Setelah berbaring di tempat tidur selama setengah hari, Grey memutuskan untuk bangun. Dia bisa mendengar suara-suara dari orang-orang di luar tembok halaman mereka. Sepertinya seseorang sedang mengumpulkan kerumunan riuh. Grey tahu bahwa ayahnya sedang menjamu tamu yang akan menyambanginya, entah itu senang karena aku celaka kemarin atau memang peduli padaku, di duniaku ini rusak entah sejak kapan mungkin sebelum aku lahir.
Aku mencoba tidur kembali, namun tiba tiba terdapat suara panggilan di alat sihir yamg di sebut Tusk.
"Drt!!! Drt!!! Drt!!! Drt!!!! Drt!!!! Drt!!!! Drt!!! Drt!!!! drt!!!." Getaran dan sinar menyilaukan mata dari alat panggil yang menghubungi diriku sembari aku menerima atau mengangkat panggilan itu
"Hei, Grey!." Alex trauman dari keluarga trauman, dia adalah satu satunya teman yang aku miliki dan aku percayai.
"Iyya ada apa?." Balas dari diri ku yang menanyakan kenapa dia menelpon diriku saat ini.
"Wah kau pasti tidur?, Kau malas seperti itu sih, makanya tidak ada yang mendekatimu grey." seperti biasa alex sering menggodaku atau meledekku.
"Apa hubungannya?, Aku tidur karena habis terjatuh kemarin?, Apa kau tidak mendengar beritaku hah?."
"Iya sudah dengar grey, Tapi ternyata kau masih hidup ya, bisa angkat panggilan Tusk milikku, akhir akhir ini aku banyak mendengar berita aneh tentang anak anak yang hilang, jadi aku ingat kamu dan akhirnya memanggilmu."
"Aneh aneh aja kau ini alex, aku tutup panggilannya." Aku tidak terlalu peduli di katakan alex jadi aku ingin segara menutupnya. Kalau kau menyuruhku berobat di tempatmu mending tidak usah, bicara kamu ini, ganggu tidurku." Balasku ke pada alex agar langsung pada intinya
"Ceklek kreeekkkk." suara pintu yang aku buka selagi menerima panggilan dari temanku alex.
"Apa?, bukan grey...Bukan itu Grey, dengarkan aku terlebih dahulu grey kau pasti senang, gak akan mengecewakan temanku ini, Tapi di pikir pikir kamu itu keterlaluan juga, memangnya ada apa jika kamu berobat di rumahku grey!, Sialan kamu ini!."
"Semua yang kamu kerjakan selalu bersenang senang, lebih baik tidur nyaman di kamarku ini, Atau jangan bilang kamu meminta untuk mencarikan perempuan di daerahku."
"Huhhhh...dasar kamu ini anak yang tidak tau simpati." keluh dari alex karena perkataan dariku pada dirinya agar langsung ke intinya.
"Daerah kami memang sedikit perempuan cantik, tapi kau sendiri tidak punya teman perempuan yang cantik, sampai kapan kau seperti itu?."
"Maaf aku gak punya waktu untuk seperti itu." Balasku pada alex trauma temenku satu satunya.
"Dasar sialan kamu ini gak pernah serius, gara gara kamu selalu begini , jadi Cuma aku tema baikmu yang tersisa. Waktu saat aku bersamamu kau Cuma bicara denganku dan ayahmu sajakan? Jadi terlihatnya kau menjauhi semua orang bagus sekali dasar sialan kamu ini!."
"Aku akhir saja pembicaraan kita jka seperti itu." untuk mempercepat pembicaraan yang tidak ingin aku dengar.
"hei hei hei hei kamu ini, tungu dulu, aku minta tolong gantikan aku di latihan kesatria di Kastil Karl, di situ kebanyakan perempuan grey!, kau tidak akan menyesalinya grey, maukan?,Kamu ini sekali kali juga gantikan aku temanmu ini." Alex memohon untuk aku menggantikannya di latihan kesatria.
"Dasar kamu ini menyebalkan, mengganggu saja, baiklahh." Sembari diriku mebersihkan diri, aku menutup pangggilannya.
Di luar kamar tidur, aku melihat halaman abu-abu kecil dengan kolam kecil yang terletak di tengah. Halaman itu jelas tidak terawat; ada rumput liar yang tumbuh di mana-mana. Dua penjaga setengah baya yang sedang berbicara berdiri di tepi kolam, dan mereka memberi hormat kepada diriku tepat setelah mereka melihatnya. Mereka berada di bawah perintah langsung dari baron, dan mereka tampak tinggi dan kuat.
"Tuan Muda Grey, bagaimana istirahatmu?." Penjaga dengan kumis bertanya dengan nada ringan. Dia mengenakan baju besi kulit keemasan, dan sebuah kapak besar sedang dibawa di punggungnya. Dia tampak sangat mengintimidasi dengan perlengkapan itu.
Penjaga lainnya tampak lebih kurus, dan dia hanya mengenakan baju besi kulit setengah panjang. Ada pedang pengawal yang tergantung di pinggangnya; dia tidak terlihat sangat kuat tetapi gear ringan membuatnya tampak gesit, dan Aku bisa merasakan kemantapan di matanya.
Aku melirik ujung pedang pengawal yang masih memiliki darah berwarna gelap di atasnya. Aku memutuskan untuk tidak melihatnya lagi.
"Apakah Paman Baker mengirimmu ke sini?." Tanyaku padanya.
"Ya, kami akan membawamu kembali ke kastil, dan kita masih harus kembali ke tugas kita sesudahnya, ayo jalan, kita tidak punya banyak waktu luang." Penjaga yang lebih kurus menjawab dengan suara yang dalam.
"Sepertinya Anda sudah kamu di suruh untuk menjagaku di kastil ini?." Aku mengangguk dan bertanya.
"Ya, kami di perintahkan menjaga anda di kastil ini, demi ke selamatan anda jugatuanku." Penjaga yang lebih kurus menjawab sambil mengangguk.
"Oke, aku akan keluar untuk tempat latihan ke satria sekarang." Kata dariku, Aku langsung bergerak lurus keluar kastil kerajaan dengan menggunakan jubahnya. Aku mengenakan setelan yang sesuai dan melangkah keluar dari ruangan. Aku berbicara dengan kedua penjaga itu untuk meninggalkan kastil bersama mereka.
Kastil itu hanya tempat bagi keluarga Baron khan untuk tinggal ketika mereka berada di kota. Tempat itu tidak begitu bagus untuk beristirahat dan menyembuhkan Diriku. Di luar rumah ada jalan, banyak orang berjalan di sekitar. Mereka semua mengenakan pakaian linen abu-abu kusam, dan seluruh jalan tampak kotor.
Beberapa pedagang menjual berbagai barang di pinggir jalan, dan mereka mengiklankan produk mereka dengan suara keras. Ada orang yang menjual buah-buahan, mainan kayu, dan bahkan sayuran. Beberapa wanita memeriksa barang sambil memegang keranjang.
Aku dengan cepat memperhatikan perbedaan antara dia dan orang-orang yang berjalan tepat setelah dia meninggalkan rumah. Pakaiannya memiliki warna yang berbeda dari orang lain di jalan. Dia memakai hitam, dan yang lainnya memakai abu-abu. Alasannya adalah bahwa hanya bangsawan yang diizinkan untuk mengenakan pakaian dengan warna lain, dan orang-orang biasa dibatasi hanya pakaian berwarna abu-abu di dunia ini. Itu adalah salah satu hak khusus bangsawan; jika ada yang mencoba melanggar aturan, mereka mungkin langsung dihukum mati. Bagaimanapun, itu adalah pelanggaran serius. Tetapi bahkan kemudian, masih ada batasan warna di antara para bangsawan, dan warna yang bisa mereka kenakan ditentukan oleh status mereka.
Karena itu dunia ini memang rusak, namun yang di bicarakan alex itu apa, aku belum mengerti. Aku berbicara dengan dua penjaga di sepanjang jalan. Dia memperhatikan bahwa orang-orang akan memberi hormat kepadanya setiap kali mereka melihatnya, dan wajah mereka selalu menunjukkan ekspresi ketakutan. Dia merasa seperti singa berjalan di antara kawanan domba.
"Kamu masih belum terbiasa dengan itu, Tuan Muda Grey?." Penjaga yang lebih kurus itu bertanya.
Dari percakapan dengan mereka, aku mengetahui nama kedua penjaga. Penjaga yang lebih tipis disebut Carter, dan dia adalah seorang petualang yang tinggal di sekitar sini. Dia direkrut menjadi tentara, dan dia benar-benar beruntung. Petualang cukup banyak hanya orang-orang tanpa pekerjaan yang sebenarnya. Mereka sangat rendah dalam hal kedudukan sosial, dan menjadi penjaga di pasukan sama seperti menjadi polisi di kantor polisi di Bumi kalian. Pendiriannya menjadi jauh lebih tinggi dari pada orang biasa, dan dia mendapatkan banyak manfaat dari pekerjaannya.
Penjaga yang kuat disebut Diro, dan ia dibesarkan di wilayah Baron khan. Diro berbakat, dan dia sangat kuat.
"Berhenti!, tunggu disini, jangan ikuti aku!, jika dari kalian tahu ada yang mengikuti diriku, kalian sudah tau resikonya." aku melihat terdapat toko yang tidak pernah aku lihat di daerah kekuasaan ayahku sampai saat ini, dulu tempat itu, adalah lahan yang kosong.
"Baik tuan muda, kami akan menunggu disini sesuai perintah anda. " penjaga yang mengikuti langsung menunduk padaku. Dan aku meninggalkan mereka ke toko yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.
"Hei anak muda selamat dating di toko kumuh ini." Tiba tiba ada seorang yang memanggilku, dari dalam toko itu.
"Ya terima kasih sambutannya." Aku menjawab suara suara pedagang perempuan itu yang berada didalam.
"klekk krekkkkk!" suara pintu yang aku buka dan aku melihat perempuan yang sudah lanjut usia.
"Mari ke sini sebentar lihat lihat, sini saya bacakan ramalan untukmu dengan baik anak muda." dia tersenyum dengan ramah.
"Apa ? ini bukan toko yang menjual peralatan atau makanan?." Aku bertanya karena bukan toko seperti yang aku pikirkan.
"Bukan anak muda berikan tanganmu, aku akan meramalkan dirimu dengan baik anak muda." Seperti biasa pedagang merayu pelanggan dengan senyumannya.
"Tidak mau." aku langsung bergegas pergi karena bukan toko yang aku harapkan di wilayah ini.
"Kenapa anak muda." Dia berusaha agar aku mau di ramalkan olehnya di tempat kumuh itu.
"Aku tidak percaya takhayul masa depan." Aku berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan darinya.
"Ehh ini bukan takhayul masa depan anak muda, kamu tidak tau ya para kesatria selalu melakukan ramalan agar selamat."
"Aku tidak mau dan tidak peduli dengan semua itu, dan juga ramalan untuk memprediksi yang tidak pasti itu artinya takhayul!!." dengan melihat sekelingnya yang tampak kumuh, dan itu yang membuatku tidak percaya pada prediksinya.
"Ah jangan begitu , mari kita coba terlebih dahulu anak muda." dia tetap berusaha dengan baik agar mau mau di ramalkan nya
"Tidak mau jika begitu aku pergi." Aku ingin segara pegi dari tempat itu dan menepati janji pada temanku alex.
"Hiyaa baik lah kalau begitu sekali ini tuan muda tidak perlu membayar." Dia tetap berusaha meski aku berjalan menjauhi toko itu.
"Aku sudah bilang tidak mau ya tidak mau dasar perempuan tua." aku bergumam dalam pikiranku, dengan membuka pintu kembali.
"Apa yang kau cari ada di bawah pohon anak muda." dia sepertinya ingin memberitahu sesuatu tapi entah apa itu aku tidak tau.
"Tidak ada yang aku cari saat ini." Dengan memasang raut wajah asam pada peramal perempuan itu
"Apa kamu yakin anak muda?, Aneh!?, Pasti ada percayalah." Dia memang hebat untuk seorang peramal tua untuk merayu pelanggannya
"Sudah lah buang buang waktu saja." Gumamku Dalam pikiranku sendiri sambil menutup pintu dengan gagang yang kotor.Namun aku melihat penjagaku sedang meminta minta ke pedagang tanpa membayar.
"Berikan aku buah itu.'' Kata Diro dan tertawa, dia bahkan tidak menunggu diriku untuk merespons. Diro mengambil tomat dari penjual yang mereka lewati dan menggigitnya; pemilik tampaknya tidak senang dengan hal itu. Aku merajut alisnya sedikit, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Aku sudah mengira para penjaga keluarga itu terbiasa mengambil barang dari pedagang tanpa membayar. Mereka mungkin memiliki reputasi buruk di wilayahnya sebelumnya. Tapi itu mengingatkanku pada dirinya yang dulu.
Aku berbicara dengan para penjaga tentang hal-hal acak dalam perjalanan keluar mereka, dan tidak butuh banyak waktu bagi mereka untuk keluar dari kota. Mereka bisa melihat kereta hitam menunggu di luar pagar kota. Si kusir turun dari kereta dengan cepat ketika dia melihat diriku dan dua penjaga datang. Kusir menyambut mereka dan menunggu di samping.
Kelompok tiga naik kereta, dan mereka membiarkan Diro mengendarainya. Kereta sampai ke jalan utama dengan kecepatan penuh dengan cepat.
Mereka membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk mencapai tujuan mereka, yang merupakan pangkalan utama untuk Keluarga khan, Kastil Karl.
Aku keluar dari kereta dengan hati-hati, dan mengangkat kepalanya untuk melihat kastil di depannya. Kastil itu dibangun di dalam hutan hijau, dan itu tampak seperti sebuah puri dari zaman kuno baginya.
Seluruh Kastil Karl dikelilingi oleh parit. Akan lebih tepat untuk menggambarkannya sebagai kota yang dikelilingi tembok tinggi daripada kastil.
Kastil abu-abu tidak terlihat terlalu kuno bagi diriku, dan itu tidak sesuai dengan imajinasi yang aku bayangkan tentang istana. Itu tentang ketinggian bangunan lima lantai. Ada dua penjaga dengan pedang besi di punggung mereka di depan pintu masuk utama, jembatan diturunkan di atas parit, dan penjaga menatap kelompok tiga dengan bingung.
Itu tepat sebelum matahari terbenam, dan kastil tampak merah dengan matahari besar di belakang. Aku tidak tahu dari mana asalnya, tetapi dia bisa mencium aroma bunga.
Aku menarik napas dalam-dalam, Matahari hampir terbenam, dan hari mulai dingin.
"Apakah alex berlatih kesatria di sini?" Tanyaku dengan nada lemah.
"Benar tuan alex berlatih di sini, kami membawamu ke sini dengan aman, dan kami harus kembali bekerja sekarang." Diro mengangguk dengan jawabanya.
Aku setuju, dan dia melihat kedua penjaga kembali ke kereta. Tidak butuh waktu lama bagi mereka menghilang dari pandangan diriku ini.
Aku mulai berjalan menuju kastil, dan ada seorang pria tua mengenakan mantel hitam berjalan keluar dari kastil. Rambut pria tua itu benar-benar putih, dan dia berjalan ke arah Diriku dengan beberapa penjaga wanita mengikuti di belakangnya.
"Old White, aku kembali!" Aku berteriak, dan dia mulai berjalan lebih cepat.
White adalah seorang kepala pelayan yang bekerja untuk Baron Khan, ia bertanggung jawab atas penyelidikan umum di wilayah tersebut, dan ia telah bekerja di sini selama sekitar 30 tahun. Dia mengenal Baron Khan sejak baron masih sangat muda.
"Aku sudah memberi tahu baron sejak lama, dia seharusnya membiarkan Baker merawat Tuan Muda, tetapi dia tidak mendengarkan. Sekarang, Tuan Muda terluka; dia seharusnya mengikuti saranku..." Pria tua kurus itu berbicara sambil berjalan dekat denganku.
Aku memiliki senyum resmi di wajahnya, dan dia mengikuti orang-orang yang menyambutnya ke kastil.
White mengeluh sesaat lalu tiba-tiba berhenti.
"Tuan muda kami mohon maaf kami sedang mencari cincin milik anda tuan yang diberikan oleh ayah anda sendiri, namun saya kehilangan cincin tersebut saya mohon maaf, saya akan mencari cincin itu terlebih dahulu." kata white
"Apa!, Memangnya kapan ayahku memberikannya padaku aku tidak di beritahu nya, jika itu pemberian ayahku cepat cari!." Aku sedikit terkejut, dan bertanya kapan aku di berikan cincin dari ayahku.
"Baik tuan saya akan segara mencarinya terlebih dahulu." Membuat beberapa pelayan di tempat yang aku datangi di sibukkan dengan mencari cincinku.
"Apa yang sedang kau cari berada di bawah lubang akar pohon." Aku mengingat kembali yang di beritahukan oleh peramal tersebut, dan segara bergegas mencari lubang yang berada di akar pohon.
"Itu dia! tunggu apa itu, terdapat kaki burung, aneh kenapa burung itu berjalan" Aku pun menemukan yang aku cari cincin lambang dari keluarga Khan, Terbuat dari batu Ruby keristal merah yang bermotif bunga anggrek dan mahkota di tengahnya, yang membuatnya elegan untuk di gunakan dan dilihat oleh bangsawan lain.
"Old White.! " aku memanggilnya dan dia segera bergegas setelah di sibukkan dengan mencari cincin tersebut
"Iyya tuan muda." Balas kata dari Old White Dengan wajah lelahnya setelah berusaha mencari cincin tersebut yang aku temukan.
"Siapkan aku kereta kuda aku harus pergi ke suatu tempat dan bawa beberapa pengawal bersamaku." aku bergegas mengunjungi peramal tersebut.
Dengan penjaga yang sama membawaku tadi, aku kembali ketempat peramal tersebut dan untuk mengetahui alasan aku bermimpi hal yang sama.
"Selamat datang, apa yang ingi kamu ketahui anak muda, Tanya apa saja silahkan." Seperti biasa di menyambut diriku dengan ramah dan senyumnya yang hangat untuk di lihat olehku.
"Ada yang selalu aku mimpikan, aku tidak ingat sejak kapan aku memimpikan ini karena sejak lama, ada orang yang aku temui di tempat yang sama. Aku tidak mengenali apa lagi wajahnya orang itu selalu berkata yang sama padaku."
" Yaitu Aku menantikan dirimu, aku menunggumu, akan ku tunggu dimana pun kamu berada, Itulah kata kata yang selalu dia ucapkan padaku, tapi aku tidak tau apapun mengenai wanita tersebut, siapa dia dimana tempat tinggalnya, aku ingin tahu. "
" Kalau itu aku tidak tau, anak muda." Jawab dia dengan wajahnya yang tetap sama terhadapku, meski aku seorang bangsawan.
" Apa?! Katanya boleh Tanya apa saja!." Dengan wajah terkejut, dia bisa tidak tau tentang yang aku mimpikan itu
" Lihat lah anak ini? Kamu sendiri tidak tau namanya bagaimana cari orangnya, baru pertama kali dating ke peramal ya.?"
"Iyya aku memang pertama kalinya" Balasku karena aku memang tidak mengetahui tentang peramal.
"Kalau mau Tanya seperti itu, harus tau nama dan kapan dia lahir, kalau tidak ada lagi aku ramalkan yang lain anak muda."
"Apa aku di tipu? " aku berfikir karena ini aneh, sejak awal dan dia seharusnya tidak berada di tempat ini.
"Mari kita coba lihat yang aku ramalkan tentang anak muda." Dengan senyumnya yang mencoba membujuk pelanggan.
"Tidak usah aku akan pergi saja." balasku karena aku merasa di tipu oleh peramal perempuan tua ini.
"Tungggu anak muda, dasar anak muda jaman sekarang, tapi kenapa?, Ring itu tidak kau gunakan dengan matamu itu.
"Ring yang kau maksud cincin ini?." Aku langsung mengeluarkan cincin yang ada aku temukan tadi.
"Iyya dan matanya kenapa tidak di pakai?." Dia terus mencoba dengan pertanyaan yang aku tidak ketahui tentang diriku
"Apa ? mataku baik baik saja." Balas diriku tentang pertanyaannya yang di ajukan pada diriku peramal perempuan tua itu.
"Maksudku itu kamu mempunyai mata yang dapat melihat yang asli atau sebenernya, jadi matamu itu bagus sekali. " kata peramal perempuan tua itu
"Doom!." Keringatku mengalir dan jantungku berdetak mengingat kejadian buruk di akademi anak anak pada sekitar empat tahun lima tahun usiaku.
"Tolong katakan dengan lebih jelas." aku penasaran kenapa dia mengetahui rahasiaku yang tidak seorang pun tau, kecuali ayahku.
"Orang ini kenapa ? dan bagaimana dia bisa mengetahui hal tersebut." Aku penasaran berfikir sendiri di kepalaku
Mata itu harus kamu gunakan, mata itu pasti di perlukan dalam perjalananmu yang akan dating, jika terus seperti ini kamu itu bisa saja mati, matamu yang bisa melihat yang asli atau yang sebenarnya. Gunakan matamu itu terlebih dahulu, maka kamu bisa menyelamatkan orang lain maupun nyawamu
"Hmm...hmm....Tapi karena kamu bilang kamu selalu memimpikan perempuan yang sama, maka kamu harus mencari, dan juga ingat jangan malah kamu hindari, karena itu TAKDIR DARI DIRIMU.
"Hem seperti itu baiklah, penjelasan yang sangat bagus." Balasku dengan penjelasan yang cukup jelas dari peramal tua itu
"Mendekat lah dan berikan salah satu tanganmu." Peramal tua itu meminta salah satu tanganku
"Ya?, Seperti ini?, Apa yang akan kamu lakukan?." Dengan memberikan tangan kananku padanya.
"Hanya Ini yang bisa aku lakukan semoga membantu." Dengan nada bicara yang serius dan berbeda yang peramal katakan padaku
"Apa ini?, Cara berbicaranya berubah." Aku bertanya Tanya di dalam kepalaku tentang nada berbicaranya tang berubah.
"Nah sekarang kamu berikan itu padaku." Seketika dia kembali seperti biasa setelah melepaskan tanganku yang hanya dia pegangin, aku masih belum mengerti apa yang dia lakukan pada tanganku ini.
"Ah ya apa?." Menyadarkan Ku dari lamunan diriku yang berfikir tentang peramal tua, apa yang dia lakukan pada tanganku itu, yang hanya dia pegangin kemudian dia lepaskan.
"Kamu harus berikan bayaran mu, dengan pelayanan dariku barusan padamu anak muda." Dengan wajah yang tersenyum meminta bayaran padaku
"Apa ini Cuma perasaanku.? " aku merasa di tipu oleh peramal tua ini karena hanya memberikan saran dan bukan meramalkan masa depanku
"Baiklah ini, aku berikan koin mas padamu." Aku memberikan koin yang berada di kantong sakuku dan bergegas pergi
"Krek!." Suara pintu yang kubuka.
"Baiklah terima kasih tuan muda...Dan ingat ini dengan baik baik Tuan muda, kamu harus berubah untuk memenuhi takdirmu." Nada berbicaranya berubah ketika dia mengingatkan tentangku yang harus berubah setelah aku menutup pintu dan pergi menjauh.