Masih di ruang tengah..
"Dari Citra, oma ?", tanya Titah.
"Iya dari Citra, nak..", jawab kanjeng oma.
"Alhamdulillah bisa berbicara dengan anak saya, boleh saya bicara sekarang oma dengan Citra ?", tanya Titah yang kesenangan ketika oma Dyah memberi kabar kalau yang menelepon adalah anaknya dan ingin berbicara dengannya.
"Boleh nak, ini teleponnya", jawab oma Dyah yang memberikan telepon rumahnya pada Titah.
Percakapan Titah dan Citra lewat telepon.
"Assalamu'alaikum sayang", Titah memberikan salam pada Citra.
"Wa'alaikumussalam mami", Citra menjawab salam dari Titah.
"Bagaimana liburannya, kamu senang tidak sayang ?", tanya Titah.
"Senang dong mami, mami mau berbicara dengan papi tidak ?", tanya Citra.
"Papi, boleh, mana papi, mami mau berbicara dengan papi dong", jawab Titah.
"Tunggu sebentar ya mi", kata Citra.
"Iya sayang..", sambung Titah.
Di bandara lagi..
"Papi..", Citra memanggil ayahnya.
"Iya Citra, kenapa ?", tanya Hakim.
"Ini, mami mau berbicara dengan papi", jawab Citra.
"Oh iya..", seru Hakim.
Percakapan Hakim dan Titah lewat telepon.
"Assalamu'alaikum istriku", Hakim memberikan salam pada Titah.
"Wa'alaikumussalam suamiku", Titah menjawab salam dari Hakim.
"Kamu apa kabar dan lagi apa sekarang sayang ?", tanya Hakim.
"Alhamdulillah baik, lagi teleponan sama kamu, suamiku", jawab Titah.
"Oh iya, ya..", seru Hakim.
"Hehe..", Titah dan Hakim tertawa bersama.
"Oh ya istriku tinggal beberapa menit lagi kembali ke pesawat dan melanjutkan perjalanan, dan tinggal beberapa jam lagi bisa bertemu dengan kamu", kata Hakim sangat merindukan Titah.
"Iya bang, jadi tidak sabar untuk ketemu dengan abang", sambung Titah yang merindukan Hakim juga.
"Ya sudah kalau begitu disambung nanti lagi, setelah sampai Indonesia", kata Hakim lagi.
"Iya abang, assalamu'alaikum suamiku", Titah memberikan salam pada Hakim.
"Wa'alaikumussalam istriku", Hakim menjawab salam dari Titah.
Masih di ruang tengah..
"Tinggal beberapa jam lagi aku bisa berkumpul kembali dengan suami dan anak-anak ku", kata Titah.
Di kamar Titah lagi..
"Sekarang tidur, tiduran saja deh dulu, habis itu baru siap-siap untuk menjemput abang Hakim", kata Titah.
Di bandara lagi..
"Pi, tinggal beberapa jam lagi sampai Jakarta, kira-kira mami sudah siap belum ya ?", tanya Kamil.
"Kaya tidak tahu mami kamu saja, pastinya sudah dong, apa lagi eyang putri dan eyang kakung kalian, ya sudah yuk kita lanjutkan perjalanan", jawab Hakim.
"Ya sudah kalau begitu kita duduk dengan tenang, emm dik Citra jangan lupa matikan hpnya" kata Kamil.
"Siap bos..", seru Citra.
Di rumah opa Tri,
Di ruang tv..
"Diajeng"
"Iya kang mas"
"Sudah semua untuk persiapan menyambut Hakim dan cicit kita ?", tanya opa Tri.
"Sudah opa..", jawab oma Dyah.
Di kamar Titah lagi..
"Jam berapa ya sekarang, mandi dulu habis itu dandan, dan pergi jemput abang ke bandara", kata Titah yang baru bangun dari tidurnya.
Di ruang tv lagi..
"Titah sudah siap atau belum ya untuk menjemput suami dan anak-anaknya ?", tanya opa Tri.
"Tidak tahu kang mas, coba kang mas lihat saja ke kamarnya", jawab oma Dyah.
Di kamar Titah lagi..
"Mandi sudah, dandan juga sudah, sekarang tinggal menjemput suami dan anak-anak ku, Paijo sudah siap belum ya, kan dia mendapatkan hukuman dari aku untuk ikut saya menjemput suami dan anak-anak", kata Titah yang keluar dari kamarnya.
Di ruang tv lagi..
"Iya deh oma, eh tidak jadi deh..", kata opa Tri yang melihat Titah keluar dari kamarnya.
"Loh kenapa tidak jadi opa ?", tanya oma Dyah.
"Itu Titah, sudah keluar dari kamarnya dan sudah siap untuk menjemput Hakim dan cicit kita", jawab opa Tri.
"Oh..", seru oma Dyah.
"Opa, oma..", seru Titah juga.
"Iya nak..", seru oma Dyah dan opa Tri.
"Paijo mana ya ?", tanya Titah.
"Tidak tahu, tunggu oma panggil dia untuk kamu ya", jawab oma Dyah.
"Oh iya..", seru Titah.
"Paijo..", oma Dyah memanggil Paijo.
"Inggih ndara ibu sepuh"
(Iya ndara ibu sepuh), jawab Paijo.
"Di cari Titah..", kata oma Dyah.
"Oh inggih, enten menapa cah ayu ?"
(Oh iya, ada apa cah ayu ?), tanya Paijo.
"Ndherek kula nggih sakmenika"
(Ikut saya ya sekarang), jawab Titah.
"Kemana cah ayu ?"
(Kemana cah ayu ?), tanya Paijo lagi.
"Sampun ampun kathah tanya, ndherek kamawon mangke sampeyan ugi ngerti, kula tengga ing teras ngajeng griya"
(Sudah jangan banyak tanya, ikut saja nanti kamu juga tahu, saya tunggu di teras depan rumah), jawab Titah lagi.
"Oh inggih cah ayu"
(Oh iya cah ayu), seru Paijo.
"Ya sudah oma, opa, aku pergi menjemput suami dan anak-anak ya", kata Titah yang pamit pada oma Dyah dan opa Tri.
"Iya nak..", seru opa Tri.
"Hati-hati di jalan ya nak..", sambung oma Dyah.
"Nggih oma"
(Ya oma), sambung Titah juga.
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada oma Dyah dan opa Tri.
"Wa'alaikumussalam", oma Dyah dan opa Tri menjawab salam dari Titah.
Di teras depan rumah..
"Duh Paijo kok lama banget sih..", kata Titah yang menunggu Paijo.
"Amit cah ayu, apunten dangu ngentosi"
(Permisi cah ayu, maaf lama menunggu), kata Paijo yang baru saja datang.
"Nggih mboten menapa-menapa, sakmenika mlebet dhateng lebet mobil, oh nggih sampeyan sanguh nyetir mobil mboten ?"
(Ya tidak apa-apa, sekarang masuk ke dalam mobil, oh ya kamu bisa nyetir mobil tidak ?), tanya Titah.
"Apunten cah ayu, kula mboten sanguh menyetir mobil"
(Maaf cah ayu, saya tidak bisa menyetir mobil), jawab Paijo.
"Oh nggih sampun, biar kula ingkang menyetir mobilnya, panjenengan bikak pintu pagar kamawon nggih"
(Oh ya sudah, biar saya yang menyetir mobilnya, kamu buka pintu pagar saja ya), pinta Titah.
"Inggih cah ayu"
(Iya cah ayu), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.
"Nah sakmenika tutup pintu pagarnya iseh nggih"
(Nah sekarang tutup pintu pagarnya lagi ya), pinta Titah lagi.
"Laksanakan cah ayu"
(Laksanakan cah ayu), Paijo melaksanakan perintah dari Titah lagi.
"lenggah ing ngajeng nggih jo"
(Duduk di depan ya jo), kata Titah.
"Inggih cah ayu"
(Iya cah ayu), seru Paijo.
Di bandara lagi..
"Yes sudah sampai Indonesia", sorak Kamil dan Citra.
"Alhamdulillah anak-anak", Hakim mengingatkan kedua anaknya untuk mengucapkan rasa syukur karena sudah sampai tempat tujuan dengan selamat.
"Oh iya lupa pi..", kata Kamil.
"Alhamdulillah sudah sampai Indonesia dengan selamat, terimakasih ya Allah telah melindungi perjalananku dan anak-anak ku", kata Hakim yang mengucapkan rasa syukur karena sudah sampai tempat tujuan dengan selamat.
"Ya sudah kalian berdua tunggu di sini ya, papi mau beli air dan roti, Kamil, kamu telepon mami ya bilang kalau kita sudah sampai di bandara Halim Perdanakusuma", pinta Hakim.
"Laksanakan papi..", Kamil dan Citra melaksanakan perintah dari ayahnya.
Di mobil Titah..
"Duh siapa lagi telepon, jo", kata Titah.
"Inggih cah ayu"
(Ya cah ayu), sambung Paijo.
"Tolong ambilkan hp ku dong", pinta Titah.
"Niki cah ayu"
(Ini cah ayu), Paijo melaksanakan perintah dari Titah dan Paijo memberikan hp pada Titah.
"Haa.., Kamil.., jangan-jangan sudah sampai di bandara", kata Titah yang melihat layar hpnya.
Percakapan Titah dan Kamil lewat telepon.
"Assalamu'alaikum sayang", Titah memberikan salam pada Kamil.
"Wa'alaikumussalam mi", Kamil menjawab salam dari Titah.
"Mi, aku mau kasih tahu kalau kita sudah sampai di bandara Halim Perdanakusuma", Kamil memberitahu ibunya kalau sudah sampai di bandara Halim Perdanakusuma.
"Oh iya sayang, sebentar lagi mami juga sampai untuk menjemput kalian", kata Titah.
"Oke, kita tunggu ya mi, assalamu'alaikum", kata Kamil.
"Iya sayang, wa'alaikumussalam", kata Titah lagi.
Di bandara lagi..
"Sudah mas ?", tanya Citra.
"Sudah, kata mami sebentar lagi mau sampai, papi mana ya lama sekali", jawab Kamil.
"Mil, Cit, ini dimakan dan diminum dulu, sambil menunggu mami", kata Hakim memberikan roti dan minuman untuk anak-anaknya.
"Iya pi..", seru Kamil dan Citra.
Di parkiran mobil..
"Alhamdulillah sudah sampai bandara, jo, Allahuakbar jo, jo, malah tidur", kata Titah yang melihat Paijo tidur di mobilnya.
"Apunten cah ayu, kula ketiduran"
(Maaf cah ayu, saya ketiduran), kata Paijo meminta maaf pada Titah.
"Inggih mboten menapa-menapa, nggih sampun sakmenika mandhap mangga, sampun ngantos"
(Iya tidak apa-apa, ya sudah sekarang turun yuk, sudah sampai), kata Titah yang memaafkan Paijo.
"Nggih cah ayu"
(Ya cah ayu), seru Paijo.
Aku di ajak oleh mbak Titah ke bandara dan aku baru mengetahui kalau mbak Titah ternyata sudah menikah dan mempunyai dua orang anak.
Hati hancur sekali mengetahui perempuan yang saya kagumi ternyata sudah memiliki keluarga.
Sampai pada akhirnya aku menemukan cinta kembali, setelah aku bekerja di rumah baru mbak Titah dan mas Hakim, dia adalah Puji.
Puji adalah juru masak di rumah baru mbak Titah dan mas Hakim, sementara aku sebagai asisten rumah tangga.