di lehernya.

"Apa itu seorang budak ?" tanyaku yang kemudian ditanggapi oleh Paman Isaac.

"Benar itulah budak yang biasanya dimiliki oleh para bangsawan, kamu baru pertama melihat budak ya ? biasanya mereka yang jadi budak itu adalah orang-orang yang dibuang dari negara asal mereka atau mereka yang pergi sendiri dari negara asal mereka karena ada konflik atau lainnya, setelah itu mereka ditangkap oleh penjual budak dan dijual sebagai budak. atau bisa juga terjadi bagi mereka yang mempunyai hutang dan tidak bisa membayarnya, maka cara penebusannya ialah dijual sebagai budak," kata Paman Isaac.

"Budak Demihuman & Elf ya ? biasanya suatu negara dengan mayoritas ras tertentu tidak memiliki budak dengan ras yang sama, sebagai contoh Kerajaan San Fulgen yang mayoritas ditinggali manusia, jarang atau tidak memiliki budak dari ras manusia. Sebaliknya jika kita pergi ke Negeri Elf atau Kerajaan Demi Human, pastinya disana ada banyak budak dari ras manusia" lanjut Paman Isaac.

"Bahkan masing-masing negara masih menggunakan sistem perbudakan ya ? bukannya ini terlalu kejam ? para budak itu tidak bisa hidup bebas dan damai, setiap hari hanya melayani majikan mereka saja" kataku dengan sedih.

"Budak yang barusan kamu lihat itu masih mending, mereka tampak berbelanja dengan biasa saja. Waktu dulu saat ku ke Ibukota, aku melihat bangsawan yang tengah menyiksa budaknya di tengah kota hanya karena budak itu melakukan kesalahan kecil saja. Warga yang lain cuma melihat saja tanpa bisa apa-apa, karena jika warga biasa menghentikan bangsawan itu, mereka akan dianggap menantang bangsawan itu. Tergantung bangsawannya, jika kita menasehati bangsawan yang baik, tidak egois dan tidak keras kepala, mereka pasti akan senang hati menerima nasihatnya. Sedangkan untuk bangsawan yang egois, merasa punya harga diri tinggi dan keras kepala, menasehati mereka sama aja dengan menentang mereka. Warga biasa yang menentang bangsawan pasti akan diancam & diteror terus sepanjang hidupnya". lanjut Paman Isaac.

"Bangsawan itu benar-benar" kataku sedikit marah sambil mengepalkan tangan.

"Aku tahu kamu marah, Rid. Aku pun juga demikian saat melihat kejadian itu. Walaupun kita berbeda ras, tapi kita sama-sama makhluk hidup seperti mereka. Tapi aku tak bisa apa-apa, aku juga takut diancam bangsawan seperti mereka. Rid, jika kamu ingin merubah sistem di kerajana ini. Kamu harus menorehkan prestasi besar di kerajaan ini agar kamu bisa meraih posisi penting di kerajaan ini dan semua orang tau namamu. Jika kamu bisa meraih posisi penting, kamu bisa menghapus sistem perbudakan di negara ini jika kamu tak suka" kata Paman Isaac.

"Iya Paman, aku akan bekerja keras untuk meraih prestasi besar" lanjutku.

-

Sekian lama kereta kuda melaju, akhirnya tiba di depan gerbang San Fulgen Akademiya.

"Jadi ini San Fulgen Akademiya ?" kataku.

"Sampai disini saja ya Rid. Sebagai ganti biaya aku mengantarmu, ciptakan saja rekor saat ujian tes masuk dan buat mereka semua tercengang hahaha" kata Paman Isaac sambil tertawa.

"Terima kasih Paman karena telah mengantarku. Aku akan berusaha sekuat tenaga saat ujian masuk" kataku.

"Baiklah aku pergi dulu, giatlah belajar di akademi ini agar nanti kamu bisa mencapai tujuanmu. Selamat tinggal, Rid" kata Paman Isaac.

"Iya Paman, hati-hati di jalan" kataku sambil melambaikan tangan ke arah Paman Isaac yang perlahan mulai menjauh. Lalu aku mulai berjalan memasuki gerbang San Fulgen Akademiya dan aku ditanyai oleh penjaga atau lebih tepatnya ksatria kerajaan yang ditugaskan di akademi tersebut.

"Ada yang bisa dibantu nak ?" tanya penjaga tersebut.

"Aku ingin mengikuti tes masuk akademi " kataku menjawab.

"Boleh disebutkan nama lengkap dan asalmu darimana ?" tanya penjaga tersebut.

"Rid Archie dari Desa Aston" jawabku.

"Rid Archie dari Desa Aston ya" kata penjaga tersebut sambil melihat kertas-kertas yang kemungkinan kalau itu adalah list para peserta yang akan mengikuti tes.

"Ah ketemu, Rid Archie dari Desa Aston. Ini adalah kartu pengenal untuk tes masukmu" kata penjaga tersebut sambil menceklist namaku di list tersebut dan sambil memberikan kartunya.

"Terima kasih, tuan" kataku sambil menerima kartunya.

Di kartuku terdapat nomor 154 yang merupakan nomor peserta ku dan mungkin aku juga peserta ke 154 yang sudah hadir disini.

"Apa sudah banyak peserta lain yang sudah hadir, tuan ?" tanyaku ke penjaga tersebut.

"Seperti yang kamu lihat di nomor kartumu, kamu adalah peserta ke 154 yang telah hadir. Sepertinya peserta yang lain belum datang karena sekarang juga masih jam 8 pagi. Kan tes masuknya dimulai jam 10." jawab penjaga tersebut.

"Kamu bisa langsung masuk saja ke dalam aula tunggu atau keliling melihat-lihat akademi" lanjut petugas tersebut.

"Owh begitu ya, baiklah kalau begitu aku pergi ke dalam dulu ya, tuan. Terima kasih atas bantuannya" kataku.

"Semoga kamu lulus dalam ujiannya ya" kata penjaga tersebut.

Setelah beberapa langkah dari penjaga tersebut, aku melihat ke arah penjaga itu lagi.

"Melelahkan sekali, kenapa aku harus mengurus anak-anak ini. Kebanyakan mereka ini bukan bangsawan, harusnya mereka sadar diri kalau mereka tidak akan bisa lolos tes. Membuatku capek saja harus berurusan dengan rakyat jelata dan harus mendoakan agar mereka lulus" kata penjaga tersebut di dalam hatinya.

"Jadi bahkan seorang ksatria kerajaan saja bisa bersikap seperti ini, apalagi para bangsawan yang ada di atasnya. Di Desa Aston sangat damai dan para warganya sangat baik, berbeda sekali dengan disini. Jadi ini yang namanya Ibukota Kerajaan" kataku setelah melihat isi hati penjaga tersebut.

Skill membaca isi hati sangat berguna untuk keadaan seperti ini, aku jadi tahu orang-orang seperti apa yang mendekatiku. Skill ini tidak selalu aktif ketika aku melihat orang lain, skill ini aktif jika aku memutuskan untuk menggunakannya saat melihat orang lain. Aku bisa menggunakan skill ini dari sejak kecil, skill ini sepertinya bawaan dari lahir. Ketika aku bertanya ke mendiang kakekku, beliau berkata jika skill milikku mungkin skill yang diturunkan dari orang tuaku. Apapun itu skill ini sangat berguna dan aku sangat bersyukur karena memilikinya. Setelah mendengar isi hati penjaga tersebut, aku memutuskan untuk berjalan lagi menuju aula tes.

-Bersambung