webnovel

Awal Pertemuan

BRAK!

"Auw ... sakit!" ringis gadis cantik dengan manik mata yang sangat 

jernih. 

"Eh, maaf! Gue nggak sengaja," ucap lelaki yang memakai name tag bertuliskan Chandra Kumara Aji Setiawan, salah satu anggota inti dari Oscar Geng angkatan kedua, geng motor yang paling disegani di SMA Bina Nusantara.

 

"Lo nggak ada yang luka, 'kan?" tanya Chandra dengan raut wajah yang terlihat sangat cemas. 

"Kinandari Tiffany Anindita," gumam Chandra saat melihat name tag milik gadis yang tadi sempat ditabraknya itu. 

"Makanya kalau lo jalan itu pakai mata, jadi nabrak 'kan?" omel Kinan pada lelaki yang memiliki postur tubuh yang sangat tegap. 

"Chandra Kumara Aji Setiawan." Kinan pun bergumam saat membaca name tag milik Chandra.

 

"Pakai mata?" gumam Chandra sambil sebelah tangannya naik untuk menggaruk keningnya yang tak gatal sama sekali itu.

 

"Ke mana-mana itu orang jalannya pakai kaki, bukannya pakai mata. Lo dapat teori itu dari mana sih?" Pertanyaan yang Chandra lontarkan sudah lebih dari cukup untuk membuat Kinan menaruh rasa kesal yang teramat sangat padanya. 

"Lo—"

"Iya, nama gue Chandra Kumara Aji Setiawan. Cowok yang paling tahu bagaimana cara memuliakan makhluk ciptaan Tuhan bernama wanita."

Chandra sedikit memberi jeda atas apa yang hendak dia katakan. "Dan gue juga jago buat mendeskripsikan wanita hanya dengan satu kata, apa yang gue katakan itu nggak pernah salah. Mau gue uji coba ama lo?" Tawaran yang Chandra berikan sedikit membuat Kinan mengernyitkan keningnya. Dia tak punya banyak waktu untuk meladeni makhluk abstrak sekelas Chandra. Tapi di lain sisi cowok itu memiliki pesona yang sangat kuat yang tidak mungkin untuk ditolak olehnya.

 

"Apa?" tanya Kinan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dagunya pun sedikit terangkat.

 

"Cantik. Satu kata itulah yang paling pantas untuk menggambarkan seorang Kinandari Tiffany Anindita. Nama lo aja cantik, gue sampai bingung harus panggil lo dengan panggilan apa." Kinan hanya memutar kedua manik matanya malas saat mendengar apa yang dikatakan Chandra. Apakah ini yang dinamakan buang-buang waktu secara sia-sia?

"Basi?!" gumam Kinan sambil memutar kedua manik matanya malas. 

"Apa yang gue ucapkan ini adalah kata-kata sungguh tanpa sanggah." 

Tak peduli apa yang dikatakan oleh Chandra, Kinan hanya menganggap itu sebagai bualan semata.

"Lo memang cantik kok," ucap Chandra dengan kedua manik matanya yang memancarkan kejujuran dan Kinan pun bisa melihat itu secara tegas. 

"Gue memang cantik sih, tanpa lo puji sekalipun semua juga tahu gue cantik." Chandra terperangah tak percaya ternyata gadis yang ada di hadapannya saat ini memiliki kadar percaya diri yang tinggi juga. 

"Nggak usah geer, gue tadi hanya muji lo. Belum jatuh cinta," ucap Chandra sambil melanjutkan lagi langkahnya warung karamel. Bagi anggota Oscar, warung karamel adalah tempat stamplas paling nyaman di sekolah ini setelah parkiran tentu saja. 

Kinan hanya menatap punggung milik Chandra dengan tatapan yang sulit untuk dibaca. Bahkan dia sampai bingung harus menggambarkan seperti first impression mereka. 

"Chandra Kumara Aji Setiawan gue tandai lo," gumam Kinan dengan senyuman di kedua bibir ranumnya. 

***

"Kok lo lama sih?" Ganes langsung saja mencecar Chandra saat melihat kedatangan dari panglima tempur Oscar angkatan kedua itu. 

Mendengar apa yang Ganes katakan membuat semua inti dari geng motor nomor satu di SMA Bina Nusantara itu mengalihkan atensi mereka dengan sangat cepat. Tentu saja fokus mereka sama dengan apa yang saat ini menjadi fokus dari orang nomor dua paling disegani di Oscar Geng, Ganesha Rafisqy Hermawan. 

"Tadi abis ketemu ama makhluk ciptaan Tuhan bergelar bidadari." Ganes hanya memutar kedua manik matanya malas saat mendengarkan apa yang Chandra katakan. 

"Ck! Ada juga yang bisa runtuhkan hati lo, Ndra." Kali ini Dipta yang angkat bicara mendengar apa yang dikatakan oleh Chandra barusan. 

Chandra hanya tersenyum simpul saat mendengar apa yang dikatakan oleh Dipta barusan. Dia Tidak mengiyakan, tapi juga tidak menampiknya. Sehingga tanpa Dipta sadari dia sampai mengumpat salah satu sahabatnya itu. 

"Lo jatuh cinta ama cewek itu, Ndra?" Kini atensi dari para anggota Oscar angkatan kedua hanya tertuju pada orang yang yang paling mereka segani, King Mahesa Juliardo. Ketua dari Oscar geng angkatan kedua. 

"Gue masih terpesona, belum jatuh cinta kok, Ca," jawab Chandra jujur tanpa dia memiliki niatan untuk berdusta atas semua itu. 

"Lo harus ingat satu hal, Ndra." Eca memberikan jeda atas apa yang dikatakan, hanya sekedar memastikan kalau orang yang dia jadikan partner bicara itu mendengarkan dengan baik apa yang dia katakan. 

"Apa?" Chandra pun tak mau mengelak kalau saat ini dia sungguh dibuat penasaran atas apa yang menjadi kelanjutan dari perkataan Eca. 

"Jatuh cinta itu harus bahagia," kata Eca dengan nada yang penuh penekanan di setiap katanya. 

"Kalau nggak bahagia?" Mungkin pertanyaan yang diucapkan oleh Kresnanda Abhiseva Iskandar sudah lebih dari cukup untuk mewakili apa yang sedang terlintas dalam pikiran anggota inti Oscar lainnya terlebih Chandra yang menjadi fokus Eca saat ini. 

"Mungkin karena cinta itu memang nggak pernah ada buat lo atau bahkan sudah habis tanpa lo menyadarinya." 

DEG!

Apa yang Eca katakan sungguh berhasil untuk menembus masuk ke dalam dada milik Chandra. 

"Lo belajar part itu dari mana, Bos?" tanya Abhi yang benar-benar harus takjub kala mendengar apa yang dikatakan oleh Eca barusan. 

"Atau lo udah jatuh cinta ama Vega?" Eca lantas saja mendelikan kedua manik matanya sangat tajam pada Dipta saat mendengar apa yang dikatakan oleh cowok yang memiliki tatapan sangat tajam itu. 

"Lo lagi nanya atau lagi nuduh gue, Ta?" tanya Eca sambil memasang raut wajahnya yang sangat datar, tapi sayangnya itu tidak akan membuat Dipta mundur meski selangkah sebelum dia mendapatkan jawaban dari Eca tentang apa yang dia pertanyakan. 

"Kalau bisa keduanya kenapa harus satu saja?" Eca benar-benar dibuat terkikis habis rasa sabarnya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Dipta barusan. 

Kalau ada yang berani dengan Eca maka bisa dipastikan itu adalah Dipta, cowok dalam circle Oscar yang menyimpan banyak tabir tak terungkap dalam dirinya. 

"Jadi bagaimana dengan Damayanti Vega Rianto?" tanya Dipta dengan menaik turun kedua alisnya. 

Belum juga Eca menjawab apa yang dikatakan oleh Dipta, tapi gawainya lebih dulu berdering. 

"Ponsel lo bunyi tuh," kata Wira memperingatkan Eca. 

"Kedua telinga gue masih berfungsi dengan baik kok, Wir." Wira hanya diam, dia tak selancang itu untuk bertutur kata melawan Eca seperti yang Dipta lakukan. 

"Om Irza?" gumam Eca dengan nada pelan, namun hal tersebut bisa dengan sangat baik didengar oleh para sahabatnya. 

Next chapter