webnovel

kenangan 2

Kevin memasangkan lonceng angin berwarna warni diatas balkon apartemen Luna, suara dentingan lonceng yang beradu terasa menenangkan.

Hari telah malam, dan mereka baru saja kembali, sebelumnya Mia telah mengabari jika diirinya tidak bisa pulang lagi hari ini.

"Mas mienya sudah matang.. ayo kita makan." Luna berjalan menghampiri Kevin setelah meletakan mie instan buatannya diatas meja.

"Baguskan dek.." Kevin perlahan turun dari tangga dan menatap lonceng angin yang tertiup angin yang cukup kencang, Kevin telah memasang ditempatnya juga dan menghasilkan bunyi yang harmonis.

"Dentingannya menenangkan.."Luna memeluk Kevin sambil menatap lonceng angin itu.

"Setiap kali loncengnya berbunyi maka tandanya aku sedang memikirkanmu.." ucap Kevin tersenyum sambil merangkul Luna menatap loncemg angin yang terus berdenting tanpa henti.

"Kamu meletakanya ditempat seperti ini tentu saja akan selalu berdenting bagaimana bisa membedakannya saat loncengnya berdenting karena kamu memikirkan aku?" tanya Luna kali ini ia tidak akan termakan kata rayuan Kevin yang selalu membuatnya tersipu.

"Karena setiap detik aku selalu memikirkanmu seperti lonceng itu yang tidak pernah berhenti berdenting akupun tidak pernah berhenti memikirkanmu." Luna merona kini, Kevin berhasil membuat Luna tersipu dengan rayuannya yang menyentuh hati terdalam Luna.

"Ayo kita makan mas, sebelum aku meleleh disini." Ajak Luna membawa Kevin kedepan tv dan duduk bersama.

Kevin dan Luna memulai makan mereka dengan penuh kegembiraan sambil menonton televisi.

"Oh ya dek ada satu hal yang membuat mas penasaran sampai saat ini.." Tanya Kevin disela makannya.

"Apa itu mas?" jawab Luna meletakan mangkok mienya dan menatap Kevin penasaran.

"Mengapa kamu hanya sekolah sampai SMA? bukankah ayahmu seorang jendral tidak mungkin terkendala biaya bukan?" tanya Kevin, Luna terdiam sejenak wajahnya berubah menjadi murung. Melihat ekspresi Luna, Kevin segera meletakan mangkok mienya dan menggengam tangan Luna dan merasa menyesal menayakan hal seperti itu.

"Kamu tidak perlu menjawabnya dek. Mas tidak akan pernah menanyakannya lagi.."

"Sebenarnya saat itu ibuku didiagnosa mengidap leukimia high-riks, karena penyakitnya telat diketahui jadi kemungkinan untuk sembuh sangat sulit saat itu. Kedua orang tuaku adalah anak tunggal dan kami masih sangat kecil dan lagi biaya rumah sakit sangat mahal. Ayahku terpaksa pensiun dini dan uang pensiunya dipakai untuk mengobati ibuku dan ayahku menemani ibuku hingga akhir hayatnya. Ayahku tidak pernah menyesal meninggalkan kariernya yang tengah bersinar saat itu dia bilang ibukulah yang terpenting ia ingin menebus waktunya yang terbuang selama ia bertugas..." Kevin mendengarkan dengan seksama sambil terus menggengam tangan Luna erat.

"Awalnya semua berjalan lancar, tulang sumsumku cocok dengan ibuku malam itu kami akan menjalankan oprasi tulang sumsum tapi takdir tidak memihak kami. Ibuku meninggal dimenit terakhir kami akan melakukan oprasi." Luna kini meneteskan air matanya membuat Kevin menyesal menayakan hal yang membuat Luna mengingat kesedihanya, ia memeluk Luna erat yang masih menangis.

"Satu tahun berlalu, aku lulus SMA tapi tabungan ayah tidak cukup untuk menguliahkanku sekaligus memasukan sekolah adik-adikku yang juga masuk SMP dan SD secara bersamaan jadi aku mengalah dan memutuskan bekerja untuk membantu ayahku, hingga aku bertemu dengan ayahmu seperti sebuah keajaiban ayahmu mempekerjakanku dan mengubah hidupku hingga kini kita bisa bersama.. bukankah takdir kita istimewa? aku rasa Tuhan telah menyiapkan banyak hal indah untukku setelah ia mengambil ibuku kembali kesisinya." Luna menyeka air matanya dan kembali tersenyum.

"Kamu adalah anugrah yang diberikan Tuhan untukku mas, aku sangat bersyukur karena bisa bersama denganmu.." Luna tersenyum dan kembali memeluk Kevin erat dalam dekapan Kevin yang hangat.

Kevin merasa lega sekaligus senang karena Luna memikirkan jika dirinya hal terindah yang diberikan tuhan untuknya.

"Aku akan menjagamu dan mencintaimu sepenuh hatiku hingga tidak akan ada orang lain yang bisa menyusup kedalam hatiku karena aku telah menutup rapat hatiku hanya untukmu.. bagaimanapun keadaan kita nantinya aku tidak akan pernah menyerah padamu.." Ucap Kevin melepaskan pelukannya dan menatap Luna lekat.

Luna tersenyum lembut, kekasih dihadapannya ini adalah sebuah anugrah yang akan dijaganya baik-baik.

"Aku mencintaimu mas.." Luna mengecup bibir kevin lembut dan dalam menyalurkan kasih sayangnya kepada Kevin dengan sepenuh hati.

Kevin membalasnya dengan lembut juga, tanpa adanya tuntutan ciuman kali ini sangat lembut dan penuh rasa sayang dengan mata yang saling menutup merasakan perasaan yang bertukar cinta yang dalam.

Perlahan ciuman mereka terlepas dengan mata yang masih saling menatap Kevin dan Luna tersenyum, Kevin kini merangkul Luna dan kembali menatap televisi.

Suara bunyi ponsel Luna yang berdering memecah keheningan, telihat tulisan 'ayah' di layar ponsel Luna, perlahan Luna mengangkatnya.

"Luna, kamu tidak pulang hari ini nak? apa ada masalah sayang?" Tanya ayah Luna dengan suara beratnya tapi terdengar lembut. Luna dapat merasakan perasaan khawatir dari ayahnya hanya dengan mendengar suara ayahnya.

"Aku akan pulang besok ayah.. hari ini aku pergi berkencan dengan kekasihku.." Jawab Luna, ia masih menggengam tangan Kevin erat dan Kevin tersenyum menatapnya tanpa mau tahu apa yang dibicarakan Luna dengan ayahnya tapi ia sangat bahagia karena Luna mengatakan kepada ayahnya jika dirinya sudah memiliki kekasih jika saja ia mempunyai keberanian seperti Luna saat ini semua mungkin tidak akan menjadi serumit ini.

"Kamu sudah memiliki kekasih nak? bawalah kerumah besok ayah ingin bertemu pria yang sudah berani mengambil alih hati putri kesayangan ayah.." Luna tertawa mendengar perkataan ayahnya saat ini. Dia tidak terdengar marah saat dia mengatakan sudah memiliki kekasih.

"Ayah senang kamu bahagia seperti itu nak. Sudah lama ayah tidak mendengar tawamu yang seperti itu. Nak, ayah percaya padamu meskipun ayah tidak berada dekat denganmu tapi ayah tahu kamu tidak akan mengecewakan ayah dan akan menjaga kehormatanmu hingga waktunya tiba." Luna tersenyum mendengar perkataan ayahnya yang penuh kepercayaan yang menghangatkan hatinya.

"Baiklah.. mungkin kamu lelah karena kencanmu. istirahatlah nak, ayah menyayangimu.."

"Ayah juga harus istirahat ya, aku juga menyayangi ayah.." balas Luna sebelum mematikan panggilan teleponnya.

"Apa ayahmu tidak keberatan jika aku menjadi kekasihmu?" Tanya Kevin penasaran.

"Dia bilang besok ia ingin bertemu dengan pria yang telah mengambil alih hati putri kesayangannya." jawab Luna tersenyum.

"Mengambil alih? terdengar tidak bagus untukku.. apa ayahmu galak dek?" Tanya Kevin cemas.

"Kurasa begitulah.." jawab Luna tersenyum tapi senyuman itu menambah kecemasan dihati Kevin.

....

Keesokan harinya, Luna dan Kevin telah bersiap untuk pergi kekediaman ayah Luna dengan menggunakan sepeda motor. Untung saja perusahaan Kevin menetapkan weekend libur di hari sabtu dan minggu jadi Luna dan Kevin masih memiliki hari libur untuk berkunjung.

Biasanya Luna akan pergi sabtu dan kembali dihari minggu tapi karena belakangan ini ia sibuk dengan urusannya dengan Kevin Luna jadi tidak pernah berkunjung lagi.

"Apa tidak masalah menaiki motor ketempatmu dek?" Tanya Kevin cemas. Apa ia harus terlihat seperti biasa, paling tidak ayah Luna akan berfikir jika dirinya pria mapan jika penampilanya saat ini mungkin saja ayah Luna akan berfikir jika dirinya seorang anak jalanan.

"Tenang saja mas, Ayah akan sangat tertarik dengan motormu.."Jawab Luna setelah menaiki motor besar Kevin.

"Lalu apa dia juga akan tertarik padaku karena aku mengendrai motor?" Tanya Kevin, ia bwlum berani menyalakan mesin motornya karena maaih merasa ragu.

"Entalah.. kamu berdoa saja mas." Jawaban Luna membuat Kevin bertambah cemas bahkan keringat dikeningnua telah menetes karena kecemasannya yang berlebih.

"Baiklah... tidak akan ada yang menolak ketampanan dan pesona seorang Kevin, ayahmu pasti akan pangsung menyukaiku begitu mengenalku dek.." Ucap Kevin penuh rasa percaya diri dan mulai melajukan motornya menuju Bandung kota dimana ayah Luna tinggal.

"Calon mertua... aku datang." pekik Kevin menyemangati dirinya sendiri membuat Luna terkekeh geli.

....

Luna perlahan membuka matanya yang pertama kali dilihatnya adalah cahaya lampu yang menyilaukan, perlahan Luna beranjak bangun dan melihat sekelilingnya.

Aroma obat tercium kuat, Luna lantas menyadari jika dirinya memakai pakaian pasien rumah sakit dengan selang infus yang masih menempel ditangannya. Apa yang sebenarnya terjadi mengapa ia tidak ingat apapun.

"Apa yang terjadi padaku?" Luna perlahan beranjak duduk saat seorang pria memasuki ruangannya dengan wajah lusuh.

"Kamu sudah sadar nak.." Ayah Luna yang bernama Eko itu segera memeluk Luna erat sambil menangis.

"Akhirnya kamu sadar juga nak, ayah sungguh cemas.." Eko melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Luna erat.

Next chapter