webnovel

One Night with a pervert Cousin

Cewek kaku, irit bicara, judes dan pemarah. Itu adalah aku Fayza. Tapi begini begini aku punya pria yang sangat aku sayangi dan ku kagumi. Meski hubungan kami hanya berjalan sesuai alur aku sangat mencintainya. Aku mengenal nya dari A-Z dan dia laki-laki idaman untuk menemani masa tua ku. Arland! Tetapi kemudian semua nya berbelok haluan. Ketika angan angan itu hanya esapan bibir belaka ketika aku hamil dengan sepupu ku sendiri!

Daoist253276 · Urban
Not enough ratings
73 Chs

Satu

Seperti biasa jam 7 pagi aku sudah berada di kawasan Apartement CBD Kuningan. Ini sudah rutin aku lakukan sejak 5 tahun yang lalu sejak dia mengalami kecelakaan dan seolah ini menjadi bagian tanggung jawab ku mengurus ny walau dia tidak pernah meminta.

Aku memencet nomor kombinasi pintu ini hingga terdengar suara Bip.

Pintu terbuka. Aku masuk dengan perlahan. Di sisi pintu ada sepatu pentopel yang jelas aku kenali dan seperti biasa tergelimpangan terpisah dengan satunya.

Aku langsung mencari satu nya dan  meletakkan nya dengan rapi.

Dia pasti masih tidur.

Aku langsung menuju dapur. Membuka Jendela-jendela dan membiarkan udara pagi masuk.

Dan rutinitas ku dimulai dari sini.

Dia.. Arland kalau sarapan suka nya yang ringan ditemani kopi hitam. Itu sudah sarapan wajib buat nya. Walau aku sering mengingatkan tentang kesehatan nya yang kecanduan dengan kopi. Tapi ia tetap saja tidak mengubris. Baginya otak nya ngadat kalau tidak minum kopi. Ya Arland memang keras kepala apalagi kalau dia merasa benar sudah! Tidak ada kata tidak.

Dan pagi ini aku menyiapkan sandwich ikan tuna. Ikan tuna nya sudah aku siapkan dari rumah dan berupa freezer. Jadi tinggal di panas kan. Maklum lah aku juga seorang pekerja yang harus kejar ini itu. Apalagi selain kerja sebagai accounting aku juga mengajar di Fakultas swasta di Jakarta Utara. Jadi semua nya serba kejar mengejar.

Kerja-ngajar dan ngurus bayi besar tapi semua nya sudah terbiasa aku kerjakan jadi tak masalah apalagi kalau tentang Arland. Aku tidak bisa membiarkan nya makan sembarangan apalagi hanya sarapan kopi doang. Yaach aku orang nya memang sedikit perfeksionis kalau tentang ini itu. Bagi ku semua nya harus detail dan mendasar dari a-z.

Dan sekarang hanya waktu singkat sarapan Arland sudah siap. Tentu dengan kopi hitam. Aku juga menyiapkan susu di gelas kecil. Meski Arland kurang suka tapi aku selalu menyediakan nya. Pertama dia tidak pernah menyentuh nya tapi lama kelamaan dia meminum nya juga.

Sarapan nya terhidang di meja makan dengan cantik. Tidak lupa aku beri memo kecil. Sebagai menyemangat kerja.

Selesai meletakkan celemek di laci tempat nya biasa aku simpan. Aku mencek isi kulkas. Apa saja yang kurang atau yang harus ku ganti.

Biasanya setiap 1 minggu sekali aku akan belanja mengisi persedian stock makanan di dalam sini. Agar saat menyiapkan nya aku juga tidak kerepotan. Dan tentu semua nya dari uang Arland. Dia selalu mentransfer uang belanja setiap bulan nya meski aku menolak tapi dia juga tidak mau dikembalikan. Mau tak mau aku ambil dan menggunakan nya seperlunya. Sisa nya aku simpan tanpa menyentuh nya. Siapa tau nanti dia perlu.

Selesai cek in ricek. Aktivitas ku selanjutnya nya adalah menyirami tanaman yang ku taroh di balkon belakang. Apartemen ini terlalu kaku tanpa sentuhan penghijauan juga bunga bunga cantik. Aku sangat suka bunga apa apalagi mawar. Warna merah dan hijau sangat membuat hidup tempat ini.

Dan seperti biasa anak anak ku yang ku pelihara dengan baik menyambut ku dengan kelopak nya yang cantik, segar dan sehat.

Aku merawat nya tentu dengan detail juga. Dan hasil nya memang memuaskan. Memang ya kalau sudah mendalami jiwa hitung menghitung juga mempengaruhi kehidupan yang harus di perhitungan dari A sampai Z.

Selesai memberikan air dan membersihkan yang tidak perlu. Aku lanjut ke kamar utama dimana beruang besar ku sedang terlelap.

Pintu kamar itu tidak pernah terkunci itu agar memudahkan ku untuk masuk, saat masuk kekamar minimalis ini sudah seperti freezer dingin sekali. Lantai nya saja terasa berembun. Aku mengurangi sedikit kadar volume. Lagian ini sudah siang.

Walau cahaya lampu dimatikan. Cahaya matahari yang mulai masuk sudah bisa memberi pencahayaan di kamar besar itu.

Di Ranjang King Size, tampak badan pria dewasa yang tengkurap. Punggung nya terbuka lebar. Dan parah nya ia hanya mengenakan boxer berwarna merah

Aku sampai kaget melihat nya dan segera menjauhkan mata. Ku ambil selimut di kaki nya dan menyelimutinya hingga sampai leher. Kalau begini dia lebih enak dipandang meski melihat nya hanya memakai boxer buka  pertama kali tapi aku tetap malu melihatnya.

Aku lanjut ke walking closet.

Ini juga kewajiban yang harus aku lakukan.

Arland-ku harus terlihat rapi, bersih dan berwibawa apalagi dia sebagai pemimpin jadi pakaian nya dari luar sampai dalam sudah harus di siapkan dengan baik.

Dan aku menghapal nama nama hari sesuai dengan kemeja, jas, dasi, jam tangan dan segala keperluanya.

Hari ini hari selasa. Ia bilang kemaren hari ini ada tamu dari Surabaya.

Jadi aku menyiapkan jas berwarna abu-abu dengan kemeja putih bergaris,

Dasi, juga jam tangan nya semua nya tinggal pilih di dalam lemari estalase di walking closet ini.

Kaos kaki juga sepatu semua nya aku siapkan. Dan ku taruh di tempat biasa.

Kupandangi jas itu. Ada yang kurang. Ada sedikit lecek. Segera aku ambil setrikaan uap dan pakaian itu aku setrika sehingga bentuk nya sudah mirip tol jagorawi. Licin bin kinclong. Sedap dipandang. Dia pasti tambah tampan saat memakai nya.

Sepatu nya pun aku gosok-gosok agar lebih mengkilat dari jerawat ku yang ada di dagu ini.

Lalu semua terlihat sempurna.

Ah.. Aku lupa cek persedian mandinya.

Segera aku masuk kamar mandi. Dan melihat shampo, sabun, pasta gigi yang masih full. Aku hanya mengganti sikat gigi nya dengan yang baru dan merapikan handuk yang menggantung sembarangan disana.

Berarti semua nya sudah beres.

Kulirik jam tangan ku sudah hampir jam 8.

Aku juga harus segera pergi ke kantor. Walau sebenarnya tempat kerja ku 1 gedung dan Arland adalah dia atasan ku. Kami tak pernah pergi bersama.

Kami ini sudah kenal sejak sekolah menengah, sekitar 8 tahunan dan dia teman 1 kuliah dan sekarang ku menjadi Manager Keuangan di perusahaan keluarga nya itu.

Arland pria yang baik. Single dan dia juga sangat perhatian dengan ku. Dia memperlakukan ku seperti kekasih nya manis dan menggigit. Walau tidak apa pernyataan apa apa semua nya mengalir begitu saja. Dan aku juga sangat nyaman dengan nya apalagi perhatiannya mirip gulali yang penuh candu. Dia agak pendiam tapi kalau soal memanjakan ku dia nomor 1. Dan  juga aku dekat dengan keluarga nya. Jadi semua terjadi sangat sempurna. Aku menyukai nya. Aku mencintai nya Arland-ku calon masa depan ku. Sumber kebahagian ku  dan semua puisi cinta akan aku persembahan untuk dia. Calon imam masa depan ku.

Tinggal menunggu dia melamarku maka semua nya sempurna. Bahkan aku sudah membayangkan bagaimana kebahagiaan menyambut ku saat dia menjadi bapak anak anak kami. Wajah nya yang tampan pasti ada versi juniornya. Ada 1 ada 2 bahkan aku merencanakan punya 4 anak dengan nya. Yaaa.. Itu hanya angan angan ku. Semoga saja hubungan kami terus lancar.

Aku menyibak gorden kamar nya sehingga semua cahaya masuk dengan leluasa. Dan kamar itu sedikit lebih terang dari sebelumnya.

Aku melihat nya menggeliat di sana mirip ulat sutera yang terbungkus dengan selimut tebal. Tapi kemudian dia tidur lagi. Dan 1 hal Arland sangat benci di bangunkan. Jadi hanya segini saja aku menjalani rutinitas pagi ku.

Dia akan bangun dengan sendirinya dengan alarm yang ia setel sendiri.

Selesai mengurus bayi besar ini aku segera berangkat ke kantor.

Letak nya tak begitu jauh dari Apartemen Arland. Hanya cukup 20 menit sudah sampai.

Aku sudah bekerja disana 3 tahun yang lalu setelah lulus kuliah aku ikut dia mengelola perusahaan keluarga nya jadi kantor ini brasa sudah seperti tempat sendiri.

" Selamat pagi Mabk Fayza... " Sapa security yang sudah tak asing bagi ku.

Aku hanya menganggukan kepala dan tersenyum tipis. Aku memang nya memang tidak hamble dengan orang. Malah terkenal judes. Apalagi yang tak begitu kenal. Karena itu sejak sekolah aku sangat susah menemukan teman. Perlu pengenalan dan pendekatan lama dulu baru aku bisa berintetaksi nyaman.

Dulu sejak jaman masih pakai cawat gambar doraemon aku sangat dekat dengan sepupu ku. Kemana mana kami bak pinang dibelah dua. Bahkan selalu 1 sekolah. Tapi setelah lulus ia malah meninggalkan ku ke luar negeri. Dan dia berubah jadi sombong, sangat susah di hubungin. Bahkan setiap kali dia pulang kami selalu selisih waktu. Sudah 7 tahun aku tidak pernah ketemu langsung dengan nya. Dan pernah sekali aku melihat  Tasya, adik nya Video Call dengan nya. "Melviano Andhika Alvaro"dan itu dari jauh. Kulihat sepupu masa kecil ku itu sudah tumbuh dengan baik di sana. Bahkan yang kudengar dia juga sudah bekerja.

Aku masuk keruangan kerja ku. Meletakkan tas dan jaket ke kursi.

Baru saja menghidupkan kan komputer. Ponsel ku berbunyi.

Ku ambil smartphone itu. Ada nama Tante Lily. Ibunya Tasya dan sepupu ku Vian itu.

" Ya Tante.. " Jawab ku sambil membersihkan keyboard dan mouse dengan tisu basah.

" Fay sayang Jam 11 nanti kamu bisa ke bandara ga?? Tante masih di Bogor ini. Takut nya ga sempat. Tasya juga ada jadwal kuliah. Terus Om kamu. Katanya ada jadwal meeting nanti siang. Tante minta tolong banged sama kamu bisa kan....

" Bandara jemput siapa tante?? "

" Lho.. Vian ga ada hubungin kamu ya...

Aku sedikit kaget dengan nama orang yang baru aku pikirkan. sepupu ku itu yang sudah sombong nya kebangedan. Boro boro dia nelepon. Telepon ku saja tidak pernah di angkat sejak jaman behuela.

"Vian? Ga ada tant- "

Tante Lily mendesis disana. Aku dengan santai membuka harian laporan pengeluaran kemaren.

Lalu dari pintu muncul Kang Ucup, OB di kantor memberikan Teh hangat juga beberapa cemilan kue yang biasa diberikan untuk ku.

" Anak itu ngomong nya udah bilang sama kamu! Jadi gini Vian  hari ini datang Fay!! Kamu bisa kan jemput in Vian?? Tante takut nya dia malah pulang sendiri dan nginap di rumah teman-teman nya ga pulang kerumah dulu seperti yang sudah sudah"

" Jam 1 ya tant.. Hmm.. Bisa kok! Nanti Fayza yang jemput. Tante kirimin no flight nya ya tante. "

" Alhamdulillah.... Bagus deh Fay... Tante bisa lega sekarang. Iya habis ini tante chat ya kamu. Terimakasih ya sayang....bebeb kiyis ku  Bye bye... Es lilin Tante.... Muaach muaaach.. "

Aku segera mematikan telepon dan melihat singkat ponsel ku. Tante Lily memang ajaib sifat nya  meski udah berumur tapi kadang mirip abg. Bahkan aku iri dengan keceriaan tante lily yang berbeda dengan ku yang di kenal sangat dingin juga tertutup.

Kembali mengenai Vian. Sebenar nya aku sedikit senang tante Lily meminta ku menjemput sepupu ku itu. Ini teramat langka kalau kami bisa langsung ketemu lagi. Ah.. Aku bahkan tidak begitu mengingat wajah Vian versi umur 26 tahun itu. Apa sebaiknya aku minta tante Lily kirim foto Vian sekarang ya..

Tapi rasa nya aneh sih. Atau sama Tasya aja.

Cuman ngomong nya bagemane?

Wajah Vian sama yang dulu pasti ga jauh beda. Aku juga ingat ingat wajah waktu dia VC sama Tasya, itu udah lama banged.

Yang jelas Vian itu kulit nya sawo matang ke itam 100 persen, rambut keriting dan agak berisi badan nya juga pendek. Ya nanti aku coba kira-kira saja sambil bikin tag nama nya gede-gede biar ga salah orang.

Aku pun mengetik nama nya gede gede di komputer.

Lalu memprint nya.

Beres!!!

*

*

*

Tok

Tok

Masuk.

Muncul gadis belia, nama nya Diba. Dia sekretaris ku.

" Ya? " Tanya ku yang sambil melihat data di komputer.

" Maaf Mbak, di panggil Bapak Arland. " Kata Diba dengan hati-hati. Bahkan sudah bekerja dengan ku 2 tahun Diba masih terlihat takut-takut.

" Ya. Baiklah" Jawab ku singkat sambil menatap nya sekilas dan menutup data di komputer.

Gadis itu lalu keluar kembali.

Aku segera bangkit dari kursi merenggangkan sedikit pinggang. Dan kulirik jam tangan ku. Sudah pukul 11. Sekalian saja habis ini aku keluar. Ke bandara lebih dulu. Takut nya jalanan macet dan malah terlambat.

Aku mengambil cermin dan melihat lipstik ku sudah mulai pudar.

Bibir itu aku oles lagi serta merapikan beberapa make up. Serasa sudah beres, mantel cokelat aku siapkan juga. Agar ga terlalu kentara dengan stelan kerja yang aku pakai

Aku menuju ruangan Arland yang ada di lantai atas.

Di lift beberapa karyawan menyapa ku dengan sopan. Aku hanya tersenyum singkat dan berdiri didepan mereka.

" Tangan gue masih dingin banged tau ga. Liat kan gimana tadi Pak Arland senyum kearah gue.. Rasanya meleleh ini hati. My god.. "

Tak sengaja aku mendengar pembicaraan 2 karyawan di belakang ini. Arland yang dimaksud pasti Arland ku kan. Hmmm.. Aku mencoba bersikap biasa saja. Toh ini sudah biasa mendengar decak kagum karyawan disini yang notabeni fans nya Arland. Meski banyak karyawan pria yang single dan berwajah top. Arland tetap merajainya. Apalagi dia CEO disini siapa yang tidak kelenyer-kelenyer.

" Loe geer banged. Pak Arland sih memang baik kan suka senyum juga sama bawahan.. Jangan geer deh lu.. " Timpal teman nya yang satunya membuat ku juga tersenyum. Ya Arland memang ramah dengan siapa saja. Tapi dia juga bukan pemimpin yang menyek menyek. Dia cukup tegas dengan sikap nya.

" Geer apaan lu aja ah iri. Suer deh. Gue liat sendiri matanya itu nancep ke mata gue. Aaah rasa nya mau gue ciplok beneran.. Bossy kita itu. Udah ganteng, kaya dan senyum nya itu looo. My god.. Bibir nya bikin anget ini rahim..

Aku menoleh singkat, mereka langsung diam apalagi yang buka suara itu bak beku dengan bibir getir. Padahal aku hanya melihat nya sekilas. Apa mereka ga bisa diem dulu apalagi menggosip di dalam lift ini sangat mengganggu.

Ting.

Setelah lift terbuka dua wanita ini segera keluar dengan wajah menunduk mohon maaf padaku.

Aku hanya diam tanpa ekspresi lalu kembali menunggu balok tempat itu mengantar ku ke atas.

" Siang Mbak Fayza.. " Sapa Nola. Sekretaris nya Arland dengan ramah.

Aku hanya mengangguk lalu melewatinya dan masuk kedalam ruangan Arland yang bernuasa serba cokelat. Dia memang suka warna cokelat apalagi yang bertekstur seperti kulit pohon.

Kudengar ia sedang menerima telepon dibalik kursi kebesaran nya itu.

" Baiklah, nanti saya akan coba hubungi Pak Qomar tentang pelelangan proyek itu. Baik pak Agus, saya hubungi lagi. Selamat siang "

Laki-laki itu lalu berputar dan meletakkan gagang telepon ke tempat nya.

Ia tampak manis dengan stelan kemeja yang aku siapkan. Apalagi rambut hitam lurus nya yang selalu ia sisir rapi menyamping membuat tegas lekukan wajah oval wajah nya itu. Dan aku sangat suka alis nya yang tebal. Serasi dengan mata nya yang rada rada sipit dan berbulu mata sangat tebal.

Dia Arland ku..

Laki laki ku masa depan.

Arland agak kaget melihat ku ada didepan nya.

" Eh.. Fay.. Ga kedengeran kamu datang " Katanya disana dengan wajah sumringah giginya tampak sangat terawat menambah desiran di dada ini tumpang tindih.

" Hmm ya. Kamu manggil aku? Ada apa? " Tanya ku singkat.

Arland menumpu sikuk nya ke atas meja nya sambil menyipitkan mata kearah ku dan seolah berpikir keras.

Aku menunggu nya dengan diam.

" Ga ada sih! Cuman mau liat perempuan cantik ku saja" Katanya disana dengan senyuman manis. Lalu ia menyanderkan punggung nya ke belakang.

Katanya manis dan membuat ku mengulum senyum. Walau hanya diam saja seperti patung tanpa mengekspresikan nya. Sebenarnya jiwa ku sedang terombang ambing di lautan samudera.

" Apakah sarapan nya enak? "

" Enak dong. Kan siapa dulu yang buatin. " Umbar nya lagi lalu ia berdiri dari sana dan menghampiri ku. Setiap langkah nya membuat ku gugup. Arland selalu membuat ku gugup kapan pun meski sudah lama bersama nya.

Aku tersenyum tipis padanya dan melihat wajah Arland yang mendekat. Aroma Maskulin nya seolah menjadi magnet di indera penciuman ini.

Ia lalu merapikan anak rambut di kening ku.

" Kamu ko ga kasih aku kecupan lagi sih setiap pagi?

Bibir ku mengendik. Dulu aku suka mencium kening, pipi nya saat ia masih tidur tapi setelah hari itu dimana ia langsung bangun dan menggulung ku dalam selimut lalu menciumi ku dengan brutal juga nyaris menyebar kemana mana aku kapok.

Aku hanya menghindari seks sebelum menikah.

Meski Kudet dan sok suci. Aku masih sangat menjaga harga diriku karena hanya itu satu-satunya yang bisa aku berikan pada suami ku kelak.

" Takut kamu khilaf Arl.. " Jawab ku ku jujur. Intonasi ku dengan nya sedikit lebih ramah ketimbang dengan orang lain.

Arland menarik kening nya keatas " Oh iya. Ya ampun. " Ia nyengir lalu tersenyum lagi.

Tangan nya masih menepikan anak rambut ke kening ku hal begini saja membuat ku merasa disayang.

" Tenang saja! Aku masih menghargai mu.. Tapi kasih kecupan nya ganti sekarang ya..

Matanya menggeriyang dengan jenaka. Pipiku kembali terasa hangat. Aku berjingkit lalu mencium kearah pipinya tapi tau tau ia malah bergerak dan menyambar kearah bibir ku. Aku tidak bisa mengelak. Arland sudah mencium bibir ku dengan lembut dan aku pun hanya bisa menerima dan menikmati bibir nya yang terasa sangat manis itu.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

jangan lupa koment kalau suka. biar lanjud... 😉