Mobil Rayi berhenti didepan butik baju ternama , dia segera turun di ikuti Luna . Yang melihat mereka sungguh sangat iri dengan keserasian mereka .Tubuh tinggi Rayi seperti dapat menutupi semua tubuh munggil Luna . Dan baju yang mereka kenakan seolah menyimbolkan kalo mereka pasangan . Rayi mengenakan kemeja berwarna biru langit dengan lengan dilipat sampai bawah siku nya , sedang kan Luna memakai dress dengan aksen brukat dibagian atas membuat kesan girly nan manja dipadu dengan hell warna senada.Luna berjalan di belakang Rayi dengan celingukan ke kanan kiri melihat sekeliling ,
"kenapa?"tanya Rayi sebelum memasuki butik
"ow ga kenapa - kenapa kok pak"jawab Luna ragu
"begitu di dalem jangan panggil pak , serasa jadi sugar daddy" Rayi memperingatkan Luna
"ok Kak Rayi" Luna memberi isyarat setuju pada Rayi , tapi dia masih celinggukan seolah mencari sesuatu
"kamu takut di lihat cowok kamu? , dari tadi celinggukan"serka Rayi,Luna hanya tersenyum . Rayi mengangguk paham . Padahal yang ditakutkan Luna adalah manager dari butik tersebut adalah istri dari kakak pertamanya.
"semoga kak maya ga lihat aku" Luna berdoa dalam hati.
Rayi membukakan pintu butik mempersilahkan Luna masuk terlebih dahulu , membuat Luna makin deg deg'an karena takut di lihat oleh kakak iparnya .
Di dalam butik Luna disambut oleh penjaga butik , si penjaga yang kenal dengan Luna langsung tersenyum , tapi Luna memberi isyarat untuk pura-pura tidak kenal.
"mau cari baju model apa nona"tanya penjaga butik
"saya mencari baju yang menonjolkan bagian leher" jawab Rayi,Luna mendelik ke arah Rayi sejenak kemudian melihat lagi ke penjaga butik.
"mari kesini" seru penjaga butik tersebut
"siap kak Arlet" Luna keceplosan memanggil nama penjaga tersebut , "ada nama nya di nametag pak,,eh kak" Luna buru buru menjelaskan . Kemudian Luna mengikuti Arlet dari belakang begitu juga Rayi.
"bagaimana dengan yang ini" Arlet memperlihatkan gaun dengan tali spageti berwarna merah dan juga gaun berwarna peach dengan model serupa tapi dengan panjang diatas lutut , Luna menatap Rayi berharap dia tidak memilih itu.
"ada model yang lain?" tanya Rayi , Luna bernafas lega.
"apa mau di VVIP di atas,disana modelnya lebih elegant cocok untuk pasangan tuan"Arlet menawarkan,
"okey kita lihat ke atas ya" seru Rayi membuat Luna makin ketar-ketir,Luna memberi isyarat pada Arlet menanyakan keberadaan kakaknya,tapi hanya dibalas senyum jahil Arlet.
Rayi mengikuti Arlet ke lantai 2 , begitu juga Luna dengan perasaan takut , karena bila ketemu kak Maya nya bisa habis dibully oleh kakak-kakaknya.
"silahkan,," Arlet mempersilahkan Rayi untuk memilih sendiri.
Rayi berjalan dari ujung ke ujung,mencari baju yang di inginkan , Luna terlihat gusar.
"Kak Maya libur?" bisik Luna pada Arlet,
"Ada tuh di ruangan , liat barang baru habis ini juga keluar karena kalo ada VVIP pasti bu Maya langsung keluar"jelas Arlet dengan suara berbisik
"hancur sudah" Luna menepuk jidat
"cowok baru?" Arlet mulai berbisik penasaran
"seandainya iya pasti ga aku umpet - umpetin"Luna tertawa kecil,tak lama dia melihat Rayi yang melambai kearahnya . Luna buru-buru menghampiri.
Rayi memberikan gaun berwarna gading , gaun A line diatas lutut dengan tali spageti tapi disertai bagian transparan diatas dada membuat bagian leher ter expose tapi tidak terlalu terbuka
"coba ini dulu" Rayi menyerahkan baju itu , sejenak Luna melihat gaun tersebut sebelum mencobanya.
"mari saya bantu nona"cletuk Maya tiba-tiba dari belakang Luna , " God" batin Luna pasrah.
Diruang ganti Luna mencoba baju dibantu kakaknya
"siapa tuh" goda Luna
"bos ku kak" kata Luna pasrah
"kok pake dibeliin baju mahal segala"selidik Maya
"ini buat presentasi perhiasan kak,dan aku disuruh jadi model sama yang lain" Luna menjelaskan situasinya.
"ow gitu,tapi ganteng loh" goda Maya lagi
"pliiss jangan cerita sama dua kembar idiot itu ya" pinta Luna memelas
"haha emang kenapa , mereka itu pengen yang terbaik buat adeknya"Maya mencoba membela
"tapi aku bisa gila kak,tiap deket sama cowok mereka selalu ngrecoki" gerutu Luna , membuat Maya terkekeh.
"udah yuk keluar"ajak Maya,saat Luna keluar dari kamar ganti Rayi tampak tercekat karena pesona Luna.Ya Luna tampak sangat cantik dengan gaun terserbut.
"ok kita pakai itu"ucap Rayi gelagapan , ketika melihat Luna menatapnya,Luna mengelus dada lega karena tidak perlu ganti-ganti baju lagi.
"untuk sepatunya bisa kami cari kan yang sesuai tuan?"usul Arlet,
"oh terimakasih,saya sudah memilih sendiri" Rayi mengambil sepatu dari rak nya dan tiba-tiba jongkok didepan Luna untuk memasang sepatu Luna,spontan itu membuat Luna kaget reflek memegang pundak Rayi.
Kejadian itu membuat Maya ikut kaget tapi sejurus kemudian dia senyum-senyum menggoda Luna.
Setelah semua terpasang Rayi berdiri dan mulai mengamati Luna dari atas ke bawah,dan kemudian mengacungkan ibu jari.
"bikin sport jantung aja"keluh Luna dalam hati.
"baju yang tadi mau dikirim kemana tuan?" tanya Maya yang mengikuti Rayi ke arah kasir untuk membayar barang yang telah dia pilih
"ditaruh di tas aja nanti biar kami bawa" jawab Rayi sopan.
Rayi mengulurkan kartu kreditnya ke arah Arlet , tak lama kemudian Luna menghampiri Maya untuk mengambil baju nya yang tadi.
"karena ini bulan februari,di butik kami mengadakan foto untuk setiap pasangan yang datang untuk dimasukkan di fanpage butik kami,apa kah Tuan dan nona berkenan untuk kami foto" jelas Arlet setelah memberi nota pembelian , membuat Luna geleng-geleng sambil ketawa melihat modus mereka memfoto Rayi dan dirinya . Sejenak Rayi melihat kearah Luna seolah bertanya apakah boleh , Luna diam sejenak kemudian menggangguk pasrah.Dan berjalan kesamping Rayi,dan melihat sinis ke arah Arlet dan Maya , sedangkan kedua perempuan itu tersenyum menang .
Luna tiba-tiba mengandeng lengan Rayi membut lelaki tersebut terkejut,Rayi dan Luna sudah berdiri berdampingan "benar-benar serasi" gumam Maya yang berdiri di belakang Arlet yang hendak memotret Rayi dan Luna.
"tolong foto seluruh badan ya"cletuk Rayi tiba-tiba,Arlet menggangguk setuju , "apa perlu cari background yang lain yang lebih bagus"cletuk Rayi lagi.Membuat ketiga perempuan itu menahan tawa dengan sikap Rayi
"dasar perfeksionis man"gerutu Luna dalam hati.