Musim gugur sudah mendekati penghujung dan sebentar lagi musim dingin akan tiba. Angin yang berhembus sudah membawa hawa dingin yang menusuk tulang.
Tanpa sadar Emmelyn menggigil kedinginan dan giginya mulai bergemeletuk. Ia baru saja hendak membuka suara, menyarankan agar mereka kembali ke dalam kastil ketika tiba-tiba dua buah lengan yang kokoh memeluknya dari belakang.
"Eh...?" Emmelyn yang kaget segera menoleh ke belakang dan menemukan Mars memeluknya dari belakang. "Kau sedang apa?"
"Ibu dari calon anak-anakku tidak boleh kedinginan," kata pria itu dengan tegas.
Emmelyn tertegun mendengarnya.
Entah kenapa hatinya tiba-tiba merasa hangat.
Uff... si brengsek ini sepertinya akan menjadi ayah yang sangat baik. Ia begitu perhatian kepada anak-anaknya walaupun mereka belum lahir.
Tanpa terasa, Emmelyn menunduk dan memandang perutnya yang masih rata. Ahh.. mereka sudah beberapa kali melakukan 'itu'. Apakah kira-kira ia akan segera hamil?
Ia menggigit bibirnya dan membayangkan seperti apa kehidupannya selama beberapa tahun mendatang di tempat ini. Ia sudah bertekad untuk melakukan bagiannya melahirkan anak-anak untuk pangeran putra mahkota, tetapi ia tidak akan tinggal.
Karenanya... ia sudah membulatkan tekad untuk tidak menyayangi mereka. Anak-anak itu nanti adalah anak-anak musuhnya. Ia tidak boleh menjadi lemah.
"Ayo kita masuk," Mars berbisik di telinga Emmelyn sebelum kemudian menggendong gadis dengan dengan kedua lengannya yang kokoh dan membawanya masuk ke dalam kastil.
Emmelyn secara spontan mengalungkan lengannya ke leher Mars.
"Uff... bilang dong kalau kau mau mengangkatku," omel gadis itu, tetapi suaranya tidak terdengar marah.
"Memangnya kenapa? Kau tidak punya penyakit lemah jantung," kata Mars acuh.
"Ugh... kau ini."
Emmelyn tidak dapat berkata apa-apa lagi. Entah kenapa jantungnya berdetak sangat kencang. Ketika mereka berjalan melewati beberapa prajurit penjaga, Emmelyn secara spontan menyembunyikan wajahnya di bahu Mars. Ia masih malu dilihat orang luar.
Ia masih ingat suara-suara yang ia keluarkan setiap kali mereka bercinta. Pasti orang-orang ini akan menilainya ketika mereka melihatnya secara langsung karena mereka ingat suara desahan dan teriakannya setiap kali Mars memuaskannya di tempat tidur.
Mars baru menurunkan Emmelyn ketika mereka telah tiba di kamar. Gadis itu segera berdiri di atas kedua kakinya. Di tengah kamar, seperti biasa telah tersedia air hangat untuk mandi di bak mandi yang disiapkan para pelayan yang mengikuti jadwal malam sang pangeran.
"Kau mau ikut mandi bersamaku sebelum tidur?" tanya Mars blak-blakan. Ia memang sudah terbiasa untuk membersihkan diri dan merelakskan tubuhnya setelah seharian melakukan kegiatan yang berat agar ia dapat tidur dengan baik.
Emmelyn menelan ludah. Ia biasanya tidak perlu mandi sebelum tidur. Tetapi memang tadi sebelum makan malam mereka berdua telah melakukan kegiatan yang sangat menguras keringat. Baru sekarang ia menyadari tubuhnya terasa lengket.
Akhirnya dengan ragu-ragu ia mengangguk.
"Hmm.." Mars lalu menanggalkan pakaiannya dan masuk ke dalam bak mandi. Emmelyn yang melihat pria itu cuek saja melucuti pakaiannya, spontan membalikkan badan agar tidak melihat pria itu telanjang.
Lampu lentera di atas meja dan di sudut-sudut kamar masih menyala dan ia masih dapat melihat sekelilingnya dengan jelas. Mars yang sudah duduk di dalam bak mandi dengan tubuh terendam air panas hingga menutupi dadanya mengerutkan kening melihat reaksi Emmelyn.
"Kau sudah melihat tubuhku, dan aku sudah melihat tubuhmu... Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi," kata pria itu keheranan.
"Dasar mesum," omel Emmelyn.
Memang ia telah melihat tubuh telanjang pria ini beberapa kali. Yang paling jelas adalah tadi sore sebelum makan malam. Mars dengan jahil sengaja melepaskan pakaiannya satu persatu di depan Emmelyn yang tak dapat mengalihkan pandangan dari dadanya yang bidang dan berotot, lalu lengannya yang kekar, dan kemudian...
Glek.
"Masuklah," kata Mars dengan nada memerintah. "Besok aku banyak kegiatan dan malam ini harus tidur cepat."
Akhirnya Emmelyn berbalik dan menatap lelaki itu dengan bibir mengerucut.
"Semakin cepat kita selesai mandi, maka akan semakin cepat kita tidur," kata Mars lagi.
Emmelyn membenarkan kata-kata pria ini. Sebaiknya ia segera membasuh diri bersih-bersih dan kemudian tidur. Besok mereka akan memulai hari hari.
Akhirnya gadis itu menurut dan mulai melepaskan pakaiannya. Mars sengaja memejamkan matanya, seolah menikmati rendaman air hangat yang merelakskan, agar Emmelyn tidak merasa canggung membuka pakaian di depannya.
Setelah ia mendengar suara kecipak air saat kaki gadis itu melangkah masuk ke dalam bak, barulah ia membuka matanya dan menatap gadis itu yang duduk di ujung bak mandi di seberangnya.
"Mandi sebelum tidur adalah kebiasaanku sejak lama. Ini satu-satunya hal yang membantuku untuk tidur selain ramuan obat tidur dari tabib. Kau tidak harus mengikutinya, tetapi kalau kau membiasakan diri untuk mandi bersamaku sebelum tidur, aku akan sangat senang," kata Mars sambil tersenyum.
Emmelyn hanya memutar matanya dan membuang muka.
[Astaga, semua orang seharusnya berendam di air hangat seperti ini sebelum tidur. Rasanya sangat relaks dan menyenangkan.]
[Tapi aku tidak akan bilang dia bahwa aku menyukai kebiasaan baru ini.]
[Enak saja. Nanti dia besar kepala.]