webnovel

Nyonya Jomblo Mencari Cinta

Riv belum menemukan manfaat dari berpacaran itu apa. Alasannya simpel, karena Riv sendiri belum pernah berpacaran. Belum pernah berpacaran bukan berarti hidup kamu ngenes, NO! Riv sangat bahagia dengan statusnya itu. Namun semuanya berubah, saat semua temannya sudah memiliki pacar dan sering mengejeknya. Bahkan memberikannya julukan Nyonya Jomblo. Dari sanalah petualangan Riv dimulai, Sang Nyonya Jomblo yang mencari cinta

Fara_Dita · Teen
Not enough ratings
82 Chs

Senangnya Hati Ini

Setelah makan siang, Dan dengan Kevin buru-buru kembali ke kantor. Sedangkan Riv membantu Bi Narti mencuci piring. Bintang sudah tenang menonton televisi, wajah Bintang pun berseri-seri bahagian. Mudah sekali membuatmu bahagia nak.

"Bi," panggil Riv pada Bi Narti yang masih sibuk mencuci piring di sebelahnya.

"Iya Non?" Tanya Bi Narti menghadap Riv.

Riv menghembuskan napasnya terlebih dahulu sebelum memulai pertanyaannya. Mungkin menanyakan masalah pribadi Dan kepada Bi Narti memang tidak sopan tetapi Riv benar-benar penasaran.

"Istrinya Om Dan kemana ya?" Bisik Riv pelan agar tidak ada yang mendengar.

Bi Narti tampak terkejut mendengar pertanyaan Riv yang tidak terduga. Namun Riv mengabaikan itu untuk sejenak, ia butuh jawaban sekarang ini. Bukannya mau egois atau terlalu mengurusi hidup orang lain, Riv ingin menentukan langkah apa yang akan diambilnya nanti.

Jika Dan masih mempunyai istri, Riv harus meminta maaf karena perlakuannya ke Dan tadi sudah seperti istri yang melayani suaminya.

"Nanti juga Tuan Dan cerita ke Mbak Riv. Saya gak berani jawab apa-apa," ucap Bi Narti yang tidak menjawab rasa penasaran Riv.

"Aduh, aku sama om gak sedeket itu kok Bi. Mana mungkin si om cerita masalah pribadinya ke aku," balas Riv lalu membersihkan tangannya yang penuh dengan busa sabun.

"Loh, Bibi lihatnya kok Mbak Riv sama tuan deket ya?" Tanya Bi Narti tanpa maksud apa-apa.

"Enggaklah Bi, Om Dan itu dingin banget kalau sama orang. Padahal aku baru beberapa hari kenal aja udah dibikin kesel terus," Bantah Riv. Hiih, Riv tidak mau dibilang dekat dengan Dan.

"Waktu Mbak Riv kena tonjok aja tuan khawatir banget loh," ucap Bi Narti mengingatkan Riv pada kejadian salah tonjok itu.

"Ya khawatirlah Bi, orang yang buat aku jadi kayak gitu aja dia," balas Riv. Coba kalau bukan Dan yang salah sasaran, sudah pasti Dan melirik saja tidak.

"Hahaha terserah Mbak Riv deh," tawa Bi Narti yang menular pada Riv yang akhirnya ikut tertawa.

***

"Pra, bagus yang mana ya?" Tanya Riv seraya mengangkat dua buah novel di tangannya.

"Ck gue kan gak tau sinopsisnya," jawab Pra kesal karena Riv memang tidak membacakan sinopsisnya.

Sore ini, Pra mengajak Riv pergi ke Gramedia. Karena mengajak Riv tidak gratis maka Pra membelikan Riv novel. Ada dua novel yang Riv ingin beli, tapi Pra hanya mau membelikan satu saja.

"Yang ini tuh comedy romance—" jelas Riv mengangkat novel dengan cover warna pink. "—yang ini teenlit. Jadi enak yang mana dulu ya?" Tanya Riv seraya mengangkat novel dengan cover kuning.

Pra berpikir sejenak lalu memilih novel bercover pink dengan genre romcom—romantis komedi— yang langsung Riv bawa untuk dibayar.

"Lo udah?" Tanya Riv setelah melihat buku bisnis yang Pra bawa.

"Udah. Langsung pulang habis ini?" Tanya Pra lalu mengambil buku yang Riv bawa dan mengambil buku satunya lagi yang tadi Riv tunjukkan. Riv yang melihatnya tersenyum lebar.

"Aih Praaaa, kok lo baik banget sih. Udah ganteng dermawan pula," ucap Riv dengan senyum lebar karena akhirnya kedua novel yang ia inginkan bisa dibelinya.

"Kalau kayak gini aja puji-puji. Jadi, mau makan dulu atau langsung pulang? Tanya Pra kemudian.

"Kalau bisa sih pulangnya nanti malam aja. Udah lama banget gak jalan-jalan," jawab Riv membuntuti Pra yang membayar buku di kasir.

"Ya udah tapi kabarin orang rumah dulu," perintah Pra. Bisa bahaya mengajak pergi Riv sampai malam tetapi lupa ijin.

"Ay Ay Captain Praha!" Ucap Riv lalu menyingkir untuk menelpon mamanya.

"Assalamualaikum Mamaku sayang," salam Riv dengan bersemangat.

"Waalaikumsalam, kenapa? Bahagia banget," jawab Mama Riv dari seberang sana.

"Riv minta ijin pulang malam. Ini diajak Pra jalan-jalan," ijin Riv. Jika ada nama Pra, pasti mamanya tanpa pikir panjang langsung mengijinkan.

"Oh ya udah. Jangan malam-malam tapi pulangnya. Suruh beliin makanan buat orang di rumah juga ya," pesan Mama Riv. Mama Riv memang sudah terbiasa seperti itu dengan Pra. Katanya, Pra sudah dianggap seperti anak sendiri.

"Tentu saja siap bosqueee!"

"Eh iya beliin buat Bintang juga di rumah ya," pesan Mama Riv lagi yang Riv iya kan saja.

Setalah menutup teleponnya, Riv menghampiri Pra yang sudah berdiri menunggunya. Pra hari ini terlihat tampan walaupun hanya memakai kaos.

"Titip apa Mommy?" Tanya Pra seolah hapal dengan kebiasaan Mama Riv yang sering minta dibawakan oleh-oleh.

"Biasa, makanan."

"Martabak manis lagi?" Tanya Pra karena memang keluarga Riv itu pecinta martabak manis. Mau makan martabak manis setiap hari pun tidak akan merasa eneg.

"Ya. Seperti biasa lah tapi Mama juga nyuruh beliin anak tetangga," beritahu Riv kepada Pra.

"Gampang itu mah. Ayo!" Ajak Pra lalu memberikan tangannya agar bisa digandeng Riv.

Pra dan Riv berjalan-jalan keliling kota dengan motor matic milik Pra. Sebenarnya ini permintaan Riv, Riv tidak mau naik mobil bersama Pra karena Pra memiliki jiwa pembalap. Wush wush sat set, mana Riv kuat kalau cara menyetirnya saja begitu.

Riv mencicipi segala jenis makanan kaki lima yang mereka lewati. Siapa yang membayar? Ya tentu saja Pra! Riv hanya bagian menikmati saja. Punya sahabat laki-laki yang royal itu benar-benar mengasyikkan.

"Mas, martabak manis red velvet spesial tiga terus martabak manis black sweet spesialnya juga dua ya," ucap Pra kepada penjual martabak favorit keluarga Riv dan keluarga Pra.

"Anaknya tetangga lo makan satu loyang martabak manis cukup kan?" Tanya Pra yang diangguki oleh Riv.

"Udah puas nguras dompet gue?" Pra menaikkan sebelah alisnya saat bertanya, tandanya Pra sedang mengusili Riv jadi Riv tidak ambil hati.

"Sebenernya sih belum tapi gue udah kenyang plus udah malam banget, tapi kalau lo mau beliin gue drawstring yang kemarin gambarnya gue kirimin ke elo sih no problem," ujar Riv cengengesan.

Pra menyentil dahi Riv kemudian menadahkan tangannya. Riv bersorak dalam hati karena jika sudah begini pasti Pra akan membelikannya. Riv menyerahkan handphonenya lalu Pra membelikan Riv tas melalui handphone Riv dengan uang Pra.

"Baik banget deh sahabat gue satu ini. Tambah baik kalau gak bilangin ke Mama," kata Riv masih dengan cengengesan. Sedangkan Pra hanya mendengus.

***

"Mau langsung masuk?" Tanya Pra setelah sampai di depan rumah Riv.

"Nanti, mau ngasih ini dulu ke Be. Daripada bolak-balik mending sekarang aja,"

"Mau gue tungguin di sini?"

"Gak usah. Udah malem nih, pulang aja."

"Beneran?"

"Elah, cuma berapa langkah doang dari rumah."

"Ya udah gue duluan."

"Iya. Hati-hati dijalan, jangan ngebut, berdoa sama Allah biar dilindungi juga jangan ngelamun kalau di jalan," nasihat Riv yang hanya diangguki Pra.

"Jawab Pra!" Kesal Riv karena Pra hanya mengangguk.

"Iya iya bawel deh,"

"Oh iya, makasih buat malem ini. Gue seneng deh," ujar Riv seraya tersenyum lebar. Selain kenyang Riv juga dapat tas yang sudah lama ia incar, hati perempuan mana yang tidak senang coba. Muehehehehehe.

"Sama-sama. Sana keburu malam!" Usir Pra mengkibas-kibaskan tangannya.

"Seharusnya lo yang cepetan. Keburu malam!"

"Bawel," Para langsung menyalakan motonya dan meninggalkan Riv.

Riv tertawa terbahak-bahak karena Pra seperti kesal. Riv meredakan tawanya dulu sebelum melangkah ke rumah Dan. Namun baru saja Riv membalikkan tubuhnya ke arah rumah Dan, Dan sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang sangat dingin. Hiuw, uji nyali lagi deh Riv ini.

TBC