webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Teen
Not enough ratings
134 Chs

Bab 36

"Biasanya mah Nayara yang nyelesaiin semua tugasnya," keluh Tiara.

Hari ini kelas Tiara mendapat giliran praktek dan disuruh mengamati objek berupa tanaman.

"Jangan sebut-sebut Nayara kerjain aja," kata Reihan.

"Ini juga si William kemana sih? Bukannya kerja malah kelayapan," omel Tiara.

"Sorry Gue tadi abis dipanggil sama pak Arya," kata William.

"Ada apa?" Tanya Rendi.

"Gue mau ikut turnamen basket minggu depan," kata William.

"Oh iya minggu depan sekolah kita ikut turnamen ya. Jesse juga ikut voli barengan dong?" jelas Tiara.

"Waktunya beda mungkin duluan voli baru basket," kata William.

"Jadi satu harinya biar gak kelamaan kan anak kelas tiga mau pemantapan," jawab Reihan.

"Ehh serius? Gue denger beda hari," sambung Rendi.

"Lo ikut lomba catur kan Ren? Pantesan beda, orang kita outdoor Lu indoor," kata Reihan.

"Kelompok Reihan tolong jangan mengobrol nak belum jam istirahat," kata seorang pengawas.

"Lu makanya jangan ngajak ngomong mulu!" Kata Rendi berbisik.

"Lo juga jangan ikutan makanya!" Balas Reihan.

"Stt! Nanti kena marah lagi! Diem!" Kata Tiara.

****

Sudah dua hari Nathan menemani Nayara dirumah sakit. Nathan ingin menemani Nayara sebelum dirinya menikah dan menjadikan Freya prioritas utamanya.

"Heh Nay! Bangun dong cepet! Ga bosen apa tidur mulu," kata Nathan pelan sambil mengusap kepala Nayara.

"Tiga hari nih Gue nungguin Lo disini tapi Lo nya ga bangun-bangun. Btw Gue mau nikah sama Freya minggu ini tapi sayang Lo gak bisa hadir di acara spesial Gue," kata Nathan sedikit bercanda.

"Mungkin ini bakal jadi yang terakhir kalinya Gue perhatian sama Lo. Karena setelah ini masih ada orang yang lebih penting dari Lo. Bukan berarti Lo gak berharga dihidup Gue, Lo berharga banget bahkan melebihi apapun di dunia ini tapi dulu haha," kata Nathan seperti biasa dengan kejahilannya.

"Setelah ini Gue bakal jadi suami sekaligus ayah dari anak Gue yang ada di dalam rahim Freya. Gue bakal punya beban hidup yang akan selalu Gue rangkul dipundak Gue. Gue harap setelah Lo bangun nanti Lo bisa nerima Freya sebagai kakak ipar Lo walaupun Gue yakin kalau Lo bakalan susah nerima. Karena Lo sayang banget sama Gue kyaa," kata Nathan sambil tertawa terbahak-bahak.

"Gue tahu kok Nay Gue tuh kakak favorit Lo 'kan? Dari pada Niko yang sok peduli tapi masih lebih peduli Gue sih dari dia haha. Hadeh ngakak nih Gue gara-gara Lu! Eh bentar? Emang orang koma bisa bikin ngakak? Bisa gak? Bisa gak? Bisalah masak nggak kyaa kena lagi kan Lu hahaha," kata Nathan sambil tertawa seperti orang gila.

"Huh sial air mata Gue jatuh gara-gara kebanyakan ketawa!" Kata Nathan sambil mengusap matanya.

Nathan sebenarnya ingin menangis dan ingin berhenti untuk pura-pura baik-baik saja. Nathan sangat sakit melihat Nayara sama sekali tidak merespon candaan yang Nathan ajukan. Biasanya Nayara akan mengomel, marah, atau ikut bercanda. Tapi kali ini Nayara hanya diam tanpa bicara ataupun bergerak.

"Gue gapapa Nay jangan khawatir hiks. Gue ga nangis hiks kok Gue kan gentle," kata Nathan berusaha menahan tangisnya.

"Nangis-nangis aja kali ga usah kaya gitu juga," datanglah Jesse sehingga mengagetkan Nathan.

"Apaan sih gak nangis kok!" Kata Nathan berusaha menyembunyikan wajahnya.

"Iya iya Gue percaya Lo ga nangis cuma kelilipan kan?" Kata Jesse lalu menarik kursi dan duduk di sebelah brankar Nayara.

"Kemana aja Lu seminggu ini gak kelihatan? Selingkuh Lo ya?" Tanya Nathan.

"Ngadi-ngadi Lo! Gue latihan buat turnamen Minggu depan," bantah Jesse

"Lomba apa Lo? Renang kah?" Tanya Nathan.

"Voli," jawab Jesse singkat.

"Emang sibuk banget ya Lo sampe ga ada waktu buat jenguk Nayara?" Tanya Nathan.

Jesse hanya tersenyum sambil menatap teduh ke wajah Nayara. Wajah yang sangat Ia rindukan selama sepekan ini. Wajah yang sudah menjadi candu untuk Jesse.

"Jawab woyy malah senyum-senyum kek orgil!" Teriak Nathan ke arah Jesse.

"Toh juga biarpun Gue ada disini ga menjamin Nayara bisa bangun. Dan juga kehadiran Gue disini kayaknya ga diperlukan deh," jawab Jesse.

"Perkara nyokap Gue gausah dipikirin! Dia cuma belum kenal Lo," kata Nathan.

"Gue gak mikirin itu kok," jawab Jesse.

"Ni orang emang ga bisa ditebak! Cocok deh Lo sama adik Gue!" Kata Nathan.

"Makasih," jawab Jesse sambil tersenyum.

"Gue ga ada niatan ngerestuin Lo berdua!" Kata Nathan.

"Hmm," hanya itu yang keluar dari mulut Jesse.

"Dahlah Gue mau balik dulu. Gue titip adik Gue jangan Lo apa-apain awas aja ya Lo! Nanti Nicholas bakal kesini sekitar tiga puluh menitan," kata Nathan lalu segera beranjak dari tempatnya.

"Siip! Nanti dijalan jangan ngomong sambil ketawa-tawa sendiri kaya tadi ya takutnya dikira ga waras haha," kata Jesse dengan wajah puas setelah berhasil mengejek Nathan.

"Sial dia tadi lihat Gue!" Kata Nathan dalam hati.

"Owh Lo disini?" Kata William yang berdiri di depan pintu ruangan Nayara tak lama setelah Nathan keluar.

"Kalo gitu nanti Gue balik lagi," kata William hendak pergi namun ditahan Jesse.

"Eh eh sini aja santai Gue juga lagi mau ke kantin nih kebetulan Lo dateng titip ya yayang beib Gue," kata Jesse lalu berjalan menuju kantin rumah sakit itu.

Jesse sebenarnya hanya mencari alasan saja agar Ia tidak berada didalam satu ruangan berdua dengan William. Jesse hanya ingin membiarkan William agar berbicara santai dengan Nayara.

"Lah Will udah disini?" Kata Nicholas yang baru saja sampai bersama Raya tepat setelah Jesse keluar dari ruangan Nayara.

"Hai kak," kata William ramah.

"Udah makan belum? Ayo makan bareng, Gue bawa siomay nih," kata Raya.

"Nggak kak makasih. Gue udah makan tadi dirumah sebelum kesini," kata William.

"Lo sendirian disini? Ini tas siapa?" Tanya Nicholas saat melihat ada tas yang sepertinya Ia kenali.

"Tadi ada Jesse dia lagi ke kantin belum makan katanya," jawab William.

"Yah padahal kalo dia nunggu dikit lagi kita bisa makan bareng," kata Raya.

"Yaudah sisain aja nanti taruh disana," kata Nicholas.

"Oh iya ya," Raya lalu membagi beberapa siomay dan memasukannya ke dalam sebuah wadah lalu diletakan disebuah loker yang ada di ruangan Nayara.

"Mmm enak banget asli. Lebih enak ini dari pada beli," kata Nicholas memuji masakan Raya.

"Ini beli, tadi aku cuma ngangetin doang," kata Raya.

"Astaga, maksudnya tambah enak kalo diangetin sama kamu lagi hehe," kata Nicholas dengan wajah panik.

"Ambigu deh kak," sambung William yang sedari tadi menyimak obrolan keduanya.

"Ambigu apanya? Emang Gue ngomong apa?" Tanya Nicholas bingung.

"Kamu bilang lebih enak kalo diangetin sama aku. Ini juga si William nyampe aja otaknya kalau masalah beginian," kata Raya sambil geleng-geleng kepala.

"Gue kan juga cowok kak yakali ga ngerti yang begituan," kata William cengengesan.

"Wih makan ga ngajak-ngajak nih," kata Rendi lalu masuk ke dalam ruangan Nayara dan diikuti Wulan.

"Sekarang giliran kalian ya yang jengukin Nayara? Sini duduk makan," kata Nicholas mempersilahkan Rendi dan Wulan.

"Wah kakak yang masak nih?" Tanya Wulan.

"Nggak tadi pagi beli di pasar terus diangetin sendiri," jawab Raya.

"Enak banget kak asli," kata Rendi sambil memakan siomaynya dengan lahap.

"Kalau kurang besok Gue bawain lagi," kata Raya sambil tersenyum ke arah semuanya.

"Kok besok maunya sekarang lah," kata Wulan yang merengek seperti anak kecil.

"Kayanya enak deh Gue mau dong aa," kata William lalu Rendi menyuapkan satu siomay ke mulut William.

"Gila enak banget! Gue ikut makan deh!" Kata William.

Akhirnya William ikut bergabung bersama dengan Raya, Nicholas, Rendi dan Wulan.