webnovel

PARANORMAL CASE (The Red Shoes Of Annabeth Allison)

[The first series of paranormal cases evellyn matthew] •SHORT STORY • • • • •Akan di Revisi Setelah TAMAT ••••••• "Banyak kasus yang pernah kutangani, namun kasus inilah yang membuatku bahkan ingin berhenti dari pekerjaan yang selama ini aku keluti selama hampir 20 tahun. Mengapa kasus ini menjadi yang paling sulit?". -Evellyn Matthew. "aku berharap apa yang terjadi padaku, tidak akan terjadi pada orang lain." -Annabeth Allison.

slsangrhzz_ · Horror
Not enough ratings
9 Chs

•5• (Kerasukan 2)

          Tiba-tiba annabeth berteriak sangat kencang hingga kedua ujung bibir kanan dan kirinya, sedikit robek. Lidya yang melihat hal itu, tentunya sangat terkejut. Ia berusaha untuk mendekati annabeth, namun angin yang sangat kencang, yang tidak tahu darimana asalnya, membuat lidya terlempar hingga tubuhnya terbentur di tembok. Bunyi bedebam yang keras membuat evellyn langsung berlari ke kamar annabeth, dan menemukan annabeth dan lidya dengan keadaan yang sangat tidak baik.

"Oh my god!"

____________________________________

                            NEXT STORY

____________________________________

           Evellyn menjerit terkejut. Ia bingung, harus memilih menolong, siapa terlebih dahulu untuk ia selamatkan.

           Disaat evellyn yang pikirannya sedang sibuk beradu, mendadak suara bedebam oleh benturan tangan terdengar di telinga evellyn, dari sebelah kanannya. Terlihatlah lidya yang berusaha bangkit dan menyeimbangkan tubuhnya dari tempat ia tergeletak tidak berdaya beberapa saat lalu.

              "Lidya?" Ucapnya kemudian berbalik, sebelum ia membantu untuk membuat lidya berdiri. Namun lidya menepis tangan evellyn pelan dan kemudian berujar.

             "Tidak, aku baik-baik saja. Tolong selamatkan annabeth" katanya lirih. Evellyn pun menganggukkan kepala tidak yakin, kemudian berjalan ke arah annabeth.

              Ia perlahan-lahan mendekati annabeth yang pingsan. Saat dirinya sudah tepat berada di samping annabeth, ia kemudian memegang tengkuk wajah annabeth, dan kemudian membalikkan wajah annabeth untuk mengarah kepadanya.

            "Astaga!" Teriaknya pelan di karenakan terkejut melihat kondisi ujung kedua bagian bibir annabeth. Evellynpun segera mengambil telepon yang berada di dekat ranjang annabeth. Dengan lihai, jari-jarinya memutar beberapa kali tombol telepon itu, untuk menghasilkan beberapa angka yang ia tujukan. Lalu dijepitnya gagang telepon itu dan kemudian ia segera memanggil ambulance.

***

             Annabeth saat ini berada di rumah sakit untuk kedua kalinya saat dia berada di kota tempat ia tinggali sekarang. Lidya menatap anaknya itu sedih, dan sesekali meneteskan air matanya.

            Saat lidya yang tengah menatap anaknya itu penuh iba, deret pintu terdengar, menandakan ada orang yang masuk ke dalam ruangan annabeth. Di ambang pintu ada jack yang mengintip sedikit dengan mencondongkan setengah kepalanya, untuk berjaga-jaga apakah ruangan tersebut memang benar adalah ruang rawat annabeth. Dengan lamban namun pasti, ia membuka pintu itu agak lebar, supaya dia bisa masuk dan kemudian menutupnya kembali.

            "Night, Mrs. Lidya" katanya di dekat pintu, kemudian berjalan ke dekat brankar tempat annabeth sekarang terbaring lemah. Lidya hanya tersenyum kecil membalas sapaan jack.

           "Mulut annabeth?" Tanyanya bingung, melihat mulut annabeth yang terbungkus oleh perban putih.

           "Ceritanya panjang. Akan aku ceritakan nanti." Ucap evellyn, kemudian jack duduk di sofa yang berada di dalam ruangan annabeth.

             Keheningan menyeruak di seluruh ruangan. Hal itu sudah terjadi hampir 8 jam lamanya.

              Ketika keheningan memenangkan kegiatan di dalam ruangan itu, kini pertanda baik datang. Tangan annabeth yang daritadi di pegang oleh lidya, kini sudah menunjukkan tanda bahwa ia mulai sadar.

             "Annabeth?" Ucapnya pelan ketika ia melihat tangan annabeth bergerak. Garis di bibir lidya mulai mengetat membentuk bulan sabit.

               "Mrs. Evellyn, Annabeth is awake"katanya dengan suara yang menggema di seluruh penjuru sudut ruang rawat annabeth.

             Seketika, evellyn dan jack langsung terbangun dari tidurnya, kemudian mereka menghampiri lidya yang tersenyum melihat keadaan annabeth yang mulai sadar dari masa-masa kritisnya.

              Namun selang beberapa waktu , disaat mereka sedang bahagia-bahagianya, mereka kembali dikejutkan saat annabeth yang sudah sadar sepenuhnya, tiba-tiba melayang dengan badan yang terlentang. Bibir yang semula tadi terbungkus oleh perban, kini perban itu sudah robek dan ujung kedua bibir annabethpun, jahitannya kini merenggang kembali.

              "Arghhh!!! Please help me!!!"

Annabeth berteriak-teriak minta tolong kala dirinya seperti dicambuk oleh benda yang tak terlihat, hingga tubuhnya itu mengeluarkan darah dari luka goresan yang amat dalam. Lidya yang menyaksikan hal tersebut, tentunya sangat sedih, dan berusaha minta bantuan kepada evellyn

             "Mrs. Evellyn please do something!" Ucap lidya yang mendesak keluar.

Evellyn pun langsung bergegas mengeluarkan tanda keagamaan yang ia gunakan di lehernya dan mengarahkannya kearah annabeth. Dengan postur tubuh yang sama, kepala annabeth tiba-tiba berbalik kearah evellyn yang masih dengan posisi mengulurkan tangannya memegang tanda keagamaan tersebut ke-arah annabeth. Dengan tertawa besar, annabeth kemudian berujar.

                 "Gadis bodoh ini akan lenyap ditanganku!" Katanya dengan kegirangan, yang akan membuat bulu kuduk merinding ngeri.

'BRUK!!'

                Setelah kalimat itu keluar, annabeth kembali terhempas ke atas bankarnya namun tetap dengan kepala yang masih berbalik kearah evellyn. Annabeth bukan hanya terhempas dengan keras, diapun juga mengalami kejang-kejang dengan mulut yang mengeluarkan busa putih. Selain itu, kasur yang dia tempati kini sudah memiliki bercak darah di atasnya, akibat luka annabeth.

               "Jack cepat panggilkan dokter!" Ucap evellyn yang kemudian dibalas oleh anggukan semangat oleh jack. Jackpun langsung berlari cepat dan segera memanggil dokter. Beberapa saat, setelah jack berlari keluar ruangan, datanglah seorang dokter dan beberapa perawat lainnya. Dokter itu menatap annabeth terkejut disertai binar-binar mata yang menatapnya juga mengerikan.

            "Ada apa dengannya?" Tanya dokter itu.

              "Bisakah anda cepat mengobatinya saja, tanpa perlu bertanya?" Ucap Lidya yang membuat dokter itu diam seribu bahasa. Dengan lekas, dokter itupun langsung memeriksa annabeth, mengecek seluruh luka-luka di tubuh annbeth dan kemudian kembali berucap.

               "Siapkan ruang operasi" kalimat itu dilontarkan dari mulut si dokter kepada para perawatnya.

               "Operasi?" Tanya evellyn tidak sangka.

               "Ini bukanlah operasi yang besar nyonya, kami hanya akan menjahit kembali kedua ujung bibir annabeth, dan juga menjahit beberapa luka robek di bagian paha depan, dan betisnya saja." Jawab dokter itu pelan. Lidya kembali menangis. Ia membayangkan apa lagi yang akan terjadi, setelah kejadian ini, luka dan penderitaan apalagi yang harus diterima anaknya itu. Namun evellyn merangkul sambil menepuk pelan pundak lidya untuk menenangkan kesedihannya.

              Ketika evellyn yang sedang menenangkan lidya, beberapa perawat kini mulai mendorong brankar annabeth untuk kemudian mereka bawa ke ruang operasi. Mereka bertiga yaitu lidya, evellyn dan jack mengikuti dari belakang para perawat tersebut yang sedang melajukan roda brankar milik annabeth itu ke ruang operasi. Hingga pada saat ini mereka semua sudah tepat berada di depan pintu kaca ruang operasi tersebut,dan itu berarti mereka harus menghentikan langkah untuk mengikuti arah jalannya brankar yang diatasnya terbaring sosok annabeth yang harus segera diobati. Hal tersebut harus membuat lidya, evellyn dan jack menunggu dan terduduk sedih di bangku panjang yang berhadapan langsung dengan luar ruangan operasi itu.

               Setelah kurang lebih 45 menit, dokter dan salah satu perawat yang meng-operasi annabeth, kini keluar. Lidya yang melihatnya telah muncul dari balik pintu ruang operasi, segera berdiri dari duduknya.

                 "Dokter.."

                "Dia baik-baik saja nyonya Lidya. Tenanglah, aku juga sudah mengatakan bahwa operasi ini bukanlah operasi besar. Oh, dan iya.., aku tidak sengaja menemukan ini tergantung di bawah bankarnya." Tutur dokter tersebut kemudian berbalik, dan mengambil sesuatu dari tangan perawat yang berada di balik tubuhnya.

               Dokter tersebut kemudian kembali berbalik kearah lidya, lalu mengulurkan tangannya kerah lidya untuk memberikan sebuah benda yang berada dibawah brankar annabeth. Lidya terkejut bukan main, saat dokter tersebut memberikan benda yang selama ini sudah membuat dirinya serta anaknya itu, hidup berkelabutan rasa takut dan cemas.

            "Oh my..., i..ini tidak mungkin.., sepatu ini, sudah aku letakkan di dalam lemari." Ujar lidya tidak percaya. Awalnya Evellyn yang berada di sampingnya hanya diam memerhatikan hal yang terjadi di hadapannya, hingga ia kemudian ia berucap.

             "Kemarikan sepatu itu, aku ingin menyentuhnya." Katanya dengan penuh keyakinan. Lidya kemudian mengulurkan tangannya untuk memberikan sepatu itu kepada evellyn. Namun, hal itu terhenti, ketika suara pintu yang bertubrukan dengan dinding terdengar menggema keras, sehingga membuat lidya dan evellyn maupun orang-orang disekelilingnya langsung berbalik kearah datangnya suara keras itu.

            "Don't touch my shoes!" Kata gadis yang tidak lain adalah annabeth. Ia mengucapkan kalimat itu, seolah-olah ia membuat suaranya menjadi berat hingga terdengar seperti suara iblis yang berbicara. Ia kemudian berlari kearah Evellyn lalu menindihnya dan langsung mengarahkan tangannya untuk mencekik evellyn dengan keras.

             "I'm really gonna kill you!" Ucapnya dnegan beserta suaranya yang terdengar mengerikan, yang diarahkan kepada evellyn.

___________________________________

                           CONTINUED

___________________________________