webnovel

Quest Pertama

Pertempuran telah usai. Perang itu tidak menyisakan apapun selain genangan darah dan mayat-mayat bergelimpangan. Suasana kembali sunyi. Debu-debu betebaran seakan meledek nafsu manusia yang gemar membunuh sesamanya.

Di antara debu-debu itu, terdapat serpihan tahi kuda di mana kesadaran Kimansu berada.

"Ternyata perang sungguhan tidak sekeren di game."

CLINK!!!

Terdengar bunyi berbeda untuk notifikasi yang berbeda pula.

[Kedewasaanmu meningkat, tambahan 3 QP]

'Hmm ... ternyata quest ini bukan hanya melihat dan mendengar. Quest ini untuk memahami dunia yang akan aku jelajahi nanti. Pantas saja aku jadi tahi dulu.'

CLINK!!!

[Pemahamanmu meningkat, tambahan 2 QP]

Kimansu gembira. Setelah terbang berjam-jam, tinggal 8 QP saja sampai dia mendapatkan evolusi pertamanya. Dia semakin bersemangat karena quest yang awalnya dia kira mudah, ternyata sangat sulit sampai dia hampir menyerah.

Bagaimana bisa?

Ternyata 50 Quest Point itu dibagi menjadi lima kategori. Yaitu pengelihatan, pendengaran, pengetahuan, pemahaman dan kedewasaan. Jadi mau seperti apapun Kimansu berpindah-pindah potongan tubuh, dia mentok mendapat 20 QP saja jika hanya mengandalkan pengelihatan dan pendengarannya. Sedangkan tiga kategori lain dia temukan secara tidak sengaja di saat dia sudah putus asa.

Pengetahuan adalah segala hal baru yang dia temukan. Baik itu tanaman, binatang, sampai lambang-lambang yang dia lihat dari mayat-mayat. Sedangkan pemahaman adalah segala hal yang berhubungan dengan cara kerja, baik itu dari kemampuannya sendiri maupun dari lingkungan di sekitarnya.

Sederhana, bukan?

Tapi tidak untuk kategori kedewasaan.

Point itu sangat licik karena menilai sesuatu yang filosofis. Point itu sulit ditebak dan muncul begitu saja saat Kimansu jujur dengan pikirannya. Kategori kedewasaan bukan quest yang mudah untuk para bocah.

Untunglah Kimansu bukanlah anak-anak remaja yang hanya mau yang enak-enak. Dia adalah pria 21 tahun yang sudah mampu berpikir matang. Setelah menghabiskan banyak waktu untuk berpikir, tiga kategori sulit itu pun bisa dia kerjakan.

Kimansu membiarkan tubuhnya terbawa angin. Dia menikmati penerbangannya hingga sampailah dia di sebuah desa. Seperti yang dia duga, alarm notifikasi langsung berbunyi setelah dia melihat desa itu.

CLINK!!!

[Pengetahuanmu meningkat, tambahan 1 QP]

Kimansu tidak spontan gembira di kala quest bar itu terisi lagi. Dia langsung mengamati bangunan, aktivitas penduduk, dan detail-detail desa itu sampai bagian yang paling kecil.

Setelah sekian lama menghafal semuanya, apa yang dia tunggu akhirnya berbunyi juga.

CLINK!!!

[Pengetahuanmu meningkat, tambahan 2 QP. Kategori pengetahuan selesai]

"Yeahh!!! Tinggal sedikit lagi!"

***

Hanya tinggal 5 QP saja di kategori kedewasaan. Tapi sampai tiga minggu sejak notifikasinya terakhir berbunyi, quest bar-nya tidak juga terisi. Dia masih berada di desa itu karena hujan membuatnya menempel di atap sebuah rumah.

Apakah Kimansu bosan?

Tidak sama sekali. Karena kemampuannya untuk berpindah-pindah kesadaran, dia bisa berganti pemandangan ke berbagai potongan tahi yang bertebaran. Potongan tubuh itu pun sudah menyebar ke berbagai arah sehingga banyak pemandangan baru yang dia temui di dunia ini.

Kimansu tidak terburu-buru. Dia menikmati tubuhnya yang sekarang karena kemampuan itu tidak selamanya bisa dia miliki. Dia memahaminya setelah membaca papan status di waktu senggang.

[Setelah kamu berevolusi, akan ada kemampuan baru, ada juga kemampuan yang hilang]

[Karena tahi kuda adalah tutorial, kamu mendapatkan blessing terbatas sebagai immortal. Jika kamu berevolusi menjadi makhluk hidup, blessing itu akan lenyap]

[Jadi, hati-hati dengan pilihanmu]

Kimansu termenung. Mungkin di antara pahlawan di seluruh dunia, dia lah satu-satunya MC yang merasa beruntung jadi tahi kuda. Dia merenung di atap rumah itu sambil melihat mata hari terbenam.

Sore menjelang. Cahaya jingga menyelimuti ladang gandum di sekeliling desa itu. Kimansu melihat siluet para petani yang baru pulang dari ladang, juga keceriaan anak-anak yang bermain dengan sesamanya. Dan di antara anak-anak itu, ada seorang anak perempuan yang selama ini Kimansu perhatikan.

Anak kecil itu selalu melihat ke arah yang sama di setiap sorenya. Dia selalu memandang ke arah barat, seakan menanti kedatangan seseorang yang dia rindukan. Kimansu melihat orang-orang dewasa menghiburnya meski bahasa mereka terdengar asing.

Ada apa dengan gadis itu?

Kimansu sudah lama tahu. Dia sudah menyadari alasan di balik kesedihan gadis kecil itu. Dia tahu betul bahwa arah yang dilihatnya adalah arah yang sama di mana Kimansu bereinkarnasi untuk pertama kalinya.

Gadis kecil itu pasti menanti seorang prajurit yang tidak mungkin kembali. Seseorang yang ditunggu itu pasti sudah tiga minggu menjadi mayat. Kimansu sudah curiga bahwa gadis itulah kunci dari quest pertamanya.

Setelah menimbang-nimbang, Kimansu memutuskan menyelesaikan quest. Dia berpindah kesadaran menuju potongan tubuhnya yang masih berada di lokasi pertempuran. Antara tahan dan tidak tahan, dia mengamati satu persatu mayat yang kondisinya mengerikan.

Di antara tumpukan mayat prajurit itu, ada sesosok mayat pria muda yang memegang mainan kecil yang sama, seperti yang biasa dipeluk si gadis kecil.

Pria muda itu mungkin ayahnya. Sampai kapan gadis itu menanti kedatangannya?

Andai Kimansu manusia, dadanya pasti terasa sesak. Dia mulai tidak tahan dengan dunia itu yang tidak semanis cerita Light Novel. Penuh kesedihan, dia melihat langit dan berteriak sekencang mungkin.

"Aku tahu tujuanmu, Sang Dewa! Kamu mencegahku seperti MC isekai OP, bukan? Kamu tidak ingin aku seenaknya membunuh mentang-mentang di sini tidak ada hukum, bukan?"

CLINK!!!

[Kedewasaanmu meningkat, kamu mendapat 5 QP. Quest pertama selesai]

CLINK!!!

[Evolusi tersedia]

[A. Tahi kuda telah mengering. Kamu bisa menjadi debu seutuhnya]

[B. Tahi kuda menjadi pupuk. Kamu bisa menjadi tanaman]

[Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Bijaklah memilih, Anak muda]

Kimansu tidak peduli. Dia masih berteriak sekencang mungkin.

"Persetan dengan misiku di dunia ini! Aku tidak mau lagi ada anak-anak lain senasib dengan gadis itu! Terserah kekuatan aneh apalagi yang kamu berikan, aku—aku ..."

Kimansu terbawa kesedihannya. Dia tidak tega membayangkan wajah gadis itu yang semakin lama semakin muram. Dia sudah bertekad untuk menyelamatkan dunia ini dari peperangan, agar tidak ada lagi anak-anak lain yang bernasib sama.

Dia bersumpah ...

Dia ...

CLINK!!!

"Loh, kok ada notifikasi lagi? Bukannya quest sudah selesai?" Kimansu kebingungan. Dia mulai mengamati papan status karena penasaran.

[Quest rahasia selesai, jadi pahlawan yang punya tujuan. Reward: ...]