webnovel

Tiga Mana

Di bawah langit gelap, wanita yang jatuh bersama meteor berdiri di tengah-tengah bekas ledakan. Matahari akan segera terbit. Angin dingin merasuk dalam baju putih tipisnya. Kedinginan!

Rambut hitam pekat panjang sebahu, tanpa poni, belah tengah.

"Ah ... rambutku jadi berantakan. Tinggal sisir, ya."

Hanya dengan sela-sela jari tangan dia menyisir rambutnya, walaupun hasilnya tidak serapi dibandingkan dengan sisir. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar dan menemukan dirinya berada di sebuah lubang.

"Siapa yang membuat lubang besar ini?"

Tampaknya wanita itu tidak mengingat apapun mengenai kejadian semalam. Karena dialah yang membuat lubang besar itu. Lubang itu kira-kira setinggi 20 meter lebih. Karena langit masih gelap dan cahaya matahari cukup sulit sinarnya sampai ke lubang, dia tidak tahu waktu sekarang.

Dia menarik napas dalam-dalam dan berlari kearah lubang dan mulai menggali dengan tangan kosong. Alhasil, dia tidak bisa melakukannya, justru melukai kuku tangan walaupun kukunya pendek.

"Sekarang ... Bagaimana caraku keluar dari sini?!" bertanya sambil melihat kedua tangan yang kotor karena tanah. "Tanganku kotor. Aku tidak suka melihatnya. Aku harus segera membasuh tangan."

Dia kembali mengedarkan pandangan ke sekitar dan kali ini mencari air bersih. "Jadi tidak ada air, hanya ada tanah, ya." Dia menghela napas panjang sambil menunduk murung.

Tiba-tiba terjadi gempa bumi. Tanah bergetar hebat dan getarannya tidak berakhir dengan cepat. Lima menit berlalu, tapi belum juga berakhir.

"Apa yang terjadi sebenarnya!?"

"Gempa ini ... Kenapa terasa tidak asing?"

Dia duduk untuk menjaga keseimbangan badan dari gempa yang belum berakhir. Mendongak ke atas di mana melihat cahaya matahari mulai menerangi bagian atas lubang, entah kapan akan sampai di bagian terdalam lubangnya.

"Langit terang, biru dan cantik, sejak beberapa waktu lalu. Sinar matahari juga telah muncul. Dari sudut itu, ini jam sembilan pagi, ya."

Gempa akhirnya berhenti. Wanita itu berdiri dan masih memandang ke langit.

"Bagaimana aku bisa berakhir di dalam lubang besar dan tinggi ini? Siapa ... Siapa yang buang aku?"

Dia memandang lurus ke depan, "Tak ada cara lain lagi. Aku harus melakukan jurus khusus untuk menghadapi situasi saat ini. Kalau aku ceroboh, aku tidak akan bisa menjangkau atas dan ...."

Dia segera geleng-geleng kepala, "Tidak, tidak. Tidak mungkin aku berakhir di tempat ini. Ini tidak K-E-R-E-N!" teriaknya.

Dia mengambil tas punggung yang jatuh tak jauh dari tempatnya berdiri. Setelah mendapatkan tas itu, dia membuka dan mengambil sebuah barang dari dalam. Saat dia mengeluarkan beberapa barang, ada beberapa buku novel fantasi genre aksi dan petualangan.

Ketika menyentuh novel berjudul "Pacar Militer", tangannya berhenti dan memandangnya dalam. "Sayang sekali aku tidak bisa membacanya pada situasi ini. Padahal aku sudah menerbitkannya sebulan yang lalu. Aku suka membaca buku yang kutulis berulang-ulang dan tidak merasa bosan. Begitu menyebalkan! Aku pasti akan menyelesaikannya segera!"

Dia memantapkan hatinya saat itu. Lalu, barang yang dia cari akhirnya ketemu. Akhirnya barang-barang yang tidak diperlukan kembali masuk ke tas. Di tanah tampak sebuah buku tulis dan pena, yang ujungnya terdapat boneka panda.

Raut wajahnya seketika berubah. Kini buku tulis dan pena di atas tas yang sedang berbaring di tanah. Dia menggenggam tanah tempatnya berpijak dan mengeram marah serta kesal.

"Panda kecil!" katanya seram.

Tak ada tanda apapun. Suasana hening dan embusan angin menerbangkan rambutnya. Di udara terlihat beberapa saputangan terbang berwarna putih. Wanita itu tidak menyadarinya.

"Panda kecil, sampai kapan kamu akan berpura-pura diam!? Apakah kamu ingin aku meremas hingga kamu mati dan tidak bisa melihat dunia ini?"

Belum ada respon. Kedua tangannya yang menyanggah di tanah meremas tanah itu dan menggertak giginya. Dia pun duduk santai dan menghela napas dalam-dalam.

Dia mengambil pena dan memegangnya penuh perhatian. "... apakah kamu ... benar-benar terluka parah?" Seketika raut wajahnya berubah kembali. Kali ini dia menangis sesenggukan.

"Panda kecil, kamu tidak boleh tinggalkan aku sendirian di tempat ini. Aku bisa mati kalau hidup tanpa mu. Segeralah kembali padaku, aku mohon padamu ..." Dia memeluk dengan air mata menetes di wajahnya.

Dia berhenti banyak bicara dan menyeka air matanya dengan lengan bajunya. Lalu memandang ke atas, "Aku sangat kedinginan ... aku tidak mau mati di sini. Tidak K-E-R-E-N, lho."

Setelah belum makan dari semalam, dia mulai merasa kelaparan dan memegang perutnya yang baru saja berbunyi. "Lapar ...!  Aku sangat lapar ...!" teriaknya.

Pandangannya perlahan mulai tidak jelas dan kabur. Bibirnya kelu dan bergetar. Dia mengedipkan mata satu kali, dua kali ... dan pingsan.

"Apakah akan berakhir begitu saja ..." gumamnya di detik-detik jatuhnya badan ke tanah. Tidak merasakan apa-apa karena sepenuhnya pingsan.

Di sebuah ruang bercahaya putih, mirip kamar atau ruangan tanpa barang satupun. Seekor panda kecil berjalan lambat sambil membawa rumput hijau yang segar, rumput itu tetap segar walaupun tidak melekat pada tanah.

Wanita itu muncul di ruangan itu dan berteriak kencang salam keadaan marah, "Panda kecil!" Mendadak panda yang dia panggil berlari ke arahnya dan mereka berpelukan erat.

"Panda kecil, kamu ... Ini benar-benar kamu, kan?! Aku tahu kalau kamu tidak akan pergi tinggal aku sendirian di tempat ini. Aku tahu itu ... Untunglah kamu telah kembali ...."

Mendadak dia tercengang dengan yang baru saja dikatakan. Dia mengulang lagi, "Untunglah kamu telah kembali, ya."

Apa yang baru saja kukatakan? Aku merasa ada hal penting yang harus segera dilakukan. Begitu penting, ya. Kenapa aku tidak ingat apapun?!

Ragu-ragu!

Kemudian teringat sebuah ungkapan, "Kalau kamu tidak menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi, teriak dan teriak hingga puas! Jangan sekalipun diam dan tidak melakukan sesuatu."

"Aku ingat sesuatu. Panda kecil terluka karena kecelakaan di dalam ruang waktu. Kenapa dia tidak mengatakan apapun padaku?! Dasar panda kecil brengsek!"

Raut wajahnya murung dan kedua tangannya mengepal di samping pinggang. Apakah aku orang yang tidak dapat dipercayai, berpikir.

"Jadi begitu, ya. Panda kecil tidak percaya seutuhnya padaku. Itulah kenapa resonansi kami gagal dan menimbulkan masalah di perjalanan ruang waktu."

Dia melangkah mondar-mandir membuang kebosanan dan tangan kanan memegang dagu, berpikir. "Karena Panda kecil sudah terluka, lalu bagaimana aku keluar dari sini? Tidak adakah yang bisa kulakukan sekarang?"

Ada!

Ide baru saja masuk ke dalam kepalanya. Dia menoleh pada panda kecil yang di dekatnya dan berjongkok dengan raut wajah kening berkerut. "Kamu siapa nya Panda kecil?"

"Aku adalah Panda kecil. Ini adalah aku, Rey."

Sekarang kita ketahui kalau wanita itu bernama Rey.

"Kamu ... eh," Rey tercengang kaget, " ... Bagaimana mungkin kamu adalah Panda kecil? Kamu ... terlihat seperti anaknya."

Panda kecil tersisa sedikit mana untuk itu terlihat lebih pendek dari Panda kecilnya. Mana adalah energi dari bumi atau dunia. Di sekeliling terdapat mana, ada warna hitam, merah dan putih.

Mana hitam adalah energi kebencian yang hebat dan kuat, ini menakutkan. Mana merah adalah energi kebencian tingkat tengah, tidak berbahaya tapi tetap harus berhati-hati, energi ini bisa berubah hitam kadang-kadang. Sedangkan mana putih, ini energi yang bersih dari kebencian. Dengan energi putih ini, Rey dan Panda kecilnya memasuki perjalanan ruang waktu.

Panda kecil menghela napas, menunduk murung atas ucapan dari Rey. "Rey, berapa lama kita tinggal bersama? Apakah kamu tidak percaya padaku?"

Mendengar ucapan itu, Rey mendadak terbelalak kaget. Ucapan yang sama yang dulunya pernah Panda kecil katakan saat mereka hampir mati. Dia berjongkok dengan air mata membasahi pipinya dan memeluk Panda.

"Syukurlah kamu tak apa. Aku sangat khawatir. Kamu ..." Rey tidak mampu bicara.

Bersambung ...