webnovel

Our Secret

Setelah kelulusan SMA, Vini dan kakak kembarnya, Vino, menerima sebuah undangan beasiswa dari sebuah kampus dengan dijanjikan fasilitas yang nyaman termasuk asrama. Namun ternyata, undangan tersebut berasal dari sebuah sekolah agen rahasia. Dan yang lebih mengherankan, tidak lebih dari lima belas orang yang dipilih untuk masuk ke sana.

Reenxie · Teen
Not enough ratings
14 Chs

Latihan

Di tengah latihan, Daffin memberikan waktu istirahat sejenak. Begitupula di bagian Evan dan Oliver. Namun mereka beristirahat secara terpisah karena hanya diberi waktu sejenak.

Vini duduk menyendiri di pinggir lapangan sambil meneguk air minum dalam botol minum yang dibawanya dari kamar asramanya.

"Sendirian aja neng?" Liam datang dan duduk di samping Vini membuat Vini sedikit bergeser ke arah berlawanan.

"Kamu masih marah nih sama aku?"

"Bukan urusanmu!" Ketus Vini.

"Kenapa bukan? Kan kamu marahnya ke aku, berarti urusanku juga dong."

Vini berdecak sebal.

"Udahlah Vin, di sini kita tidak akan berkompetisi, yang ada bekerja sama, lagipula terakhir kita ketemu saat SMP, kenapa diingat terus?"

"Segitu inginnya kamu berbaikan denganku?" Vini memasang senyuman miring.

"Yah supaya kamu ngga gengsi kalau kangen sama aku, lebih enak kalau udah baikan kan?" Liam mengerling sekilas membuat Vini kembali kesal.

"Hei! Kamu--" Ucapan Vini terpotong karena tiba-tiba Barra datang dan duduk diantara mereka. "Barra?"

"Hai Vin," Barra menoleh pada Liam, "Hai Liam."

"Sedang apa kamu di sini?" Tanya Vini.

"Aku mengganggu kalian?"

"Oh.. Engga kok, justru bagus banget kamu ke sini."

Barra tersenyum tipis, "Sebentar lagi latihan kita dilanjut."

"Di mana Vino?"

"Itu," Barra menunjuk ke salah satu arah, tatapan Vini mengikuti telunjuk Barra ke arah Vino yang sedang mengobrol dengan Alden dan Jo.

Tidak lama, Daffin sudah kembali muncul mengajak Vini dan yang lainnya berkumpul.

"Bagaimana? Sudah cukup kan istirahatnya?" Tanya Daffin.

"Sudah kak," Sahut Alden.

"Kalau gitu sekarang kita akan berlatih tanding, kalian akan kubagi berpasangan."

Daffin menatap para murid-muridnya itu, "Vini, kamu bisa berpasangan dengan Liam."

Keduanya saling bertatapan sekilas.

"Vino bersama Barra dan Jo bersama Alden."

Alden mengangkat tangannya, Daffin mempersilahkan Alden bertanya, "Apa tidak sebaiknya perempuan dan perempuan kak?"

"Tidak masalah," Sela Vini, "Begini juga bagus," Vini menatap Jo, terlihat Jo mengangguk sekilas merespon Vini.

"Ya, tidak masalah," Jawab Daffin, "Saat di lapangan nanti, ada saatnya kalian tidak harus melihat apa gender lawan kalian. Nanti kalian bisa berlatih kembali dengan sesama gender."

Semua mengangguk paham.

"Untuk yang pertama, silahkan Alden dan Jo."

Kedua nama yang disebut, maju dan berdiri berhadapan, sedangkan sisanya duduk di pinggir untuk menyaksikan.

Agen baru lainnya yang dilatih oleh Oliver dan Evan, memperhatikan sekilas pertandingan Jo dan Alden.

Latih tanding mereka tidak berjalan lama karena Alden berhasil mengalahkan Jo. Alden seperti menahan diri tidak menyakiti Jo sedangkan Jo masih terlihat kaku karena lama tidak melakukan ini.

"Bagus, penguasaan kalian sudah cukup baik, aku yakin tidak butuh waktu lama untuk kalian menjadi lebih baik."

Latih tanding selanjutnya pun dimulai hingga bagian Liam dan Vini.

"Jangan menahan diri," Ucap Vini yang sudah berdiri di hadapan Liam.

"Kamu yakin?" Liam tersenyum.

"Ini hanya berlatih, jangan terbawa emosi," Daffin menengahi, merasa sepertinya sedikit keliru memasangkan Vini dan Liam.

"Kakak tenang saja," Ucap Liam, "Aku ngga mungkin buat dia sakit," Liam masih memasang senyuman.

Vini berdecak sebal, "Jangan sok hebat."

"Memangnya mereka punya masalah pribadi sebelumnya?" Tanya Alden yang duduk di samping Vino.

"Yah, lumayan," Jawab Vino.

Latih tanding antara Vini dan Liam dimulai. Vini terlihat bersungguh-sungguh menyerang Liam namun Liam menahan diri untuk membalas Vini.

Menyadari hal itu membuat Vini kesal, "Kamu sedang meremehkanku?!" Vini terlihat kesal.

"Kita hanya berlatih," Suara Liam terdengar tenang, "Untuk apa terlalu banyak mengeluarkan tenaga?"

"Jadi kamu masih merasa lebih hebat dari aku?!"

"Tidak--"

"Hei," Daffin berdiri di tengah-tengah mereka, "Jangan libatkan masalah pribadi kalian di sini!"

Vini menurunkan sikap ingin kembali menyerangnya, "Maaf kak."

"Untuk semuanya juga, berhati-hatilah dengan emosi kalian, jangan sampai hal itu mencelakai diri kalian serta tim kalian nantinya. Karena terkadang saat emosi, kalian bisa saja melakukan hal yang gegabah." Pesan Daffin yang langsung diangguki oleh semuanya.

"Latihan hari ini sudah cukup. Vini, kemampuan beladirimu sangat baik, tidak heran kamu menjadi ketua karate di sekolahmu. Tapi ingat untuk lebih lagi belajar mengontrol emosimu."

"Baik kak."

"Dan Liam, kamu juga punya kemampuan beladiri yang bagus, dan kamu tidak mudah terpancing oleh ucapan Vini. Kamu memang menjadi wakil di tim kalian, aku harap kamu bisa menjaga Vini dan tim kalian nantinya."

"Pasti kak."

Vini masih merasa kesal, terlebih karena Daffin lebih memuji Liam, namun disembunyikannya.

"Aku tau kalian sudah cukup lama saling kenal, dan mungkin ada masalah yang belum terselesaikan, saranku segera selesaikan karena ini bukan hanya untuk kebaikan kalian tapi juga tim Delta yang lain. Kalian paham?"

"Paham kak." Jawab Vini dan Liam bersamaan.

Daffin menutup kelasnya hari ini, begitupula Oliver dan Evan. Ketiganya pergi meninggalkan ruang latihan. Para tim Charlie dan Delta pun kembali ke asrama mereka untuk berganti pakaian karena akan ada kelas selanjutnya.

•••

Semua kelas hari ini selesai dijalani. Sorenya mereka sudah berada di kamar lagi.

Saat Vini sedang mandi, Jo menceritakan apa yang terjadi tadi kepada Arsha dan Jessy atas permintaan Jessy. Karena sempat terlihat dari tempat mereka berlatih.

Pembicaraan ditutup begitu ada tanda-tanda bahwa Vini akan keluar dari kamar mandi.

"Kalian mau mandi kan?" Tanya Vini seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Iya dong," Jessy berdiri dari kasurnya setelah mengambil handuk yang langsung disampirkan dibahunya.

"Setelah latihan jadi terasa lapar," Arsha meringkuk di kasur sambil memeluk guling.

"Mandi dulu," Ucap Vini, "Baru makan malam bersama kita."

Arsha tersenyum, "Iya, itu sih udah pasti."

Setelah semua selesai mandi dan beres-beres, Jessy mengajak ketiga teman sekamarnya itu untuk makan malam di kantin.

"Hei." Panggil seseorang membuat langkah mereka berhenti dan menoleh ke belakang.

"Hai Liam!" Sapa Arsha dengan senyuman, Vini terlihat memasang wajah muram karena kehadiran Liam.

"Boleh pinjam Vini sebentar?" Tanya Liam.

Jessy dan Arsha saling bertatapan sejenak lalu mendorong pelan Vini ke arah Liam membuat keduanya mendapat tatapan protes dari Vini.

"Selesaikan dulu masalah pribadi kalian, kami tunggu di kantin," Ucap Jo lalu berjalan duluan ke kantin disusul Arsha dan Jessy yang melambai sejenak pada Vini sebelum menyusul Jo.

"Kenapa? Mau ejek aku karena kesalahanku tadi?" Vini menatap dingin Liam.

Liam tersenyum kecil, "Engga kok, mau ke taman dulu biar lebih enak mengobrolnya?"

"Aku ngga punya banyak waktu, aku lapar." Vini bersidekap.

"Iya tenang aja ngga akan lama, setelah itu aku antar kamu ke kantin."

"Udah buruan!" Vini berjalan melewati Liam ke arah taman disusul oleh Liam.

•••