webnovel

Obsessed With You

Ini cerita tentang cinta, dalam bentuk apapun cinta bisa terjadi terhadap siapapun, Cerita tentang cinta universal tanpa batas maupun Gender.

Sweet_SourKiwi · LGBT+
Not enough ratings
23 Chs

Makan Malam

-----------------

Menjelang sore dan toko bunga kembali ramai oleh pelanggan yang terus berdatangan, baru menjelang tutup toko Yu dan lainnya kembali disibukkan oleh pengiriman bunga pesanan yang tiba beberapa waktu lalu.

SuYang baru saja meletakkan sebuah box kayu besar berisi bunga segar pesanan toko tak jauh di depan Yu dan kembali menuju ke mobil pengirim untuk mengambil yang lainnya.

"Yu ini tolong dilihat isinya"

"Iyah kak Su!" seru Yu mendekati kotak kayu berukuran sedang dan melihat isi surat jalannya, ia sangat serius melihat isi kotak dan mencocokkan dengan surat jalannya hingga tak menyadari seseorang sudah berdiri di depannya, menyodorkan setangkai bunga ke depan wajah Yu. Perlahan pemuda itu mengangkat wajahnya, sekilas musik romantis yang kini tengah berputar di toko seakan sangat cocok dengan adegan saat itu.

"When I look at you face even flowers envy for your beautiful smile"

Ternyata Hua sudah berdiri di depan Yu dengan setangkai bunga mawar kuning di tangannya, tapi.

"Dari mana kakak mengambil bunga itu?" seru Yu segera mengambil mawar kuning dari tangan Hua, kontan ia merintih karena duri dari tangkai bunga yang belum di potong.

"Akh"

Hua segera meraih tangan Yu dan menghisap darah yang keluar dari telunjuknya, Yu sampai tertegun dan tak bisa banyak bergerak di tempatnya.

SuYang yang memegang kotak kayu di tangannya mengurungkan niatnya untuk mendekat, bisa-bisa kepalanya dipenggal Hua yang galaknya minta ampun, Fai menarik tangan SuYang.

"Sini letakkan saja di sana dulu"

SuYang menurut saja saat tangan Fai menariknya ke sudut toko lain.

Sementara Yu yang terpana segera cepat menyadarkan dirinya.

"Kak Hua! Kenapa sudah ada di sini? Lalu bunga itu dapat dari mana mawar kuning itu sedang langka kak kita tidak boleh membuang-buangnya" seru Yu menurunkan tubuhnya memungut setangkai mawar kuning yang kini tergeletak di lantai.

"Tempo hari universitas di tengah kota memesan banyak mawar ini hingga kita harus mengumpulkannya dalam waktu dekat, ini untuk acara kelulusan mereka akhir pekan, kakak dapat dari mana? Dari depan yah?"

Yu terus bicara dan tidak membiarkan Hua menjelaskan satu patah katapun, hingga saat Yu berdiri dan melirik ke arah pintu, ia terdiam dengan mata bersinar-sinar hampir saja meloncat kalau Hua tidak menahan tangannya.

"Wah kak, ini banyak sekali, kak Fai!" seru Yu melihat rangkaian bunga mawar kuning yang sangat indah dalam sebuah ember cukup besar di atas bak sebuah mobil pick up yang sudah diparkir di depan toko.

Fai mengangguk, ia menutup mulutnya sangat terkejut melihat banyaknya bunga yang sejak beberapa hari lalu coba dipesannya, tanpa pikir panjang ia dan SuYang menghampirinya.

Yu menoleh pada Hua dan tersenyum lebar padanya, pria itu seperti biasa hanya bersikap diam tanpa ekspresi berlebihan di wajahnya, hingga tak menyadari kalau Yu akan berjinjit dan mengecup pipinya.

"Terima kasih kak, kakak Hua tahu saja kita sedang mencarinya"

Hua sebenarnya sangat senang bukan main tapi dasar ia tidak bisa mengekspresikan dirinya saja.

"Ehem, itu, kakak bertanya pada Fai apa bunga yang sedang kau sukai saat ini, em, karena acaranya akhir pekan ini untuk saat ini kakak hanya memesannya satu ember dan supaya sisanya tetap segar akan datang sebelum akhir pekan, lima ember besar cukup khan"

Yu melingkarkan tangannya ke pinggang Hua.

"He cukup kak"

Hua meraih tangan Yu dan menggandengnya.

"Kalau begitu ayo, kau sudah makan belum, kakak sudah lapar nih"

Yu menarik tangannya, ia gagap.

"Emm belum sih kak, tapi, emm Yu sudah janji dengan kak Su akan makan bersamanya dan teman-teman kampusnya, mereka mengundang Yu makan bersama kak, em kakak, ikut saja yah"

Hua melirik SuYang, entah kenapa Su yang sedang berusaha menurunkan ember besar berisi mawar kuning itu sadar akan tatapan tajam dari Hua terhadapnya, bulu lehernya berdiri seakan merasakan hawa pembunuh dari jarak jauh.

"Ich"

Hua tidak melepaskan pegangannya pada Yu, ia mencubit hidung Yu gemas.

"Kau ini"

"Kakak sakit" rintih Yu.

"Kakak sudah pergi selama seminggu kenapa saat pulang Yu malah makan dengan orang lain, tidak boleh, pokoknya Yu harus menemani kakak makan, siapa yang boleh mengundang Yu tanpa persetujuan BaiHua"

"Tapi kak mereka sudah meminta Yu ikut sejak beberapa hari lalu, tapi karena toko ramai dan tutupnya malam makanya tidak bisa, sekali saja kak, ayo kakak ikut yah, ayo kak Hua" rajuk Yu.

SuYang berusaha tidak menemukan sorot mata tajam Hua padanya, ia dibantu oleh petugas mengangkat ember berisi bunga itu melewati Hua tanpa sedikitpun menoleh.

---------------

Di salah satu restoran hotpot di tengah kota.

Duduk di meja dengan kursi enam orang, di antaranya SuYang dan dua teman kampusnya, juga ada Yu dan Hua yang duduk dengan sangat keren di samping Yu, ia orang kaya, orang kaya mana pernah ke restoran hotpot ramai seperti ini, sungguh bukan levelnya, kalau bukan karena Yu mana mungkin ia membiarkan celananya yang sangat bersih ternoda saat menduduki kursi plastik restoran hotpot, ia bahkan tidak berani menyentuh meja yang sepertinya kurang bersih menurutnya.

Sementara Yu sudah memasukkan beberapa daging untuk di panggang di depannya dan juga sayur untuk direbus di samping pangganggan dengan wajah berseri-seri, dua sabahat dekat SuYang beberapa kali menyenggol lengan Yu bergurau bersamanya.

"Yu kau ini sibuk sekali, beberapa kali kami minta SuYang ini mengundangmu tapi kau selalu tidak bisa" seru Pao, seorang pemuda berkacamata dengan wajah cukup menarik dan senyum lebar yang tidak berhenti sejak tadi melihat Yu dan SuYang mendekat, temannya satu lagi TuWai langsung menyambung.

"Iyah nich, SuYang ini pelit sekali, tidak mau berbagi Yu bersama kami nih"

SuYang menundukkan kepalanya, ia sudah beberapa kali memberi kode pada dua temannya agar jangan bergurau seperti itu pada Yu karena ada harimau yang siap menerkam di sampingnya, tapi keduanya sepertinya tidak cukup pintar untuk mengerti kode dari SuYang.

Beberepa kali mata Hua melotot melihat dua pemuda itu sesekali menyenggol lengan Yu hingga memegangnya.

"Ehemm!" suaranya diperkeras, Yu menyadari hal itu tapi acuhkan saja, orang tua ini selalu mengawasinya tanpa henti.

"Ayo ayo dimakan, ini sudah matang nich" seru Yu.

Pao membuka mulutnya lebar.

"Aah Yu suapin donk"

Yu melirik Hua yang sepertinya tengah menahan emosi hingga wajahnya merah, apa karena ia duduk terlalu dekat dengan hotpot hingga wajahnya merah, itu bisa juga. Ia baru akan menyodorkan sumpit ke depan Pao saat tangan Hua memegang tangannya.

"Yu berikan padaku, aku lapar"

Yu tersenyum, padahal tuan muda itu tadinya bilang tidak akan sedikitpun menyentuh makanan rakyat jelata itu, tapi kini ia malah menahan tangannya.

"Mau kak? Tadi katanya tidak mau?"

"Cepat aku lapar"

Pao dan TuWai saling berpandangan, kaki SuYang menginjak kaki Pao hingga ia merintih.

"Kalian ini sejak tadi diberi kode tidak mengerti yah, itu pacarnya Yu kalian cari mati yah?" bisik SuYang. TuWai menggaruk kepalanya, sejak awal memang sudah aneh melihat pria terlampau keren dengan setelan jas dan jam tangan mahal itu mau duduk di restoran seperti ini, bahkan lantainya tidak pantas diinjak oleh sepatu mahalnya, tapi, Yu memang sangat menarik.

-------------------------