webnovel

One Victim Becomes Three

gara-gara satu orang punya masalah sama pacarnya dan terobsesi dengan cowok lain, kedua temennya juga ikut dalam masalahnya. — satu di antara tiga merasakan kerisihan terhadap pacarnya. karena kerisihan itu, ia memilih menghindar, dan mendekati pria lain. namun perkiraannya salah. bukan dia, namun 'dia'. dari situlah, wanita itu dan kedua temannya menjadi korban, dan sedang mencari jalan keluarnya.

jemimakoelima · Teen
Not enough ratings
6 Chs

01 :: ❝ ada apa? ❞

"Aduh, enak banget baksonya." Cewek itu neguk es teh manisnya.

"Eh gila lo, Joy. Makan pedes, minumnya es. Siniin lambung lo, biar gue aja yang rawat."

"Dih, lawak lo." Dia pengen ambil kentang goreng temennya, tapi malah dipukul tangannya itu.

"Ish, pelit."

"Aegyo dulu, baru gue kasih sebatang kentang, bonus lada sama saosnya."

"Aegyo? Ini Indonesia, men. Masa pake aegyo, aegyo-an?"

"Yaudah kalo gak mau, no problem."

Cewek dengan badan jangkung itu mendecak, terus ngelakuin syarat konyol dari temennya.

"Aduh, gila. Malu banget gue." Joy nundukin kepalanya, sedangkan temennya ngetawain dia.

"Nih." Dia ngasih dua batang kentang, dan saus yang udah ditaburin lada halus.

"Tumben, Jol, baik ma gue."

"Jolie lagi baik hari ini." Cewek yang namanya Jolie itu, masukin sebatang kentang ke mulutnya.

"Gimana lo sama Simon? Lo 'kan lagi deket sama si Hery."

"Makin hari, Simon makin gak jelas. Lama-lama, gue jadi risih sama dia," katanya, sambil mengunyah kentang yang dikasih Jolie.

"Maksudnya?"

"Dia kayak overprotective gitu. Gue gak suka. Apa lagi yang kemaren, dia maksa gue pulang bareng. Gue juga ngerasa, ada orang yang ngikutin gue terus."

Jolie mendecak. "Tanya sama dia dulu, lah. Emosi banget lo jadi orang."

"Apaan sih, Jol? Kok lo malah belain dia?"

"Lah? Nih ya, Joy." Dia atur posisi enak. "Kalo dia kayak gitu, berarti ada sesuatu yang belom bisa dia ungkapin ke lo. Mending tanya, deh. Daripada lo makin mikir yang aneh-aneh."

"Gue pengen tanya, sih. Cuma gue gak mau kehilangan Hery juga."

"Aneh, lo. Sebenernya pacar lo siapa, sih? Lo manfaatin situasi, biar lo lebih deket sama Hery?"

"Ya 'kan ... gue nge-fans banget sama Hery, Jol. Rasanya gak—"

"Halah, langsung ke uks aja, yuk. Nyamperin si Jane."

"Kok lo gitu sih, Jol? Katanya lagi baik hari ini." Joy pake tasnya, sebelum jalan menuju uks.

"Tadi baik, sekarang kagak."

——☠☠

"Et, jatoh-jatohan mulu." Jane benerin posisi handphone-nya, sampe gak jatoh lagi.

"Nah gini, kek."

Dia milih live di Instagram-nya. Dan gak lama, penontonnya langsung melonjak puluhan.

"Hai. Jadi hari ini, gue udah selesai kelas. Lagi pengen ke uks aja, sambil nungguin dua temen gue. Mereka lagi makan di kan—"

"HELO EVERYBODY!"

Seketika Jane langsung merem, dan ngehela napasnya. "Anjir, gue lagi nge-live!"

"Nge-live mulu, lo. Kayak gak ada kerjaan laen," cibir Jolie, terus rebahin badannya di kasur.

"Enak dah, gak ada orang. Bisa guling-gulingan, euy." Joy lompat ke kasur, rentangin badannya di sebelah Jolie.

"Ck, ah." Jolie geserin badannya Joy, yang niban setengah badannya.

"Udah tau kayak babi, masih aja lompat ke kasur."

Joy meperin tangannya ke muka Jolie. "Enak banget congor lo. Gue tinggi ya, gak kayak si Jane."

Pluk

Jane ngelempar tissue kecilnya ke muka Joy. "Gue pendek, tapi kaya. Dasar, rakjel."

"Songong lo, ye. Rakjel gini, kalo sexy juga percuma. Gak bakal keitung kata-kata rakjelnya."

"Bisa ae lo, kutu rambut."

"Berisik."

"Eh, guys." Jane matiin live-nya, dan puter badan ke arah mereka berdua.

"Gue langsung pulang, nih. Ada urusan. Besok aja, ya?"

"Ah, gak seru." Joy berdiri. "Gak ada yang traktir."

"Kampret, lo." Jane nendang pantatnya Joy, sampe dia ngelus-ngelus pantatnya sendiri.

"Yaudah, gue pulang duluan, ye. Bye, para rakjel."

"Ish, tuh anak. Pen gue bejek-bejek pake cobek," kata Joy, setelah Jane pergi dari hadapan mereka.

Jolie ikut berdiri di samping si jangkung. "Sejak kapan seorang Joy bisa ngulek?"

"Bisa, dong! Ya, kali."

"Pulang, yuk. Gue pengen push rank."

Mau gak mau, Joy anggukin kepalanya. "Ayo, dah. Serem juga di sini."

Waktu mereka mau keluar dari uks, seseorang kayak ngehadang mereka.

"Joy, ayo pulang bareng aku." Dia megang tangan kanan pacarnya. "Ayo."

"Aku pulang bareng Jolie, Sim."

Simon ngelirik Jolie, yang bingung sama mereka berdua. "Jangan! Pulang bareng aku, Joy. Nanti kamu bisa—"

"Sim, aku gak ngerti sama kamu. Kamu berubah tau, gak?" Joy natap dalem matanya, dan turunin paksa tangan Simon.

"Joy, please. Nurut sama aku, kali ini aja."

"Kenapa? Kenapa kamu gak jelasin ke aku aja? Menurut aku, to the point gak sesusah itu."

"Aku bisa jelasin ke kamu, tapi gak di sini. Itu kenapa, aku ajak kamu pulang bareng aku."

"TAPI AKU CAPEK, SIM!"

Jolie nahan tangannya Joy. "Jangan teriak. Lo jadi pusat perhatian," bisiknya.

"Terus aku harus apa? Ini demi kebaikan kamu."

"Aku butuh waktu sendiri, Sim. Jangan ganggu aku dulu." Joy pergi, ninggalin Simon dan Jolie.

"Eum, Sim. Kayaknya Joy beneran butuh waktu sendiri." Ngeliat perubahan ekspresi Simon, Jolie agak gelagapan.

"L-lo tenang aja. Gue bakal ngomong ke dia, okey? Yaudah, gue duluan. Dadah."

"Joy, gue harap lo baik-baik aja," gelisahnya, dengan kedua telapaknya yang udah basah karena keringet.

Sedangkan Jolie masih ngejar Joy, yang jalannya udah ngalahin setan.

"Joy, stopped! Lo terlalu childish." Seketika Joy berhentiin langkah kakinya.

Jolie yang udah di sampingnya, langsung megang tangan dia. "Lo gak bisa marah gitu ke Simon, kalo lo aja gak tau permasalahannya."

"Gue risih, Jol. Lo gak pernah ngerasain punya pacar yang egois." Air matanya luruh. "Harusnya lo sedikit ngerti."

"Kalo gue gak ngertiin lo, gue gak bakal ngejar. Mungkin dia pengen nyampein sesuatu ke lo, tapi dia gak mau orang lain tau, termasuk gue."

"Apa serahasia itu, sampe dia bikin gue risih, Jol?"

Jolie ngehela napas. "Ayo, pulang bareng gue."

Dia ngegeleng. "Enggak, gue sendiri aja."

"Hai," sapa seseorang, yang udah berdiri di deket mereka. "Joy pulang bareng gue aja."

Jolie noleh ke cowok itu, bersamaan dengan alis kanannya yang naik. Kayaknya dia punya feeling yang gak enak sama cowok di depannya ini.

Joy natap cowok itu dan Jolie, bergantian. "Jol, sorry. Gue—"

"Ayo, Joy. Kalo lo masih anggep gue sahabat lo, lo pulang bareng gue." Jolie ngelirik cowok itu, yang lagi tersenyum manis.

"Tenang aja. Joy baik-baik aja sama gue." Dia mulai genggam tangan Joy. "Ayo, gue anterin. Btw, lo bawa mobil atau motor?"

"Motor."

"Yaudah, gue yang nyetir. Lo bisa istirahat di jok belakang. Tenangin hati lo."

"Her." Jolie lipet tangannya di depan dada. "Lo gak bisa maksa Joy gitu, donk."

Hery terkekeh pelan. "Lo kira, lo gak maksa dia? Nyadar diri dulu, Jol."

"Anj—" Joy nahan tangannya Jolie, yang pengen nonjok muka Hery.

"Gue duluan, Jol."

Dia pengen kejar Joy, tapi hal itu tertunda karena Hery yang noleh ke belakang, dengan senyumannya yang tampak berbeda dari orang-orang pada umumnya.

"Oh, God! Si Jane udah pulang, lagi."

Drrrt drrrt

"Kenapa, Kak?"

"Jol, pulang sekarang. Ternyata bunda pulang cepet, terus bawain nasi padang langganan lo."

"Kak, tapi gue ada urusan."

"Cepetan, Jol."

"Iya, iya. Bagian gue jangan dicomot-comot."

"Ck, lama lo. Gue makan juga, nih."

Tut.

Jolie, dengan rasa khawatir pada temannya itu, perlahan menjalankan motornya menuju rumah.

——☠☠