webnovel

Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku

“Hei cowo cantik! Ambilin jus jeruk dong!” Perintah Gabby pada Michael. Tanpa sepatah katapun Michael segera beranjak dari tempat ia duduk. Awalnya Gabby ilfil banget dengan Michael — bicaranya terlalu halus, badannya terlalu langsing, kulitnya terlalu putih dan wajahnya terlalu cantik. Tidak heran kalo Michael dikejar-kejar cewek-cewek disekolahnya. Amit-amit berteman, apalagi membayangkan dijodohin sama Michael. Tapi entah kenapa Michael selalu mengikuti dan mematuhi semua perintah Gabby. Sedangkan Gabby adalah cewek paling tomboy sedunia. Tidak peduli seberapa cantik atau seberapa popular cewek lain mengejarnya, Michael bagaikan anak kucing mengikuti ibunya kemanapun Gabby pergi. Desas desus bermunculan, spekulasi mengenai sihir apa yang digunakan Gabby untuk menjerat Michael? Bagaimana pangeran sekolah yang tampan rela menjadi peliharaan dan menjalankan semua perintah Gabby?

Renata99 · Urban
Not enough ratings
461 Chs

Aku Baik-Baik Saja

"Aku ada acara festival di sekolah, sehabis itu aku lapar dan makan bersama teman kelasku." Michael tidak berani menemui tatapan ibunya, "Bukannya tadi Adam sudah memberitahu ibu?"

Memang tadi sebelum pergi menjemput Michael, Adam sudah memberitahu Brenda mengenai acara festival seni di sekolah anaknya. Tetapi karena dia terlalu sibuk adu mulut dengan suaminya, Brenda tidak mendengarkan Adam.

"Ah, maaf ibu lupa." Jawab ibunya yang kemudian mengambil gelas berisi anggur di atas meja. Wanita itu meneguk minumannya dengan elegan.

Mark melihat Michael lalu bertanya, "Gimana sekolahmu?" Nadanya terdengar seperti orang asing di telinga Michael.

"Baik-baik saja." Michael menjawab dengan nada pelan, matanya mengelilingi ruang keluarga itu.

"Hm." Mark membenarkan kerah bajunya lalu membalik badan dan berjalan ke arah tangga.

Brenda berdiri dari sofa, "Hey! Mau kemana kamu? Kita belum selesai. Berhenti..." dia menaruh gelasnya kembali di atas meja.

Mark tidak mendengarkan rengekan istrinya dan tetap menaiki tangga. Brenda mendengus kesal, mengepalkan tangannya dan mengikuti suaminya ke atas. Bunyi high heelsnya terdengar keras di dalam ruang keluarga yang sepi.

"Tuan muda." Adam berdiri di belakang Michael, tangannya dilipat di belakang. Saat Michael memutar badannya, Adam dapat melihat kesedihan yang terpancar dari matanya.

Michael tersenyum kecil, "Kau beristirahatlah. Aku akan ke kamar, selamat malam." Laki-laki itu lalu berjalan menjauh, meninggalkan Adam sendirian.

Saat Michael berjalan menyusuri koridor di lantai dua, teriakan kembali terdengar di kamar orangtuanya. Michael bersenandung kecil, berusaha untuk menghilangkan teriakan itu dari telinganya. Laki-laki itu melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah kamarnya dan menutup pintunya.

Cahaya bulan menyinari kamar Michael yang gelap. Di pojok kamarnya laki-laki itu dapat melihat pantulan wajahnya di cermin. Tanpa berganti baju Michael naik ke atas tempat tidurnya.

Michael menutup matanya dan bersembunyi di dalam selimut yang tebal. Berusaha untuk menghilangkan teriakan orangtuanya yang semakin lama terdengar semakin keras.

--

Besoknya saat Gabby melihat Michael di sekolah, dia dapat merasakan ada yang aneh dengan laki-laki itu. Hal pertama adalah, Michael tidak ada semangat untuk mengajak Gabby berbicara.

Biasanya laki-laki itu selalu mengambil inisiatif untuk membuka percakapan dengan Gabby, tapi hari ini dia meletakkan kepalanya di atas meja dan melihat ke arah jendela.

Hal yang kedua adalah Michael terlihat berantakan hari ini. Baju seragamnya tidak dimasukkan dengan rapi ke dalam celananya. Rambutnya terlihat acak-acakan, dan bawah matanya berwarna hitam.

Awalnya Gabby berpikir mungkin tadi malam Michael tidak dapat tidur nyenyak. Sehingga perempuan itu berusaha untuk tidak mengganggu Michael. Tapi selama pelajaran berlangsung laki-laki itu tetap meletakkan kepalanya di atas meja. Matanya sesekali melihat papan tulis, tapi pandangannya terlihat kosong.

Saat jam istirahat Gabby berjalan ke kantin dengan teman-temannya meninggalkan Michael sendirian di kelas. Setelah dia selesai makan siang, perempuan itu bergegas kembali ke dalam kelas.

Sesampainya di dalam kelas Gabby melihat laki-laki itu sedang duduk menghadap jendela. Tangannya diletakkan di bawah dagunya dan pandangan laki-laki itu masih kosong.

"Michael? Kamu kenapa?" Gabby berjalan mendekat ke arah meja mereka.

Kaget mendengar suara Gabby, Michael langsung mengalihkan pandangannya dan melihat wajah Gabby. Mata perempuan itu terlihat khawatir dan di keningnya terdapat kerutan.

Michael menggelengkan kepalanya, dan tersenyum tipis, "Aku baik-baik saja kok." dia lalu berdiri dari kursinya, "Aku ke toilet dulu ya."

Mendengar itu Gabby mengerucutkan mulutnya dan matanya mengikuti laki-laki itu.

Kaki Michael tidak membawanya ke toilet, tapi lapangan belakang sekolah. Dia duduk di lantai lalu menyandarkan punggungnya di tembok. Laki-laki itu tidak sendirian, dia ditemani oleh beberapa bunga-bunga dan rumput liar.

Dari ujung matanya, Michael dapat melihat ada beberapa murid yang sedang bermain sepak bola. Laki-laki itu menekuk lalu memeluk kakinya, kepalanya menengadah ke atas. Warna biru cerah menghiasi langit di siang hari itu.

Waktu Michael masih ada di Amerika dia selalu mencari tempat yang sepi. Orang tuanya selalu bertengkar, teriakan ada dimana-mana. Sehingga hal itu menyebabkan Michael senang untuk mencari tempat yang sepi.

Tiba-tiba ada bola sepak yang melayang ke arah laki-laki itu. Secara otomatis dia menutup matanya, tidak lama kemudian Michael merasakan bola itu mengenai kening Michael dengan keras.

Michael meringis kesakitan lalu membuka matanya. Dia memegang keningnya dan merasakan belakang kepalanya terasa sakit karena terbentur keras oleh dinding.

Saat Michael ingin berdiri dia mendengar suara langkah kaki yang banyak sedang berlari ke arahnya.