"Kita berdua bakal dikirim ke Amerika buat lanjutin sekolah?" Tanya Bastian kepada Renata dan Devian.
"Gak mau enakan di Indonesia aja," bantah Gisel.
"Kalian setahun lagi bakalan lulus loh. Kalau kalian dari SMA udah di Amerika nanti nyari universitasnya gampang," jelas Devian.
"Bener banget. Kalian harus punya banyak pengalaman," lanjut Renata.
"Kalau Bastian sih oke oke aja yang penting sama Gisel," kata Bastian santai.
"Tapi aku gamau ke Amerika Bas!" Bentak Gisel.
"Kenapa enggak? Kan asik nanti kita hidup bergaya Amerika Amerika gitu. Bayangin deh hidup kamu tuh bebas disana, bayangin aja dulu," kata Bastian.
"Kapan kita berangkatnya yah?" Tanya Gisel.
"Kelas 12 nanti. Papa juga udah urus surat-surat buat kalian," jawab Devian.
"Beruntung banget ya kita kalau mau kuliah diluar negeri tinggal bilang," gumam Bastian.
"Bener banget. Makanya kalian bersyukur masih banyak orang yang ga bisa gapai mimpinya. Tapi ya mereka harus berjuang kalian juga," ucap Renata.
"Nanti kalian berdua bakal tinggal di asrama dan segala keperluan kalian bakal disediain sama anak buah Om yang bertugas di cabang Amerika oke? Sekarang Om mau pergi dulu ada meeting soalnya tiga puluh menit lagi," kata Devian.
"Gisel pamit tante. Bastian aku pulang duluan yah bye-bye," kata Gisel hendak dicium Bastian namun dicegah Renata.
"Belum sah!" Peringat Renata dan Devian berbarengan.
Gisel dan Ayahnya pun meninggalkan kediaman Bastian. Tak lama kemudian, Arya datang.
"Mas udah pulang?" Tanya Renata lalu menyalimi punggung tangan suaminya yang tidak lain adalah Arya.
"Udah Ren. Tadi Devian kesini ada apa?" Tanya Arya.
"Ngomongin tentang Bastian sama Gisel bakal sekolah di Amerika mas," jawab Renata.
"Owh gimana? Kamu setuju Bas?" Tanya Arya.
"Ya lah kan ada Gisel," jawab Bastian.
"Bucin amat!" Kata Arya sinis.
"Biarin! Bunda emang gak sedih kalau Bastian tinggal jauh dari bunda?" Kata Bastian sambil menatap Renata.
"Ya sedih lah yakali nggak gimana sih. Tapi karena ini masalah pendidikan kamu dan juga masa depan kamu, bunda harus rela jauh dari kamu," kata Renata.
"Padahal sebenarnya Bastian gapapa kalau cuma sekolah di Indonesia aja," kata Bastian.
"Belajar jauh dari bunda jadi laki-laki mandiri. Nanti kalau kamu udah nikah sama Gisel emang masih mau serumah sama bunda?" Tanya Renata.
"Ya nggak tapi kan-,"
"Ssstttt! ga ada tapi-tapian! Mau apa nggak nih sekolah di Amerika?" Kata Renata tegas.
"Iya iya bun mau jangan dibatalin loh bun," kata Bastian lalu naik ke kamarnya.
"Kamu emang beneran bisa ngelepas Bastian Ren?" Tanya Arya.
"Siapa bilang aku ngelepas? Aku kan cuma mau dia mandiri mas dan biar dia banyak punya pengalaman," jawab Renata.
"Iya mas tahu, kamu udah sempet jenguk Freya belum di rumah Sherina?" Tanya Arya.
"Udah janji besok karena kan Freya baru bisa pulang hari ini biar gak ganggu mereka," ucap Renata.
"Kita semua kesana besok aku izin paginya," kata Arya.
****
"Maafin aku tentang masalah yang waktu itu ya?" Tanya Jesse dengan sangat hati-hati kepada Nayara yang sedang duduk manis dihadapannya.
"Masalah apa?" Tanya Nayara.
"Yang aku nuduh kamu selingkuh sama adiknya William. Aku ga suka ngelihat kamu jalan sama cowok selain aku," kata Jesse.
"Terus kamu kira aku suka lihat kamu jalan sama cewek selain aku?" Tanya balik Nayara.
"Ya maaf ga lagi-lagi deh aku jalan sama dia ya? Maafin ya sayang," kata Jesse.
"Hmm," hanya itu respon Nayara.
"Yeay! Mau ke perpustakaan nggak? Aku temenin deh seharian penuh sampe kamu puas!" Kata Jesse lalu pindah ke kursi disebelah Nayara.
"Aku gabisa Jesse hari ini. Kak Freya balik dari rumah sakit hari ini jadi aku harus dirumah," kata Nayara.
"Emang harus ya?" Tanya Jesse lesu.
"Iyalah karena aku ga sempet jenguk kak Freya waktu dirumah sakit. Aku pulang ya Jesse," kata Nayara lalu bangkit dari kursinya.
Drrtt...Drrtt...Drrtt...
Jesse segera mengambil ponselnya yang bergetar dari dalam saku celananya.
"Halo San? Harus Gue banget yah? Yaudah Lo tunggu disana Gue samperin."
"Maafin aku Nay, aku janji bakal kasih tahu semua ke kamu di waktu yang tepat," kata Jesse dalam hati sambil melihat mobil Nayara keluar dari parkiran kedai itu.
"Ngapain Lo balik bareng dia?" Tanya Jason saat berpapasan dengan Jesse dan Sandrina yang berada di jok belakang motor Jesse.
"Gue ga sengaja ket-,"
"Tadi saya minta tolong Jesse buat jemput sekolah kak," jawab Sandrina.
"Dih bego ngapain bilang!" Teriak Jesse dalam hati.
"Jemput pulang sekolah? Bukannya Lo keluar sama Nayara ya tadi?" Tanya Jason.
"Iya Gue keluar sama dia tapi dia bawa mobil sendiri dan juga udah pulang duluan. Lo gausah ikut campur urusan Gue!" Kata Jesse dan langsung memarkir motornya dan menarik tangan Sandrina kasar.
"Jesse sakit lepas," kata Sandrina memohon.
Jesse langsung menghempaskan tangan Sandrina hingga gadis itu terjatuh di lantai.
"Lo apa-apaan sih Jesse?!" Teriak Sandrina.
"Gatahu, Gue mau mandi!" Kata Jesse tak jelas lalu masuk ke dalam kamarnya.
Sandrina lalu berdiri dengan susah payah dan berjalan tertatih menuju dapur. Ia melihat ke arah kakinya dan sikunya yang terluka akibat benturan dari lantai karena ulah Jesse. Gadis itu lalu mengambil segelas air dan meneguk sampai tak tersisa setetes pun.
Prank!
"Astaga!" Pekik Sandrina saat tak sengaja menyenggol piring mahal milik Dewi.
Ia buru-buru membersihkan lantai dari pecahan piring dan melukai ibu jari dan jari telunjuknya lagi. Sandrina merasa ada yang menjambak rambutnya keras dari arah belakang dan menariknya dengan sangat kuat. Ternyata itu Dewi yang kebetulan akan pergi ke dapur.
"Akkhhh! Sakit lepasin," rintih Sandrina lemas.
"Berani-beraninya kamu mecahin piring mahal punya saya! Bahkan uang yang kamu dapetin selama setahun ga bisa ganti piring ini!" Kata Dewi sambil menampar keras pipi Sandrina.
"Mah ada apaan sih ini? Sandrina?!" Teriak Jason saat melihat Sandrina dengan rambut yang sudah acak-acakan dan baju yang berantakan.
"Astaga Sandrina!" Pekik Rika lalu menghampiri putrinya.
"Rika urus baik-baik anak kamu! Dia udah berani mecahin piring saya!" Teriak Dewi.
"Sandrina! Seharusnya kamu lebih hati-hati! Minta maaf sama nyonya Dewi cepet!" Bentak Rika kearah Sandrina.
Sandrina hanya diam meratapi nasibnya. Barusan Ia dihempaskan oleh Jesse dan tak tahu alasannya. Dan belum sampai lima menit kejadian buruk lain menghampiri dirinya. Sandrina pun mulai meneteskan air matanya. Gadis itu merasa ada orang yang menyelimuti pundaknya dengan kain hangat dan orang itu adalah Jesse.
"Biar Jesse yang ganti piring mama," kata Jesse sambil membantu Sandrina dan mengajak Sandrina ke kamarnya.
"Jesse Lo ga perlu ngelakuin ini Jesse," kata Sandrina sambil berusaha meraih kapas yang berisi antiseptik dari tangan Jesse.
"Ck! Gausah sok-sokan! Tangan gemeter gitu emang bisa megang kapas, ha? Diem aja gausah banyak omong!" Bentak Jesse.
Sandrina hanya diam menatap tangan Jesse yang perlahan-lahan mengelap darah yang menetes dari ujung bibir Sandrina akibat tamparan keras dari Dewi.
"Makasih ya Jesse Lo udah bantu banyak," ujar Sandrina.
"Mulai sekarang kalau mama nyakitin Lo lagi Lo boleh dateng ke kamar Gue buat cerita. Gue keluar," kata Jesse lalu keluar dari kamar Sandrina yang sempit itu.
"Pa dimana pun papa berada sekarang tolong bantu Sandrina pa. Sandrina takut banget, rasanya Sandrina ga bisa hidup lagi dan pingin nyusul papa kesana," kata Sandrina dengan tangis.
"Sandrina mencoba ngelupain papa dengan cara bully temen-temen yang lemah padahal Sandrina tahu kalau itu salah. Maafin Sandrina pa," lanjutnya.
Jesse merasa terpukul dengan kalimat yang dilontarkan Sandrina. Jesse pun memilih menghiraukan Sandrina dan kembali ke kamarnya.
****
"Cucu nenek udah nyampe sini-sini," kata Sherina dan langsung menggendong cucunya dengan dibantu Mbak Andra dan menyambut hangat Freya dan Nathan.
"Selamat ya Nathan," kata Mbak Andra dan juga Bang Jay yang datang untuk ikut menyambut Nathan dan juga Freya.
"Kenalin Mbak Andra Sama Bang Jay," kata Nathan kepada Freya.
"Owh orang tuanya Kanaya kan? Halo saya Freya," sapa Freya sopan.
"Iya Gue tahu Nathan sering curhat sama Gue di kafe," kata Bang Jay.
"Ayo buruan masuk," ajak Sherina.
"Selamat ya bro! Ternyata yang ngasih mama cucu duluan adalah Lo," kata Nicholas lalu memeluk saudaranya itu.
"Selamat ya Fey akhirnya Lo udah jadi mama," kata Raya lalu memeluk Freya heboh.
"Makasih udah dateng padahal Lo sibuk kuliah," kata Freya.
"Apa sih yang nggak buat Lo? Semua Gue lakuin demi Lo!" Kata Raya.
"Lo ga mau ngasih selamat buat Nathan Nay?" Tanya Bang Jay.
"Nanti deh bang," jawab Nayara.
"Buru gih! Lo tuh iparnya," kata Bang Jay lalu mendorong Nayara untuk mendekat ke Freya.
"Kenapa Nay?" Tanya Freya yang sadar jika disebelahnya ada Nayara.
"Ng anu itu," kata Nayara kaku.
"Kenapa?" Tanya Freya sambil mendekatkan telinganya ke Nayara.
"Selamat kak," kata Nayara lalu berlari menuju taman belakang untuk menemui Mbak Andra dan Bang Jay yang sedang memanggang daging.
"Ngomong gitu doang Lo grogi dasar!" Teriak Nathan ke arah Nayara.
"Lucu banget adik kamu sayang," kata Freya sambil tertawa.
"Udah Nay?" Tanya Mbak Andra.
"Udah Mbak makasih Bang!" Kata Nayara ngegas ke arah Bang Jay.
"Ya habisnya geregetan Gue sama Lo!" Kata Bang Jay.
"Ayy, Kanaya sama Zayn dikembaliinnya malem sama ibu katanya tadi nelpon," kata Mbak Andra. Zayn adalah putra mereka yang kedua.
"Owh iya nanti bilangin biar kita aja yang kesana jemput, ibu gausah repot-repot kesini," jawab Bang Jay.
"Iya udah."
"Gimana sih rasanya punya suami punya anak Mbak?" Tanya Nayara.
"Asik loh Nay kalau kamu udah punya suami ya intinya udah berkeluarga. Lebih rame jadinya hidup kamu," kata Mbak Andra.
"Bayangin deh yang awalnya kamu masak cuma buat kamu sendiri tapi setelah kamu berkeluarga kamu masak dan dimakan bareng sama suami dan anak kamu nanti dan itu asik banget," jelas Mbak Andra.
"Naya doain yang terbaik buat keluarga Mbak Andra sama Bang Jay," kata Nayara.
"Keluarga Nathan nggak?"
"Iya dia juga tapi Naya malu ngomong depan dia," kata Nayara.
"Makasih," kata Nathan lalu memeluk adiknya dari belakang.
"Apaan sih lepas Lo bau banget!" Kata Nayara lalu segera menjauhi Nathan dan memilih untuk ke depan mengikuti Mbak Andra.
"Dia belum terbiasa sama Freya makanya gitu," kata Nicholas sambil menatap ke arah Nayara yang sedang berlari.
"Gue tahu! Gue juga coba ngertiin dia," Ujar Nathan.
"Ayo ke depan Lo bapaknya ngapa malah nongki disini!" Kata Nicholas julid.
"Iya iya ngomel mulu kaya mama lama-lama Lo!" Kata Nathan.
Mereka berdua akhirnya kembali ke depan untuk berkumpul dengan yang lainnya.