webnovel

Kali Ketiga

H-5 Pemilihan Ketua BEM

"Jadi, orangnya kayak gimana, Ardi?" tanya Serry setelah Ardilo menceritakan bagaimana Ardilo dan Taera tak sengaja bertemu dan berkenalan.

"Dia anaknya baik, ramah, asyik, agak pendiem, dan unik. Yang jelas dia cantik banget. Mungkin gue bakal bilang kalau gue suka sama dia. Nanti sore gue mau ngajak dia jalan," jelas Ardilo.

"Lo yakin mau bilang kalau lo suka sama dia secepat ini?" tanya Serry.

"Gue bakal ditolak ya sama dia?" tanya Ardilo balik.

"Ya.. Mungkin aja. Dia kenal sama lo juga baru beberapa hari kan? Ya sih lo udah suka sama dia dari semester 3, tapi dia kan baru kenal lo dari beberapa hari yang lalu. Dia bisa jadi meragukan perasaan lo, Ardi. Akhirnya ntar dia memilih untuk nolak lo," jelas Serry.

"Bener juga," kata Ardilo kemudian memikirkan kembali rencananya.

"Misalnya dia nerima lo dan nanti lo terpilih jadi ketua BEM, menurut lo dia bakal ngerti kesibukan lo nggak?" tanya Serry.

"Gue nggak tau. Tapi gue punya firasat dia bakal ngertiin gue," jawab Ardilo optimis.

***

Taera duduk di kursi taman depan fakultasnya. Hari ini dia mau nanya-nanya tentang Ardilo ke Kaino.

"Lo tau nggak? Kemarin gue ketemu kak Ardilo pas pulang kuliah. Gue ketemu dia di tempat fotocopy-an," kata seorang cewek yang duduk tidak jauh dari Taera.

"Jadi gimana aslinya? Ganteng kayak yang di foto yang ada di banner pemilihan ketua BEM itu nggak?" tanya cewek satunya.

"Aslinya ganteng banget. Apalagi pas senyum. Gilaaaaaa....manis banget."

Taera mengangguk. Ya, kak Ardilo emang ganteng pakek banget, batinnya.

"Lo cuma ngelihat dia bentar doang?"

"Enggak. Lama kok. Soalnya dia lagi fotocopy banyak gitu. Gue sempet nguping dikit pas dia nelpon. Beeehhhhhh."

"Kenapa? Kenapa?"

Taera jadi kepo sama pembicaraan dua cewek ini. Jadi dia nguping dikit-dikit.

"Suaranya merdu dan adem banget cuy. Apalagi pas dia ketawa, ambyar hati dedek."

"Gue jadi iri sama lo. Gue belum pernah ketemu sedeket itu sama kak Ardilo."

"Gue kayaknya udah jatuh cinta sama dia."

Taera kaget. Lah, saingan, batinnya.

"Jatuh cinta sama kak Ardilo? Saingan lo banyak sih ya."

"Iya. Gue tau kok. Sahabatnya aja cantik-cantik plus hits semua. Kak Yuna, kak Jeje, kak Yola, dan kak Yania. Ah....gue mah apa atuh dibanding mereka."

Lah apa lagi gue? batin Taera ikutan sedih.

"Lo tau nggak, kemarin kak Ardilo makan bareng cewek di kantin."

Taera yang merasa kedua cewek itu kini sedang membicarakan dirinya, langsung pura-pura membaca dan menenggelamkan wajahnya di buku.

"Oh jadi itu bener ya? Gue kira itu berita hoax."

"Beneran. Mana semeja berdua lagi. Apa mereka pacaran ya?"

"Ah nggak mungkin. Pasti kalau mereka pacaran orang-orang udah pada tau. Secara kak Ardilo hits banget."

"Kalau ternyata pacarnya gimana?"

"Gue mau tau dulu orangnya gimana. Kalau orangnya cantik, pinter, aktivis, kharismatik, ramah, ya...pokoknya 11 12 sama kak Ardilo lah, gue bakalan ikhlas."

"Emang lo siapanya kak Ardilo pakek gak ikhlas segala. Haha."

"Ye...siapa tau gue ntar yang jadi pacarnya kak Ardilo. Terus kita pacaran langgeng sampai nikah. Kalau itu sih gue ikhlas banget. Hahahaha."

Gue yang kagak ikhlas njir, batin Taera.

"Masalahnya lo kagak 11 12 sifatnya kayak kak Ardilo. Hahaha."

"Kalau cantik, gue yakin semua cewek itu cantik. Nah, yang jadi aktivis ini lho, boro-boro mau ikut organisasi atau kepanitiaan, baru ikutan wawancara pas Open Recruitment aja gue ditolak. Gimana kak Ardilo tau keberadaan gue?"

"Udah jangan sedih. Masih ada kesempatan. Nanti kalau dia kepilih jadi ketua BEM, lo harus daftar jadi anggota BEM, oke. Siapa tau lo diterima."

"Yep. Gue akan berusaha bisa diterima kali ini. Lo ntarng gak mau daftar jadi anggota BEM juga?"

"Gue ntar daftar kok. Tapi alasan gue bukan karena ntar kalau kak Ardilo yang jadi ketua BEMnya. Tapi karena gue emang suka dan tertarik dengan organisasi. Siapapun ketua BEM-nya, gue mau daftar jadi anggota BEM. Gue pengen menambah pengalaman organisasi dan mengasah soft skill gue."

"Lo mah emang beda. Gue bangga punya temen kayak lo."

Kedua cewek itu kemudian pergi. Taera menaruh bukunya dan menghela nafas.

"Saingan gue banyak banget ya kak?" gumam Taera.

"Tae," Kaino melambaikan tangan pada Taera yang disambut dengan wajah Taera yang sedih.

"Lah kenapa lo? Kok sedih gitu?" tanya Kaino kemudian duduk di sebelah Taera.

"Saingan gue ternyata banyak banget, Kai," kata Taera sedih.

"Kak Ardilo?" tanya Kaino.

Taera mengangguk.

"Lah lo baru nyadar?," canda Kaino yang membuat Taera hampir menangis.

"Canda kali, Tae," kata Kaino berusaha menenangkan Taera.

"Jadi kak Ardilo orangnya gimana?" tanya Taera kembali ke tujuan awal mereka bertemu.

"Dia....dia ya kayak yang orang bilang. Baik, ramah, pinter, kharismatik, aktivis. Di apartemen dia juga orang yang rapi, suka kebersihan, asyik, ngomong apa aja nyambung. Nggak salah sih banyak cewek yang suka sama dia."

Taera manggut-manggut, "Terus dia deket sama siapa sekarang?"

"Setau gue dulu dia deket sama kak Yola. Mereka sering jalan bareng. Entah berdua atau sama gengnya," jelas Kaino.

"Yang mana kak Yola?" tanya Taera kepo.

"Lo kagak tau kak Yola?" tanya Kaino balik.

Taera hanya menggelengkan kepalanya. Sementara Kaino tampak frustasi.

"Dia kan hits banget masa lo kagak tau dia sih?" tanya Kaino lagi.

"Enggak," jawab Taera jujur.

"Tae....Tae.... Dia tuh kakak sekretaris BEM pas kita ospek dulu. Dia baik banget orangnya," jelas Kaino.

"Terus mereka sekarang masih deket?" tanya Taera.

Kaino mengangguk.

"Saingan berat itu mah," kata Taera terlihat putus asa.

"Jangan nyerah dulu lah. Siapa tau bang Ardilo sekarang naksir sama lo," kata Kaino.

Hp Taera bergetar. Ada panggilan dari Ardilo.

"Kai...Kai...kak Ardilo nelpon gue," kata Taera heboh.

"Ya udah sih, angkat sono," kata Kaino.

"Oke oke. Bentar ya," kata Taera kemudian berjalan menjauh.

"Tae...Tae..., kapan lo notice gue," kata Kaino saat Taera berjalan menjauh darinya.

***

Taera deg-degan banget sangat mengangkat telepon dari Ardilo. Dia kemudian teringat cewek-cewek tadi yang ngobrolin Ardilo yang sedang menelpon seseorang. Taera jadi pengen denger gimana suara Ardilo di telepon.

"Halo, kak."

"Hai, Tae. Lagi ada kelas?"

Suaranyaaaa.....adem banget, batin Taera.

"Kalau ada kelas nggak mungkin aku angkat telepon dari kakak."

Terdengar Ardilo tertawa disana.

Pakek ketawa lagi. Kan gue jadi makin suka, batin Taera.

"Iya juga sih."

"Ada apa kak?"

"Nanti sore ada acara nggak?"

"Nggak ada kak. Kenapa?"

"Jalan yuk. Ada buku yang mau aku beli."

"Ke toko buku yang kemarin?"

"Iya. Kamu mau nggak?"

"Boleh kak. Kebetulan komik yang aku suka ada serial yang baru."

"Oke deh. Ntar aku tunggu di parkiran ya."

"Iya kak."

"See you."

Ardilo menutup teleponnya. Taera pengen teriak sekenceng-kencengnya. Dia seneng banget.

***

Taera buru-buru merapikan tasnya dan keluar menuju parkiran. Stefa sampai heran apa yang membuat Taera begitu bersemangat. Dia kemudian melihat Ardilo yang duduk di salah satu kursi deket parkiran. Tak jauh dari tempat Ardilo duduk, banyak cewek-cewek yang ngelihatin Ardilo. Taera kemudian berpikir kalau dia langsung ketemu Ardilo, dia pasti diamuk sama cewek-cewek itu.

[Chat]

Taera

Kak, kita berangkatnya pakek mobil masing-masing?

Ardilo

Mobil aku masih di bengkel. Aku boleh bareng kamu kan Tae?

Taera

Iya kak. Kakak tunggu deket pintu keluar parkiran ya. Aku langsung naik mobil aku

Ardilo

Oke :)

Tak lama kemudian, Taera mengambil mobilnya dan bertemu Ardilo yang sudah menunggu di depan pintu keluar parkiran.

"Maaf ya kak," kata Taera begitu Ardilo masuk ke mobilnya.

Ardilo tersenyum, "Gapapa kok, Tae."

"Kamu beneran lagi nggak ada acara atau kegiatan kan?" tanya Ardilo.

"Enggak kok, kak. Kita emang lama perginya?" tanya Taera balik.

"Enggak kok. Yuk berangkat," jawab Ardilo kemudian tersenyum.

***

Sesampainya di toko buku, Ardilo langsung melihat buku-buku terbaru yang baru terbit. Dia kemudian sibuk dengan buku-buku yang dia lihat. Sementara Taera pengen banget segera ke area komik. Tapi dia nggak enak ninggalin Ardilo sendirian. Setelah beberapa saat, Ardilo melihat Taera yang terlihat bosan.

"Tae..."

"Ya kak?"

"Kamu kalau mau beli komik, kesana aja. Nanti aku nyusul," kata Ardilo.

Taera tersenyum dan mengangguk. Dia kemudian pergi ke area komik dan mencari komik yang biasanya dia beli.

"Oh...kamu suka komik ini?" tanya Ardilo tiba-tiba yang kini sudah berdiri di belakang Taera.

Taera langsung menoleh, "I..iya kak."

"Kamu masih ada lagi yang dibeli? Aku udah selesai nih. Kalau masih ada, aku tungguin," tanya Ardilo.

"Udah kok kak," kata Taera.

"Sini, bayarnya bareng aja," Ardilo meminta komik yang akan dibeli Taera.

Mereka kemudian berjalan ke kasir.

"Ini kak uangnya," kata Taera.

"Nggak usah, biar aku aja yang bayar," kata Ardilo.

"Ih..jangan kak," kata Taera.

"Gapapa kok," kata Ardilo.

Taera kemudian hanya diam. Dia nggak tau kenapa Ardilo membelikan komik kesukaaannya.

"Kamu belum makan kan?" tanya Ardilo begitu mereka keluar dari toko buku.

"Belum kak," jawab Taera.

"Makan dulu yuk," ajak Ardilo dan Taera mengangguk.

***

Mereka kemudian duduk di balkon restoran tempat mereka makan dulu. Setelah memesan makanan, mereka kini masih menunggu pesanan mereka tiba. Taera sedang sibuk dengan hpnya sementara Ardilo sedang memperhatikannya.

"Tae...," panggil Ardilo.

"Ya kak?" Taera masih melihat hpnya.

"Kamu udah punya pacar?" tanya Ardilo tiba-tiba bikin Taera kaget.

"Ha?" Taera kemudian melihat Ardilo dan terlihat bingung.

Ardilo tertawa kecil, "Aku nanya, kamu udah punya pacar belum?"

"Oh..maaf kak. Belum kok kak."

Kenapa dia tiba-tiba nanya gitu coba? batin Taera.

Ardilo tersenyum, "Kamu...."

Taera jadi deg-degan. Jangan-jangan kak Ardilo mau nembak gue? batinnya.

"Ya...kak?"

"Kamu...

Penasaran kelanjutannya? Ikuti terus ceritanya ya. Jangan lupa vote dan commentnya :)

mirnanatacreators' thoughts
Next chapter