webnovel

Obsesi Cinta

Ajeng Rayna, dia tidak cantik, maupun tidak jelek. Tapi mampu membuat Leo Aditya terpikat padanya. Mereka berdua saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. 'Rayna' itulah panggilan kesayangan Leo pada kekasihnya. Hari-hari selalu mereka lalui bersama dengan penuh kasih sayang. Tapi semua itu telah sirna, hubungan mereka kurang membaik karena adanya orang ketiga. Kenzo Luzier, lelaki tampan yang selalu digilai banyak wanita, pernah menyatakan perasaannya pada Ajeng, namun sayangnya Ajeng tolak karena Ajeng tak suka dengan Kenzo karena sifatnya yang playboy. Akankah Ajeng dan Leo mampu bertahan dengan hubungan mereka? Sedangkan Kenzo sangat terobsesi dengan Ajeng.

Nona_ekha12 · Urban
Not enough ratings
22 Chs

Gay

Kenzo kembali memasuki mobilnya, kemudian menarik kerah baju Aldo.

"Apa-apaan ini, kamu mau merusak moodku, heh!" bentak Kenzo.

"Ampun, Tuan. Saya tidak tahu kalau mereka ada di sini," dusta Aldo.

"Omong kosong macam apa itu, bukankah tadi kamu bilang kalau mereka sedang kencan. Mustahil kalau kamu tidak tahu tempatnya di mana," kata Kenzo dengan mata melotot.

"Sekali lagi maafkan saya, Tuan," kata Aldo lirih.

"Kamu--"

Ucapan Kenzo terputus karena ponsel Kenzo kembali berdering. Kenzo berdecak kesal, sudah dia duga pasti Mamanya yang menelpon.

"Sebentar, Ma. Tadi ada klien telpon," kata Kenzo cepat sebelum mendapatkan amukan dari sang Mama.

"Jangan banyak alasan, cepat datang kemari."

Kenzo memutar bola matanya malas, "iya," kata Kenzo ketus.

Sambungan telepon pun terputus, Kenzo kembali menatap Aldo dengan sengit.

"Urusan kita belum selesai."

Brakk!

Aldo terperanjat ketika pintu mobil itu tertutup dengan keras. Aldo mengusap dadanya.

"huft, selamat," gumam Aldo lirih.

Aldo memandang sepasang kekasih yang tengah makan sambil tersenyum, sesekali sang lelaki mendekatkan tangannya dibibir wanita itu untuk membersihkan sisa makanan. Aldo tersenyum miris.

"Mereka itu pasangan romantis, sangat disayangkan jika ada yang merusaknya. Kenapa Tuan Kenzo sangat terobsesi dengan Nona Ajeng? Padahal dia bisa saja mendapatkan wanita yang dia mau. Kenapa harus wanita yang sudah mempunyai pasangan sih," decak Aldo seraya menggelengkan kepalanya.

***

"Maaf aku terlambat," kata Kenzo sambil melirik ke arah Mama dan seorang wanita cantik dengan pakaian yang super ketat.

"Dari mana saja kamu?" tanya Rina, Mama Kenzo dengan ketus.

"Ma, tadi Kenzo udah bilang kan alasannya," jawab Kenzo malas.

"Kamu tidak lihat ada wanita cantik di depanmu, kenapa hanya Mama saja yang kamu ajak bicara."

Kenzo menatap wanita yang ada di depannya dengan malas. Sedangkan wanita itu tersenyum manis, tak lama kemudian wanita itu mengulurkan tangannya.

"Hai, aku Tiara. Kalau kamu?"

Kenzo tak membalas uluran tangan tersebut, "Kenzo," jawabnya singkat seraya melipatkan kedua tangannya didada.

Tiara kembali menarik tangannya ketika tak mendapat balasan dari Kenzo, Tiara tersenyum masam.

Mama Kenzo yang melihatnya pun menjadi tak enak hati. Dia mencubit lengan Kenzo dengan keras hingga Kenzo meringis kesakitan.

"Apaan sih, Ma," kata Kenzo.

"Kamu yang apaan, itu Tiara ngajak kamu kenalan. Kenapa kamu acuhkan saja."

"Kan tadi aku sudah kasih tahu namaku, Ma," bela Kenzo.

"Terus kenapa tidak kamu terima uluran tangannya?"

"Mama apaan sih, cuma masalah sepele aja dibesar-besarkan. Terus sekarang Kenzo harus ngapain?"

"Cuma sepele kamu bilang? Kamu--"

"Udah Tante, Tiara nggak papa kok, nggak usah ribut-ribut. Malu dilihat banyak orang," ucap Tiara menengahi perdebatan mereka berdua.

"Tuh, dia aja paham. Kenapa Mama yang emosi," dengkus Kenzo.

Rina tak menjawab, dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tingkah ketus anaknya.

"Maafin Kenzo ya, Nak. Dia memang seperti ini kelakuannya. Makanya sampai sekarang dia belum punya pacar. Mungkin karena sifatnya itu yang bikin perempuan nggak suka sama Kenzo," jelas Rina pada Tiara.

"Tidak apa-apa, Tante. Namanya juga masih tahap perkenalan. Nanti lama-lama juga terbiasa kok sama sifatnya. Iya kan, Kenzo?" tanya Tiara sambil menatap Kenzo dengan mata berbinar, jangan lupakan senyuman manis diwajahnya.

"Cih," Kenzo menatap ke samping, tak ingin bertatapan dengan Tiara.

'Cari muka,' batin Kenzo.

Lagi-lagi Tiara tersenyum masam melihat sifat dingin Kenzo.

"Ya sudah, kalau begitu kalian berdua Tante tinggal ya. Tiara nggak papa kan kalau Tante tinggal?" tanya Rina.

Rina ingin melihat Kenzo dekat dengan wanita. Sudah banyak sekali Rina menjodohkan Kenzo dengan wanita-wanita pilihannya, akan tetapi selalu saja Kenzo tolak mentah-mentah.

Rina tahu kalau selama ini Kenzo tak pernah dekat dengan wanita. Padahal dia ingin sekali melihat Kenzo segera menikah.

"Nggak papa, Tante," jawab Tiara sambil tersenyum.

"Akunya yang kenapa-napa, Ma," protes Kenzo.

Rina menatap Kenzo dengan mata melotot, Kenzo pun hanya mampu menghela napas berat.

Setelah Rina tak ada, hanya ada keheningan yang ada. Baik Tiara maupun Kenzo tak ada yang membuka suara untuk sekedar basa-basi.

"Kenzo suka makan apa? Biar aku pesankan?" tanya Tiara yang memulai obrolan mereka.

"Apa aja," jawab Kenzo singkat.

Tiara mengangguk, kemudian memanggil pelayan untuk memesan makanan mereka.

Sedangkan Kenzo, matanya hanya terfokus pada satu titik yang sudah menjadi objek indah baginya.

"Kenzo sering datang ke tempat ini ya?" tanya Tiara lagi.

"Hemm."

"Sama siapa?"

Kenzo selalu menjawab ala kadarnya saja, dia tidak terlalu mendengar celotehan Tiara. Kenzo sibuk dengan dunianya sendiri, yaitu memandangi Ajeng dari kejauhan.

'Seharusnya aku yang ada di situ,' batin Kenzo yang tengah melihat Ajeng sedang menyuapi Leo makan.

"Kenzo? Kamu nggak papa? Kenapa dari tadi kelihatannya bengong terus?"

Seketika fokus Kenzo buyar, Kenzo menatap Tiara cukup lama. Tiara menjadi salah tingkah dibuatnya. Menurut Tiara, Kenzo ini benar-benar sangat tampan, siapa saja pasti akan terpikat jika ditatap seperti itu.

"Sebenarnya apa mau kamu?" tanya Kenzo tiba-tiba.

Tiara tersentak, dia mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Maksudnya gimana ya?" tanya Tiara tak mengerti.

"Ck! Kamu disuruh Mamaku kan untuk deketin aku?" tanya Kenzo to the poin.

Tiara diam saja, dia meminum minuman itu dengan sedikit gugup.

"Aku tidak suka dengan wanita," kata Kenzo lagi.

Tiara mendongak, menatap manik mata Kenzo. Dia tak mengerti apa yang diucapkan oleh Kenzo.

"Maksud kamu apa?"

"Aku tidak suka dengan wanita. Mau itu cantik, sexy, atau apalah itu, aku tetap tidak suka."

'Hanya Ajeng,' batin Kenzo.

Tiara mencoba untuk meresapi setiap kata-kata Kenzo, seketika matanya membulat.

"Maksud kamu, kamu itu--"

"Ya, aku gay," ucap Kenzo memotong ucapan Tiara.

Tiara tersentak, seketika dia berdiri dari duduknya.

"Maaf aku harus pergi, aku lupa kalau ada janji dengan teman," kata Tiara yang kini sedang terburu-buru berjalan menjauh.

"Loh, pesanannya gimana?" tanya Kenzo pura-pura bingung.

"Buat kamu aja, nanti biar aku yang bayar semuanya. Aku duluan ya, semoga kita tidak bertemu lagi," jawab Tiara, dia berjalan dengan cepat. Bahkan berbicara dengan Kenzo saja dia enggan menatapnya, berbeda dengan waktu pertama kali dia melihat Kenzo. Awalnya dia benar-benar sangat terpesona dengan Kenzo, tapi ketika Kenzo berbicara kalau dia gay, tiba-tiba saja Tiara langsung ilfil.

"Semoga kita tidak bertemu lagi," Kenzo mengulang kata-kata itu sembari mengikuti cara bicara Tiara.

Kenzo tersenyum licik ketika melihat Tiara sudah pergi, dia menghela napas lega.

Kenzo kembali menatap di mana tempat Ajeng berada. Dia pun mendekati meja tersebut.

"Suatu kebetulan kita bertemu di sini."

Suara Kenzo mengejutkan mereka berdua yang tengah asik melahap makanannya.

"Pak Kenzo?"

Tubuh Ajeng menegang ketika nama Kenzo disebut. Dengan sedikit kaku, dia menolehkan kepalanya ke belakang. Dilihatnya Kenzo sedang tersenyum menyeringai.

"Hai."

Bersambung.