webnovel

Pacarku Miliarder

"Lo beneran kenal cewek lewat aplikasi itu?" Seseorang melempar pertanyaan, yang ditanya hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, tangannya menyeduh kopi dengan pelan, merasakan dan menikmatinya. Aroma kopi pun menyeruak masuk ke indera penciuman. "Permisi, Mas. Ini pesanannya," ujar seorang pelayan menghampiri mereka berdua. "Iya terima kasih. Mbak taruh saja di situ." Pelayan itu hanya mengangguk, meletakkan makanan yang telah dipesan oleh dua orang pria di hadapannya di atas meja, kemudian berlalu. Sebelum langkahnya menjauh, sekilas pelayan itu mengagumi sosok yang sedari tadi hanya terdiam sambil menikmati secangkir kopi. Ketampanannya yang mampu mengikat beberapa pengunjung wanita itu, tidak bisa begitu saja diabaikan termasuk oleh pelayan itu. Pria itu saksi hidup definisi pria sempurna, tubuh atletis, hidung mancung, dan juga kulit putih. Pelayan itu pun memilih untuk melanjutkan langkahnya yang tertunda, karena mengagumi sosok pria tampan di belakangnya. Dia tidak ingin sampai pemilik restoran tempatnya bekerja menegurnya karena sempat terdiam. "Terus nanti malem lo mau jemput dia di stasiun gitu?" Pria tampan itu menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Lo yakin dia bukan penipu? Gimana kalau dia komplotan perampok? kan Lo belum tahu pasti, apalagi hanya kenal semalam melalui aplikasi game online," ujar sahabat dari pria tampan itu khawatir. Kalau benar perampok, dia akan merasa bersalah, karena dialah yang mengarahkan sahabatnya itu untuk mendownload aplikasi game online tersebut, dan siapa sangka sahabatnya malah berkenalan dengan seseorang yang katanya di pindah tugaskan ke kotanya. Membuatnya benar-benar merasa curiga, kenapa kebetulan sekali sore harinya langsung pindah ke kotanya, seperti ada sesuatu yang telah direncanakan. Apalagi sahabatnya adalah pemilik perusahaan ternama dan cabangnya di mana-mana, salah satunya perusahaan yang sedang dia kelola. "Gak perlu khawatir, gue tak sebodoh itu," ujar pria tersebut sembari meletakkan secangkir kopi di atas meja.

Alma_Idah · Urban
Not enough ratings
196 Chs

Part 1. Pindah Kerja

"Der, lo jadi dipindah?" tanya Sisil sahabat Dera. Dera yang sedang asyik mengunyah mengalihkan pandangan pada sahabatnya. Ia memutar bola mata jengah pada sahabatnya itu, pasalnya pertanyaan itu sudah di ulang beberapa kali, sampai membuat Dera bosan menjawab pertanyaan sahabatnya Sisil. Dengan malas Dera hanya mengangguk dan melanjutkan makan.

"Padahal kan lo udah lama kerja disini? kenapa mau dipindah?" tanya Sisil lagi sembari merebut kotak bekal yang di pegang Dera, dengan cepat Sisil menyendok bekal nasi itu ke mulutnya.

Dera yang sudah terbiasa dengan kelakuan sahabatnya itu hanya pasrah.

"Lo tahu sendiri kan, gaji di sini kurang buat kebutuhan keluarga gue? jadi mau gak mau gue harus mau dipindah tugas, lagian ini kesempatan bagi gue," jawab Dera.

Sisil hanya mengangguk-angguk, mendengar penjelasan Dera sahabatnya. Dia memandang Dera kasihan, pasalnya kehidupan Dera yang dulunya mewah sekarang jadi serba kekurangan, semenjak ayahnya lumpuh dan berhenti bekerja.

Sekarang Dera harus menjadi tulang punggung keluarga di usianya yang masih tergolong muda, apalagi dia harus membiayai adiknya yang masih sekolah.

"Terus kapan lo berangkat?" tanya Sisil sembari meletakkan kotak bekal yang tadi dia rebut.

"Besok sore," jawab Dera.

Dera langsung melihat bekal makanan yang sudah tinggal sedikit, karena ulah sahabatnya, dan kembali menatap kesal sahabatnya itu.

Sisil yang menyadari ditatap oleh Dera hanya tersenyum, ia langsung memuji masakan ibunya Dera sebagai pengalihan.

"Masakan ibu lo enak sih, jadi gue sampai kebablasan memakannya," ujar Sisil sembari menunjukkan cengiran lebarnya.

Dera hanya menarik nafas panjang, dan mengalihkan pandangan pada segerombolan laki-laki yang suka mencari perhatiannya.

Menyadari kemana arah Dera melihat membuat sisil berdehem. "Ehem ehem" Dera yang merasa digoda oleh sahabatnya langsung mengalihkan pandangan kelain tempat.

"Coba lo mau sama salah satu dari mereka, pasti lo gak bakal jomblo terus," ujar Sisil mulai memberi saran, Dera hanya terdiam mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Lihat tuh Angga," kata Sisil menunjuk seorang laki-laki dengan dagunya. Dera langsung melihat arah di mana Sisil memberitahunya, orang yang dilihatnya tersenyum dan melambaikan tangan, Dera hanya tersenyum tipis dan memalingkan pandangannya.

"Dia, tuh, tergila-gila sama lo Der! kurang apa coba? Udah ganteng, tajir lagi, tapi masih saja lo tolak!" ungkap Sisil menyayangkan sikap sahabatnya itu.

"Gue masih belum mau pacaran," ujar Dera, berdiri dari tempatnya dan mengambil bekal makan di meja. Langkah kakinya memasuki kantor tempat di mana dia bekerja.

Sisil yang ditinggal begitu saja hanya terdiam untuk sesaat, dia masih berfikir bahwa Dera belum bisa move on dari pacar pertamanya yang tega mencampakkannya. Saat dia ingin beranjak pergi, seseorang yang ditunjuknya tadi menghampirinya.

"Dengar-dengar sahabatmu mau pindah?" tanya laki-laki itu menuntut kepastian.

Sisil hanya mengangguk sebagai tanggapan kemudian berlalu, meninggalkan laki-laki itu yang terlihat kecewa dengan anggukannya.

Dera kembali duduk di kursi tempatnya bekerja tiga tahun belakangan ini, dia masih tidak menyangka akan mendapat tawaran bosnya untuk dipindahkan ke kantor pusat. Pandangannya mengedar ke sekelilingnya, terlihat para rekan kerjanya tengah bercanda gurau, dia akan merindukan teman-temannya itu.

Waktu tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, banyak kenangan dan momen-momen bersama sahabat dan teman-temannya.

Sisil yang baru saja sampai, menatap Dera dengan pandangan nanar. Dia tahu, sulit bagi Dera untuk berpisah dengan teman-temannya, begitupun dengan Sisil.

Sisil lalu menepuk pundak Dera, berpura-pura seakan-akan dia tidak mengerti apa yang dirasakan oleh sahabatnya.

"Woy,,ngapain!!" sentak Sisil mengejutkan Dera.

Dera yang tidak menyadari kedatangan Sisil pun terkejut. "Eh apaan sih, lo?! ngagetin aja tahu!" timpal Dera memasang wajah masam, sedangkan Sisil hanya terkekeh, dia senang melihat tampang sahabatnya itu.

"Lagian lo ngapain, sih, ngelamun?" tanyanya masih terkekeh.

"Siapa juga yang ngelamun?" kilah Dera seraya menjitak kepala sahabatnya itu.

"Aw! Sakit tau!"

"Biarin!" sahut Dera, kemudian dia kembali fokus pada komputer yang di depannya.

Saat jam menunjukkan pukul tiga sore, semua yang ada di ruangan berseru riang, begitu pula dengan Sisil. Jam tiga sore itu artinya semua aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaaan sudah berakhir, waktunya semua karyawan bersiap-siap untuk pulang, jika semua pekerjaan benar-benar selesai, jika tidak maka itu artinya dia akan pulang belakangan, bisa disebut juga lembur kerja.

Sisil lalu menghampiri Dera yang masih berkutat dengan komputernya.

"Masih belum selesai, Der? tanyanya sambil menarik kursi di sebelah Dera untuk dia duduki.

"Belum, gue masih mengirim berkas-berkas baru untuk perusahaan pusat yang bakal gue tempati," jawab Dera tanpa mengalihkan pandangan dari komputernya.

Sisil hanya mengangguk, dia tahu bahwa sahabatnya memang pintar. Tidak salah jika dia terpilih oleh bosnya untuk dipindahkan ke pusat. Selain pintar, Dera juga cantik, banyak karyawan laki-laki yang menaruh rasa padanya. Namun tak ada satupun yang bisa mengobati rasa traumanya bersama mantan pacarnya dulu. Dera ditinggal saat masih sayang-sayangnya, itu rasa sakit yang tidak terkira.

"Terus kalau lo pindah ke sana gue sama siapa dong?" tanya Sisil menatap lurus pada Dera.

Dera tidak menjawab, dia masih fokus dengan pekerjaannya. Sisil yang merasa di cuekin hanya bisa menghembuskan nafas kesal, lalu dia merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan gawainya.

Sisil mencoba membuka aplikasi berhuruf F sembari menunggu pekerjaan Dera selesai, setelah bosan dia kembali membuka aplikasi lainnya, yaitu aplikasi game online yang belakangan ini selalu dimainkan.

Dera yang sudah selesai dengan pekerjaannya menatap heran pada sahabatnya, pasalnya sahabatnya asyik sendiri sampai tak mendengar panggilan Dera.

Dera masih mengamati sahabatnya itu, mencari tahu gerangan apa yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Ngapain sih, Sil? kok lo senyum-senyum sendiri?" tegur Dera pada sahabatnya.

Sisil hanya menatap Dera sebentar lalu kembali lagi dengan aktivitasnya bermain game.

Dera menghembuskan nafas kesal, dengan cepat dia menarik gawai milik Sisil dan melihat game apa yang dimainkan.

"Eh kembalikan dong Der! lagi seru-serunya malah lo rebut!" sahut sisil kesal.

Dera hanya tersenyum sembari mengembalikan gawai sahabatnya.

"Lagian lo sih, asyik sendiri, gue panggil-panggil malah di cuekin!" ungkap Dera membela diri.

"Gue kan gak tahu kalau lo udah selesai," ujar sisil sembari memasukkan gawainya kembali ke saku jaket.

"Lah terus, kok gak lo lanjutin lagi?" tanya Dera kemudian.

"Udah kalah! Males mau ngelanjutin!" ketus Sisil masih jengkel.

Dera hanya mengangguk- angguk kepala.

"Lo gak mau nih, download aplikasi game online?" tanya Sisil balik.

"Enggak," jawab Dera sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas kerjanya, lalu dia berdiri hendak pulang.

"kenapa? Seru lho,,, kita juga bisa kenalan sama cowok-cowok luar kota," ujar sisil ikut berdiri dan siap untuk pulang.

"Emang aplikasi apa?" tanya Dera yang akhirnya ikut penasaran.

"Nanti dah, gue kirim lewat whatsapp, sekarang sudah sore."

Dera hanya mengangguk, mereka pun pulang bersama.