webnovel

paper cut

"gue yang bakal nyembuhin luka sayatan ditangan lo Kay" Kayla hanya terdiam dalam dekapan Fadli

aulll1485_ · Teen
Not enough ratings
26 Chs

18

Kayla memutuskan untuk menuruti perkataan Fadli, agar ia mau bicara berdua dengan abangnya itu.

"Nah gitu dong nurut sama gue" ucap Fadli sembari mengusap lembut surai Kayla

Kayla sedikit blushing karena tindakan yang dilakukan Fadli, namun sebisa mungkin ia tutupi rasa gugup nya itu, Kayla malu kalo ketawan sama Fadli

"Ish apaan sih, gak usah ngelap di rambut gue juga kali" kesal Kayla lalu ia kembali ke kantin dengan Fadli yang masih diam di tempat

"Gue tau lo blushing Kay... " monolog nya dengan senyuman kecil yang terukir diwajah ganteng nya itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Kini Kayla den Rendi tengah duduk di sofa yang ada di rooftop sudah hampir 10 menit keduanya saling diam. Mereka berdua asik dengan pemikirannya sendiri-sendiri dengan ice cream yang ada ditangan mereka. Sebelum ke rooftop Rendi inisiatif membeli ice cream kesukaannya dan juga kesukaan Kayla waktu kecil dulu. Merasa sangat canggung dengan adik semata wayangnya, Rendi tak tahan dengan situasi ini. Jujur ia takut untuk memulai pembicaraan, akan tetapi ia juga tidak bisa diam terus. Rendi pun memberanikan diri untuk berbicara terlebih dahulu.

"Emmm.... Kay... "

Kayla yang dipanggil hanya merespon dengan memalingkan wajahnya sedikit ke arah Rendi dengan ekspresi mata yang dapat Rendi artikan kalau Kayla itu tanya 'kenapa?'

"Itu ice cream kamu belepotan dek"

"Kamu?... Adek?.. " ucapnya kasar

"Lo tu nggak pantes ngomong kayak gitu ke gue tau ga?" lanjut nya

"Abang minta maaf dek.. abang gak bermaksud gitu, abang cuma mau... "

"Kalo lo mau ngomong hal yang gak penting gue balik" potong Kayla, sembari beranjak dari sofa. Rendi dengan sigap mencekal lengan Kayla agar ia berhenti.

"Iya kali ini abang serius.. tapi kamu duduk dulu sini deketan sama abang"

Kayla akhirnya menurut, namun ia duduk di ujung sofa, tanpa mau bertatap dengan Rendi.

"Dek abang minta maaf"

"Buat?"

"Buat semua hal yang nyakitin kamu"

Kayla pun langsung menatap mata Rendi dalam-dalam

"Terlalu banyak hal yang nyakitin gue selama ini, dan maaf lo itu gak guna"

"Tapi kamu harus dengerin abang dulu"

"Dengan ngelihat kelakuan lo, tindakan lo tu udah nunjukin siapa lo sebenarnya.. dan lo puas kan sekarang?!"

Rendi hanya menghela nafas nya kasar, tak berniat untuk menanggapi ucapan adek nya itu

"Oke Kay, kalau kamu masih nggak mau dengerin penjelasan abang gak papa, abang harap kamu nggak nyesel nantinya" Rendi pun beranjak dari sana meninggalkan Kayla dengan ekspresi wajah yang bertanya-tanya.

"Huft.... " helaan nafas Kayla yang terdengar menyedihkan. Tak lama air mata nya jatuh, ia sudah tak kuat untuk membendung air mata nya yang sedari tadi ingin keluar. Melihat wajah abangnya Kayla langsung teringat dengan wajah mendiang papahnya itu. Sang abang sangat mewarisi wajah papah nya. Karena itu Kayla tidak berani menatap Rendi lama-lama, karena hanya akan membuat hati Kayla semakin rapuh.

Dari balik pintu dapat Rendi lihat Kayla menundukkan kepala nya, ia tau pasti kalau adeknya itu sedang menangis.

"Kay... " ucapnya lembut

Kayla pun mendongakkan kepalanya

"Lo kenapa nangis? .... kenapa lo jadi rapuh gini setiap habis ketemu abang lo?"

"Gue jadi keinget papah.. hiksss.. wajah abang mirip banget sama papah... hiksss.. gue kangen hiksss.. gue kangen papah Les"

Alesa pun duduk disamping Kayla membawa Kayla kedalam pelukannya. Ia sudah tahu hal ini pasti akan terjadi pada saudarinya itu. Kayla seorang CEO yang terkenal dingin, aslinya sangat rapuh saat didekat orang-orang yang ia sayang.

"Udah ya Kay, mata lo udah sembab banget, kasian ice cream nya tu, meleleh ngotorin tangan lo"

Kayla pun merenggakan pelukan nya, ia berusaha mencari tisu untuk membersihkan tangan nya yang kotor.

"Nih pake ini aja" seseorang menyodorkan sapu tangan miliknya, yang Kayla yakini itu bukan tangan Alesa

"Fadli? Sejak kapan lo disini?"

"Sejak tadi gue udah disini, udah buruan bersihin dulu itu tangan lo, gak lengket apa?"

Kayla pun menyambar sapu tangan milik Fadli.

"Les, lo ditungguin pak Sean tu di ruangan nya ada Devin juga disana"

"Ngapain gue suruh kesana?"

"Lah mana gue tau, samperin makanya biar tau"

"Galak amat sih lo, PMS ya lo?"

Fadli hanya memutar bola matanya malas. Alesa pun beranjak dari sofa.

"Kay, gue turun dulu ya, nanti kalo lo udah mendingan lo pulang aja gpp, biar gue yang nerusin dokumen yang lo kerjain"

"Iya Les, makasih ya"

"Heem.. gue turun dulu ya, lo gak turun?"

"Siapa?"

"Ya elo lah, bapak wakil yang terhormat"

"Owhh.. gak gue masih mau disini"

Alesa pun berjalan mendekat ke arah Fadli, dan membisikan sesuatu padanya. Setelah membisikan itu, Kayla langsung kabut dari sana.

"Alesa, awas lo ya!!!... bener-bener udah ketularan si Devin dia"

"Dia bisikin apa sih?"

"Ehh... emm.. gak kog Kay buka apa-apa.. gak penting juga kog"

"Owh.. "

Fadli pun beralih duduk didekat Kayla hanya meyisihkan jarak 5 cm diantara mereka.

"Gimana sama abang lo?  Udah baikan?"

"Ya gitu.. masih sama"

"Owhh... emm Kay lo inget janji kita waktu balapan lari itu gak?" tanya Fadli berusaha mengalihkan pembicaraan agar Kayla tidak sedih lagi.

"Janji yang mana?"

"Janji yang itu kalau orang yang menang harus ngasih punishment ke orang yang kalah"

"Oh iya iya, gue inget, eh tapi kan itu gue nya yang kalah"

"Ya emang lo nya yang kalah"

"Trus mau lo apa?"

"Enak nya apaan ya? emmmm.. gue belum kepikiran sih.. besok-besok aja deh gue kasih tau nya"

"Hemm apaan sih lo gak jelas tau gak" ucap Kayla dengan sedikit tertawa

"Lo juga gak jelas Kay"

"Lah kog gue jadinya yang gak jelas, lo aja sana gue nya kagak ya"

"Mana ada, gue tu jelas banget"

"Jelas banget garing nya iya"

"Apa lo bilang"

"Gue tau lo nggak tuli ya Fad"

Akhirnya mereka berdua mengobrolkan hal-hal yang sangat random. Dari mulai ngehibah si curut a.k.a mas Devin, lanjut dengan hal-hal yang hanya mereka berdua tau. Diisi dengan jokes dari Fadli yang sangat garing namun entah kenapa hal itu terkesan lucu dimata Kayla. Sesekali mereka tertawa karena obrolan garing mereka. Rendi yang sedari tadi masih ada disana terlihat menarik duduk bibirnya.

"Abang suka liat kamu ketawa dek, abang harap abang bisa juga buat kamu ketawa selepas itu.. "

"Gue harus buat cari bukti kalo bukan gue pelakunya, gue nggak bisa diem aja" monolognya.

~~~~~~~~~~~~~~~

Rendi kini tengah berada di dalam mobilnya, ia lega kalau adeknya itu sudah tidak sedih lagi. Ia pun segara mengambil ponselnya dan menelepon sesorang.

"Halo.. temuin bukti yang gue suruh, lapor ke gue kalo lo udah nemuin itu semua"

Ia pun menutup sepihak telepon nya.

°to be continue

Hay hay hay.... author is back😁

Macam mana mulai penasaran gak sih bukti apa yang mau Rendi cari?

Tulis di kolom comment dan jangan lupa pencet bintang nya ya...

Makasih readers ku 😊😊

See you next part... ✨✨