webnovel

NEW SCHOOL

Langkah kaki dari 2 orang itu terdengar jelas di sepanjang kooridor kosong lalu memasuki sebuah ruangan yang mempunyai identitas di pintu sebagai kelas XI IPA 1. 

Kini 2 orang tersebut menjadi objek tontonan para siswa dalam ruangan tersebut. Seorang guru perempuan yang tidak terlalu muda itu membawa seorang siswi di belakang nya. Lantas yang menjadi pertanyaan di benak para siswa di kelas itu adalah 'siapa dia?'

Bu Maya selaku wali kelas tersebut mulai angkat bicara guna menjawab seluruh pertanyaan di benak muridnya itu. 

"Baik. Selamat pagi semuanya saya membawa kabar gembira untuk kelas ini bahwa mulai hari ini kita kedatangan murid baru. Jadi saya harap kalian bisa menerima dia sebagai teman baru kalian. Dan untuk kamu silahkan perkenalkan diri" 

Ochean Olivia itulah nama di name tag nya. Setelahnya semua perhatian fokus kepada seorang Ochean atau kerap di panggil oche.

"Pagi semua saya Ochean Olivia kalian bisa manggil saya Oche. Saya pindahan dari Surabaya"

Banyak sorot mata yang tak di mengerti oleh oche. Ada yang memandang dengan tatapan bingung, senang bahkan tidak suka.

"Oche bisa duduk di baris kedua bangku paling belakang. Dan mari memulai pelajaran yang kemarin"

Oche perlahan berjalan ke arah bangku kosong di belakang dengan tatapan murid yang tak lepas darinya. Acuh, itulah dirinya. Menjadi pusat perhatian sangat ia benci terlebih sorot mata laki laki yang seperti ingin senyum padanya atau hanya ingin merayunya? Ah, ia tidak tau yang pasti ia benci tatapan itu.

Mendudukan diri di bangkunya kini ia mulai mengeluarkan 2 buah buku kosong dan peralatan menulis lainnya. Lalu Bu Maya mulai menulis apa yang jadi materi pelajaran hari ini.

Di depan bangku oche adalah 2 orang perempuan yang satu sangat mirip dengannya yang cuek dan tidak peduli sedangkan yang satunya terlihat seperti perempuan cerewet.

Satu di antara 2 orang di depannya mulai menoleh ke arahnya.

"Hai gue Bella dan ini Daphne. Rabella Adinda dan Daphne Niara" ujar bela seraya mengulurkan tangannya 

"Gue oche" singkatnya sembari membalas uluran tangan tersebut tanpa ekspresi apapun.

"Oke che nanti kantin bareng ya" dan pastinya oche hanya akan membalas dengan anggukan.

"Lo ngapain ngajak dia ngobrol?" Ujar daphne kepala Bela yang mampu di dengar oche 

"Dia anak baru butuh temen brow dah ah lo ga usah komen lo ikutan aja" 

"Hmm".

🐣🐣🐣

Kini, setengah dari beberapa siswa di kelas telah melenggang pergi keluar ntah kemana tujuan mereka ada yang ke kantin, perpustakaan dan banyak lainnya yang pasti oche tidak memperdulikan itu semua baginya saat ini adalah waktu paling menenangkan untuk mendengarkan lagu kesukaannya yaitu lagu Adelle - easy on me. Di pasangnya hedset di kedua sisi telinganya saat ia hendak tertidur dengan posisi tangan sebagai tumpuan justru bela mengagetkannya.

"Katanya mau ke kantin bareng kita. Ayo!"

Belum sempat oche menolak ajakan itu ia justru di tarik oleh bela sehingga mau tak mau ia harus mengikuti gadis menyebalkan di depannya ini.

"Btw che Lo kenapa bisa kepikiran masuk ke sekolah SMA AKSARA ini? Pasti kan banyak SMA lainnya yg bagus juga sih disini"

"Gue ngikut kemauan mama gue aja"

"Ooh gitu ya berarti. Enakan Surabaya atau disini Che?"

"Sama aja" 

Bela geram sendiri dengan oche ia pikir oche berbeda dengan Daphne. Ternyata, 2 mahluk kutub es ini nyatanya berada di dekatnya. Bedanya kalo Daphne, bela sudah mengenalnya sejak duduk di bangku SMP dan memang sifatnya tidak jauh beda dengan anak baru yang baru saja dikenalnya 3 jam  lalu itu.

"Oke che lo sama dap tunggu disini biar gue yang pesen makanan lo mau makan apa?"

"Samain aja minumnya air putih"

"Oke. Dap jagain oche dulu yaa"

"Dia dah gede bel"

"Bodo lah dasar Elsa dan ana projen"

Setelahnya bela meninggalkan mereka di antara kecanggungan 2 manusia dengan tipe tidak banyak bicara.

"Lo harus ingat disini kita hanya bisa diam jangan bertindak atau bertingkah. SMA AKSARA beda sama SMA lain. Gue cuma bisa ingetin itu aja" akhirnya dap menurunkan sedikit ego nya itu untuk berinteraksi dengan sesamanya yang cuek.

"Thanks sarannya gue pasti inget"

"Satu lagi jangan ajak bela terlibat dalam hal apapun cuma itu yang gue minta"

"Oke gue usahain"

Setelah percakapan garing itu, bela datang membawa 1 nampan berisi makanan dan minuman untuk mereka bertiga. Mereka makan dengan perlahan lalu setelah makannya habis mereka mengobrol ringan seperti bela yang banyak bertanya seputar kehidupan oche dan juga menceritakan kisah ia dan dap yang bisa bersahabat sampai sekarang. 

Oche merasa ada yang mentapnya lalu ia mengedarkan pandangannya dan benar saja di arah kanan belakang ada seorang cowok yang sedang menatapnya tajam dan menusuk tak kalah dingin dengan tatapannya. 

Ia di sadarkan dengan senggolan bela di lengannya.

"Dia Orion penguasa aksara. Dia jago dalam segala hal termasuk adu argument. Lo jangan pernah berurusan sama dia tau apapun tentang mereka ya" ujar bela memperingati

"Kenapa?" Oche mulai tertarik dengan 1 nama yang tadi di bawakan oleh bela yaitu Orion.

"Karna di sekolah ini kalo kita ga punya geng atau circle kita hanya di jadikan 2 objek pertama sebagai bahan bullyan kedua sebagai siswa biasa yang ga terlalu di pandang kaya gue sama dap santuy aja jadinya"

"Segitu berpengarunya circle?"

"Ya gitu deh pokoknya"

Di kejauhan ntah apa yang menarik perhatian Orion hingga daya tarik di 1 objek itu sebegitu kuatnya mampu membuat seorang orion tertarik untuk menatapnya. Sama sama memberikan tatapan tajam dan maut. Jujur orion sedikit terkejut karena baru kali ini ia diberikan tatapan yang tak kalah tajam seperti tatapannya oleh seorang gadis yang ia yakini murid baru di sekolah itu.

"Natap apaan Lo?" Tanya Jai sahabat Orion

"Gpp" jawabnya acuh dan cuek

'siapa dia?' batinnya

Orion Barrow pendiri circle 'Black Corporation' circle paling terkenal sampai keluar sekolah aksara. Dengan hanya berisi 5 anggota yakni Orion, Jai Anggara, Arga Pratama, Daniel Ghata Ardana dan terkahir Melva Gracia. Circle yang hanya mempunyai 1 anggota cewek yang tak kalah garangnya seperti 4 cowok tersebut. 

Jika Orion si dingin maka tak kalah dinginnya dengan Daniel, lalu si pencair suasana Jai dan Arga dan si centil Melva. Saling melengkapi satu sama lain bukan?

Kembali ke oche kini ia dan kedua teman barunya itu meninggalkan kantin menuju ke kelas karna jam istirahat tinggal 5 menit lagi. 

"Gue ke toilet dulu kalian duluan aja ke kelas" ujarnya.

Lalu bela dan dap hanya mengangguk saja. Dap itu tipe cewek tomboy yang selalu melindungi bela si gadis cerewet.

Membasuh muka nya setelah itu ia berbalik untuk segera keluar. Secara tidak sengaja bahunya bertabrakan dengan bahu seorang gadis ia melihat name tag nya nama Melva Gracia yang tertera disana. Tidak ada raut takut di wajahnya sama seperti biasa tidak berekspresi.

"Sorry ga sengaja"

"Iya gpp kok lain kali hati hati" ujar Melva lalu setelahnya oche melenggang pergi.

Bahkan seluruh sekolah tau betapa liciknya iblis bewajah cantik ini bagaimana. Bagaimana seorang Melva yang tidak suka tersentuh oleh orang lain dan ini apa tadi? Di tabrak oche ia hanya bereaksi layaknya malaikat?

Lin sahabatnya tak menyangka jika melva akan bersikap sesantai itu? Biasanya akan ada aksi bullying jika ada seseorang yang mengusik nya tapi tadi? 

"Lo masih jadi Melva sahabat gue kan?"

"Ya iyalah bego ah"

"Serius tadi itu Lo? Lo dah tobat ke dukun mana?"

"An* Lin please deh ga usah lebay. Ada hal menarik di dia yang harus gue gali dan manfaatin" sebuah senyuman iblis terbit di wajahnya. Sudah di bilang kalo Melva itu licik dan kejam.

"Ah gue paham" lalu setelahnya mereka keluar menuju kelasnya.

🐣🐣🐣

Setelah jam panjang akhirnya bel terakhir yang menandakan bahwa seluruh kegiatan belajar mengajar usai menggema di seluruh penjuru sekolah. 

Semua siswa terlihat berdesakan untuk sampai di parkiran dan beberapa ada yang naik kendaraan umum atau ojol. Tak jauh beda dengan 3 gadis yang baru saja keluar. Ada bela, dap juga oche.

Seperti biasa dap dan bela pulang bareng menggunakan motor matic dap.

"Sorry ya kita pulang duluan soalnya gue gabisa bawa motor padahal motor ada dirumah" ujar bela

"Oke gpp"

"Lo tiati pulangnya oke jangan lupa SV nomor wa gue yang tadi ya kabarin kalo udah sampe"

"Hmm"

Lalu setelah mereka berdua melenggang pergi kini oche harus berjalan sedikit kedepan halte guna menunggu bus lewat. Rencananya seperti biasa ia akan berkeliling kota sebentar mencari pekerjaan part time seperti yang biasa ia lakukan di Surabaya.

Hidup menggunakan uang sendiri sudah biasa baginya bahkan dari sekolah dasar sampai SMA dia terbiasa melakukan part time.

Dulu saat di surabya part time yang di kerjakan nya adalah menjaga toko bunga milik Bu ani tetangganya dulu saat disana. Tapi kini saat sudah di Jakarta ia bingung harus kerja apa? 

Banyak orang menyebut bahwa di ibu kota ini sangat susah mencari pekerjaan tapi ia akan berusaha untuk mendapatkannya.

Bus tiba lalu ia mulai menaikinya memilih bangku di belakang dengan hedset selalu terpasang di kedua telinganya. Alunan lagu kesukaannya mengalun merdu. 

Sekitar 25 menit di perjalanan sekarang ia sudah berada di puusat kota. Berkeliling dari cafe ke toko cukup panjang ia mencari saat melihat jam di hp nya sudah menunjukan jam 16.30wib ini adalah langkah terakhirnya yaitu memasuki cafe terakhir di hari ini.

"Selamat datang" sambut seorang ibu yang tak terlalu tua itu dengan ramah

Lalu oche mulai memasuki kawasan cafe tersebut.

"Saya oche bu, maaf mau tanya disini ada lowongan pekerjaan part time tidak Bu?" Tanyanya

"Kebetulan saya yang punya cafe ini. Kamu lagi cari kerjaan ya?"

"Iya Bu saya butuh kerjaan untuk membayar biaya sekolah saya" 

"Kamu mau jadi barista disini?"

"Boleh Bu saya mau. Semua pekerjaan saya bisa Bu"

"Kebetulan 2 orang karyawan saya disini baru saja undur diri jadi saya memang sedang mencari karyawan baru dan karena kamu mau, besok kamu sudah mulai bekerja dari jam 14.25 - 18.00 kamu bersedia?"

"Boleh Bu kebetulan saya pulang sekolah sekitar jam 13.50"

"Dimana kamu sekolah?"

"Di SMA aksara Bu"

"Oh iya disitu saya tau. Ya sudah besok kamu sudah boleh bekerja disini dan ingat tepat waktu ya oche"

"Terimakasih Bu atas pekerjaannya besok saya kesini ya Bu"

"Iya oche. Dan untuk gaji besok boleh di bicarakan ya oche"

"Baik Bu kalo begitu saya pamit pulang dulu Bu"

Aaah begitu lega rasanya saat di dalam masalah dan disitu ada jalan keluarnya juga. Oche sedikit tersenyum memang usaha tidak menghianati hasil. Ia langsung di terima meskipun sebagai barista di sebuah cafe yang tidak terlalu besar itu tapi tak apa yang terpenting ia bisa bekerja.

Saat sedang senang ia tak memperhatikan jalan sehingga untuk kedua kalinya di hari ini dia kembali bertubrukan dengan orang lain. Bedanya tadi dengan cewek tapi kali ini dengan cowok.

Dengan segera ia merubah raut wajahnya menjadi datar dan seperti biasa meminta maaf.

"Sorry ga sengaja ga liat juga tadi" ujarnya.

Cowok itu hanya menatapnya sepersekian detik lalu setelahnya berjalan meninggalkan oche. Agak sedikit kesal karna perlakuan cuek cowok tadi tapi sudahlah tak perlu di pikirkan yang penting ia harus buru buru pulang kerumah karna masih ada pekerjaan yang harus ia lakukan.

Bukan tanpa alasan oche melakukan pekerjaan part time. Jika ditanya kemana orangtua nya maka jawabannya adalah ia hanya hidup dengan ibunya lalu sang ayah? Ia tidak pernah tau kemana ayahnya itu dan ia juga tidak pernah membahas itu dengan ibunya bahkan sejak kecil ia tidak pernah menanyakan lelaki yang menyandang status sebagai ayah di hidupnya.

Baginya semuanya mati tidak tersisa. 

Ibunya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan kecil. Ibunya sangat cantik, menjaga penampilan dan tak kalah pintar dengannya. Keterbatasan waktu untuk berkomunikasi menjadikan mereka 2 orang asing yang tinggal dalam 1 rumah.

Begitulah kehidupan oche sejak kecil tidak pernah menghabiskan waktu dengan ibunya bahkan saat sedang libur ia akan keluar rumah bekerja ataupun menikmati Anggi Sepoi Sepoi sore yang menyegarkan baginya di barengi dengan turunnya sang senja yang akan di gantikan oleh langit gelap malam. Sang Surya yang tenggelam.

Menikmati kesukaannya yaitu musik dan kamus besar senja yang selalu di bacanya.

Kini ia sudah berada di sebuah rumah minimalis tapi cukup rapi dan bagus dengan pagar berwarna abu abu itu.

Dibukanya pintunya lalu yang ia dapati hanya kekosongan seperti biasanya dan jam menunjukan pukul 18.30 yang artinya sebentar lagi sang ibu akan pulang.

Segera ia masuk menyalakan seluruh lampu lalu memasuki kamarnya.

Tepat jam 19.00 pintu kembali terbuka menampakan wanita cantik yang sudah bekerja seharian penuh dengan raut wajah lelahnya.

"Kamu udah pulang nak. Oh iya mama baru belanja bulanan tadi boleh ga oche bawain belanjaannya di depan ke dapur ya" tutur Fina sang mama

"Iya" cueknya 

Setelah semua perintah sang mama tadi di kerjakan nya ia memilih kembali ke kamarnya seraya menunggu makan malam matang.

20 menit berlalu kini kedua orang ibu dan anak itu makan dengan saling berhadapan, melihat anaknya yang selalu lahap dalam menghabiskan makanannya membuat ibunya tak pernah khawatir akan kesehatan anaknya itu.

"Gimana di sekolah barunya tadi? Udah dapet teman kan?" Tanyanya lembut pada putrinya

"Biasa aja"

"Coba kamu ngebuka diri biar banyak temen biar mama makin tenang kalo di sekolah baru kamu happy"

"Bukan urusan mama"

"Bukan gitu sayang tapi mama mau kamu kaya yang lain, nikmatin masa remaja"

"Aku tau arah pembicaraan mama. Dan ya aku yang salah udah rebut masa remaja mama itu" setelahnya ia menghentakan sendok di tangannya secara kasar lalu berlalu menuju kamar mengunci pintu seperti biasanya

"Oche bukan itu maksud mama. Sayang makanya abisin dulu Che mama sayang kamu selalu" 

Denyutan di kedua hati ibu dan anaknya itu selalu saja terasa disaat ingin mencairkan suasana. Fina selalu merasa gagal menjadi seorang ibu untuk putri semata wayangnya itu. Tidak mudah bukan menjadi ibu sekaligus ayah untuk seorang anak. Meskipun ia tau bahwa anaknya itu sangat pengertian dari lahir bahkan sampai sekarang oche tak pernah sekalipun membahas tentang ayahnya.

Fina tau bahwa sejak dulu oche membutuhkan sosok ayah di hidupnya tapi mau bagaimana lagi orang yang biasa di sebut ayah oleh setiap anak di dunia ini malah dengan ringannya pergi meninggalkan putrinya dan dirinya disaat ia sedang mengandung di usia kandungan 3 bulan.

Semuanya kesalahan tapi baginya oche adalah kebenaran dalam hidupnya. Warna yang tidak akan pernah redup di hidupnya, yang selalu memberinya semangat untuk jangan pernah menyerah.

Setetes bulir air mata jatuh di pelupuk Fina. Sebaik apapun usahanya mendekati anaknya selalu saja sikap cuek dan dingin yang ia dapati. 

Begitu juga dengan oche bulir demi bulir keluar dari pelupuk matanya. Nyatanya meskipun banyak hal yang mampu membuatnya benci kepada mamanya tetap saja ia sangat menyayangi ibunya itu. 17 tahun hidup bersama melewati pahitnya dunia bersama seorang wanita tangguh yang berarti untuknya.

Bukan membenci mama nya ia hanya membenci dirinya karena dengan jahatnya merenggut kehidupan remaja sang mama yang selalu denga tegarnya menerima nasib hidupnya yang kini ia nikmati sebagai seorang single parents.

Alasan oche bekerja adalah ia sudah tak mau membuat ibunya sendiri susah walaupun ia tau bahwa mamanya tidak pernah mengetahui bahwa dirinya selama ini selalu bekerja part time.

Uang yang selalu di beri oleh Fina selalu oche simpan di buku tabungannya sedari dia menginjak kelas 2 SMP.

Perlahan mulai terlelap oche mulai terlelap hingga rasa kantuk menyerangnya.