Sementara Arka menahan dirinya untuk tak memukuli Nino yang mendadak jadi penguntit. Berdiri mematung, merasakan tatapan intens yang tak pernah sedikit pun beranjak meninggalkannya. Dengan embusan napas berat, yang beransur menggeram saat beberapa menit berlalu tak membuat pria itu sadar diri.
Melirikkan mata, dengan raut wajah kaku. "Lo nggak niat pergi? Gue mau pipis, bangsat!"
"Ya udah, pipis aja. Gue nggak masalah, kok!"
Masalah memang bukan ada padanya, tapi Arka yang salah karena telah usaha bernegosiasi dengan pria sekeras batu seperti Nino.
"Huaa....!"
Arka berteriak frustasi, bukan hanya saat itu, Nino rupanya menjadi semakin gencar untuk membayangi setiap langkahnya. Lagi dan lagi.
"Gue udah baikan, lo bisa tinggilin gue sekarang." Pinta Arka dengan tatapan memelas, di pelataran rumah sakit. Ia menyusup pergi saat Nino tengah mandi, sedikit merasa senang saat melihat kebebasan di depan matanya, kalau saja langkah pria yang lebih panjang itu tak menangkapnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com