webnovel

One Night Stand With Mr. Mafia (Bahasa Indonesia)

Arzelyn Selena adalah seorang wanita dewasa yang sangat menjunjung tinggi prinsip hidupnya, yaitu sangat menjaga harga dirinya dengan tidak pernah membiarkan satu pria pun mencium atau menyentuhnya. Karena ia ingin menyerahkan kesuciannya hanya pada pria yang kelak akan menjadi suaminya. Saat ini, ia mempunyai seorang kekasih yang sangat mencintainya dan menghormati semua prinsip hidup yang ia pegang teguh. Namun, dalam satu malam hidupnya hancur setelah kemalangan menimpanya. Semua kemalangan itu berhubungan dengan rahasia besar mengenai masa lalunya. Akankah impian seorang wanita cantik yang sangat berprinsip itu akan tercapai? Ataukah hanya menjadi impian semu yang hanya menjadi angan semata?

Dianning · Teen
Not enough ratings
279 Chs

Eksekusi akan dilakukan di Bali

Saat ini, Zelyn tengah duduk di sebelah pria yang dari tadi sibuk bermain dengan ponselnya. Entah apa yang dilihat oleh Axel, Zelyn sama sekali tidak tertarik untuk mencari tahu. Karena saat ini tengah sibuk mengirimkan pesan pada Ardhan yang tak kunjung menghubunginya. Merasa sang kekasih terlalu cuek padanya dengan alasan sangat mempercayainya, membuat Zelyn merasa ragu.

Terkadang ia ingin Ardhan merasa cemburu padanya, jika berdekatan dengan pria lain seperti ini. Apalagi pria yang ada di sebelahnya ini benar-benar sangat menawan jika semakin diperhatikan. Meskipun ia tidak memungkiri sejuta pesona dari Axel, tetapi sama sekali tidak membuatnya merasa tertarik pada pria playboy seperti itu.

Jemari lentiknya kini mengetik tiap huruf di ponselnya hingga membentuk kalimat bernada ungkapan sebuah keluhan yang dirasakannya.

Sayang, kamu sibuk, ya? Kenapa kamu sama sekali tidak menanyakan kabarku yang akan terbang ke Bali hari ini? Kamu tidak sedang bersama wanita liar, itu kan?

Setelah memencet tombol kirim, Zelyn memasukkan ponsel miliknya ke dalam tas yang ditaruh di sebelah tengah sebagai pembatas jarak antara dirinya dan Axel.

Kemudian ia beralih menatap ke arah kiri pintu mobil dan banyak sekali yang dipikirkannya. Namun, suara dari ponsel pria di sebelahnya, membuat ia menoleh karena merasa penasaran dengan teriakan bernada rintihan kesakitan dari seseorang yang seperti mengalami siksaan.

Axel yang dari tadi tengah mendapat berita dari sang kakek mengenai musuh yang sudah tertangkap, meminta video yang merupakan sebuah eksekusi dari ketua mafia yang tak lain adalah kakeknya sendiri. Ia memang sengaja mengeraskan speaker agar bisa lebih jelas mendengar suara rintihan dari pengkhianat menjelang ajalnya.

Seolah suara rintihan kesakitan itu adalah sebuah lagu yang berhasil menghibur kesepian dan kebosanannya selama beberapa hari tinggal di Jakarta.

Zelyn yang bergidik ngeri saat mendengar suara rintihan kesakitan itu, refleks langsung menggeser tubuhnya ke dekat pria yang fokus menatap ke arah ponsel dan ia melongok untuk mencari tahu. Begitu ia melihat sosok pria yang berada di kursi dengan tangan diikat, ditutupi wajahnya dan suara satu tembakan, refleks membuat ia membekap mulutnya dengan mata yang membeliak.

Keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya saat merasa sangat shock dengan apa yang barusan dilihatnya. Tubuhnya bergidik ngeri dan mulutnya merasa mual melihat darah yang langsung menyembur dari perut pria yang mungkin sudah menjelang ajal tersebut.

Dengan posisi menjauh dari Axel karena efek ketakutan, Zelyn memandang ke arah berlawanan untuk melihat kendaraan yang melintas. Ia berusaha untuk menghilangkan ketakutan saat membayangkan kejadian mengerikan yang baru dilihatnya.

'Astaga, Axel benar-benar sangat gila. Itu peluru asli dan pria itu mungkin sebentar lagi akan mati. Siapa sebenarnya pria gila ini? Apakah dia adalah pria yang tidak waras karena suka melihat video pembunuhan. Kenapa aku bisa berurusan dengan pria psyco sepertinya. Aku harus menjaga sikap di depannya, karena mungkin dia tidak akan segan-segan untuk meledakkan kepalaku dengan pistol yang selalu dia sebut kekasih melakukan pelepasan,' gumam Zelyndi dalam hati.

Axel yang sama sekali tidak mempedulikan Zelyn, masih fokus melihat video eksekusi tersebut. Hingga suara tembakan demi tembakan yang menggema itu sangat dihafalnya. Kalau dirinya selalu mengakhiri hidup para pengkhianat sebanyak tiga kali, yaitu tembakan yang bermula di perut, jantung dan kepala. Kemudian melemparkan mayat itu untuk menjadi santapan harimau peliharaannya.

Sedangkan sang kakek, selalu mengeluarkan sepuluh tembakan dengan alasan ingin menyalurkan hobi menembaknya dan menganggap musuh seperti sebuah sasaran. Seperti yang dilihatnya kali ini, ia bisa melihat sang kakek tengah membidik dengan jitu untuk menghancurkan sasarannya.

Begitu selesai, ia melirik ke arah wanita yang memalingkan wajah darinya. "Jangan jadi wanita yang dikuasai oleh rasa ingin tahu. Karena rasa ingin tahumu itulah yang akan menghancurkan hidupmu!"

Deg ...

Suara bariton bernada ancaman itu berhasil mengingatkan hal yang baru saja dilihatnya tadi, sehingga ia yang gagal untuk melupakan kejadian buruk itu, refleks langsung menoleh ke arah Axel dengan badan sedikit membungkuk. "Maaf, Tuan Axel. Lain kali tidak akan pernah terjadi."

"Bagus. Jika sampai kamu melanggarnya, tanggung sendiri akibatnya!" Axel memasukkan ponsel miliknya dan mengamati suasana di luar mobil yang memperlihatkan jalanan luas dengan kendaraan yang padat merayap.

Sementara itu, Zelyn yang semakin ketakutan, berkali-kali menelan salivanya untuk menormalkan perasaannya. Ia merutuki kebodohannya yang berani melihat ponsel Axel.

'Dasar bodoh! Jangan sampai kamu mengulanginya kembali, Zelyn. Bisa-bisa, kamu yang akan menjadi korban selanjutnya,' gumam Zelyn dengan perasaan tak menentu.

Suasana hening melanda antara Axel dan Zelyn, mendominasi di dalam mobil yang menuju ke arah bandara. Beberapa menit kemudian, mobil sudah berbelok ke arah kawasan bandara. Begitu mobil berhenti, Axel memakai kaca mata hitamnya yang tadi berada di kemejanya. Kemudian turun dan menunggu hingga sang supir mengeluarkan koper miliknya.

Hal yang sama dilakukan oleh Zelyn setelah turun dari mobil dan ia langsung mendorong koper miliknya saat berjalan masuk ke bandara setelah mengucapkan terima kasih pada sang supir yang bekerja pada bosnya.

Namun, saat ia baru beberapa langkah berjalan, ia sangat terkejut saat tiba-tiba ada yang menabraknya.

"Astaga!" Menatap ke arah pria dengan postur tinggi yang memakai kemeja berwarna putih dengan lengan baju digulung hingga ke siku tengah menunduk menatap ke arah ponsel, sehingga menabraknya. "Tuan, kalau jalan, lihat-lihat! Jangan sampai ulah ceroboh Anda merugikan orang lain!"

Pria yang juga tengah terkejut saat menabrak wanita cantik yang terlihat sangat kesal padanya, refleks buru-buru membungkuk untuk memohon maaf. "Maafkan saya, Nona. Karena tadi saya tengah fokus untuk membalas pesan dari orang tua saya."

Merasa sedikit kasar berbicara, Zelyn akhirnya memaklumi dan berusaha untuk menyunggingkan senyumnya. "Iya, Tuan. Kalau Anda mau membalas pesan, lebih baik berhenti sejenak. Jangan malah berjalan dengan tidak melihat jalan."

"Saya akan mengingatnya, Nona. Sekali lagi mafkan saya." Mengulurkan tangannya dan menunggu tanggapan dari wanita di depannya.

'Wanita ini benar-benar sangat cantik dan anggun. Sayang sekali dilewatkan. Yessy menyuruhku untuk berpura-pura bercinta dengannya setelah memberikannya obat tidur ketika di hotel. Akan tetapi, begitu melihat aslinya seperti ini, lebih baik dinikmati saja. Hanya pria bodoh yang menolak untuk tidur bersama dengan wanita secantik bidadari ini.'

Zelyn menyatukan telapak tangannya, memberikan sebuah kode tidak menanggapi uluran tangan dari pria yang dari tadi menggantung tangannya di udara tersebut.

"Maaf, Tuan. Saya harus segera pergi karena sudah ditunggu oleh bos saya." Menunjuk ke arah Axel yang dari tadi terkesan sangat tidak perduli karena hanya mengamati interaksinya dengan pria di depannya.

Axel yang tadi sekilas melihat ke arah pria yang sangat dihafalnya itu, tersenyum smirk dan lirih berbicara, "Sepertinya eksekusi akan dilakukan di Bali."

TBC ...