"Udah deh Om pulang aja sana,"
Usir Riv kepada Dan, lagipula masalah sudah beres sekarang. Ia bisa pergi ke acara bersama Pra tanpa merepotkan Dan lebih lanjut.
Dan tidak berkata apa-apa, tidak juga meminta uang ganti bensin —Dan kan kaya jadi segitu mah gampang kali ya— padahal jika itu Riv, pasti sudah meminta ganti mau berapa kecil pun nominalnya.
Dan memandang Pra dan Riv secara bergantian lalu pergi menuju mobilnya dan melajukannya kencang. Sedangkan Riv sekarang sudah berkacak pinggang, memandang Pra dengan kesal.
"Heran deh gue sama lo. Gak biasanya cari-cari masalah kayak gini. Mau dianterin kek dibeliin bensin kek apa kek tetep sama aja kali, malah enak dong lo jadi gak usah beli bensin lagi," ucap Riv masih berkacak pinggang. Heran deh.
"Yee, gue enggak cari masalah ya. Gue kan minta dianterin bukan dibeliin bensin," bela Pra tidak masuk akal.
"Gue tanya deh Pra, bedanya apa coba? Mana yang lebih menguntungkan?" Tanya Riv dengan kesal. Pra memang sepertinya kurang minum air putih makanya ngaco.
"Gue jelasin juga lo gak bakal paham," balas Pra lalu masuk ke dalam mobil meninggalkan Riv.
"Dasar gak jelas," maki Riv dengan kesal, tanpa aba-aba menutup pintu mobil dengan keras.
"Kalau sampai rusak gue suruh ganti rugi," peringat Pra dengan lengkap.
Riv menendang-nendang pintu mobil dengan kesal, jika dirinya kesal maka Pra juga harus ikut kesal. Biar satu sama.
Riv melirik Pra yang hanya diam saja fokus kearah depan, sepertinya memang Pra kesal. Salah Pra sendiri membuat dirinya kesal, jadi jika Riv balas dendam sah sah saja.
Keadaan mobil sungguh hening, Riv menyesal berangkat bersama Pra. Lebih baik dengan keluarganya saja tadi, lebih nikmat. Tapi nasi sudah jadi bubur, Riv juga jadi menyesal karena membuat Pra diam saja tapi biarkan saja lah paling nanti Pra sudah tidak kesal lagi.
Setelah sampai di rumah Pra, Riv ditinggalkan begitu saja sedangkan Pra sudah masuk terlebih dahulu. Sementara Riv berusaha mencari keberadaan kedua orang tua dan kakaknya, setelah menemukan Riv cepat-cepat menghampiri mereka bertiga.
"Kok lama banget sih?" Pertanyaan Mama Riv bahkan sebelum Riv mendudukkan dirinya.
"Bensin Pra habis di tengah jalan," Riv hanya menjelaskan begitu saja tanpa menceritakan perihal Pra dan Dan yang hampir baku hantam.
"Kok bisa habis?" Kini gantian Samudera yang bertanya.
"Ya mana Riv tau sih. Biasanya juga dia pakai motor, belum dicek kali," jelas Riv dengan sabar lalu Riv menumbukkan pandangannya pada Pra yang berbicara dengan kedua orang tuanya.
"Udah ke orang tuanya Pra ya?" Tanya Riv pada keluarganya yang hanya dijawab dengan anggukan.
Riv menghela napasnya, mending ke orang tua Pra nanti saja daripada sekarang dengan keadaan Pra yang masih kesal dengan Riv begitupula dengan sebaliknya. Saat Pra sudah pergi, Riv akan segera ke sana.
Namun sudah sepuluh menit lebih Pra tidak juga beranjak dari sisi kedua orang tuanya sedangkan mama dan papa Riv sudah menyuruh Riv untuk kesana. Maka dengan terpaksa, Riv menghampiri kedua orang tua Pra.
"Riv, sini!" Panggil Mawar —Mama Pra— setelah melihat Riv yang berjalan kearahnya.
"Happy anniversary Bunda yang cantik," ucap Riv lalu memeluk Mama Pra dengan hangat.
"Makasih sayang," balas Bunda Mawar lalu menguraikan pelukan dan menarik hidung Riv, biar tambah mancung katanya, hehehehe.
"Happy anniversary Ayah," kini giliran Ayah Roma —nama ayah Pra— tetapi Riv hanya menyalami tangan Ayah Roma saja. Wajah Ayah Roma ini masih sangat tampan cocok sekali dengan Bunda Mawar.
"Makasih ya," Ayah Roma menepuk kecil kepala Riv.
"Pra, ajak Riv keliling dong biar gak bosen," perintah Bunda Mawar pada Pra yang hanya diam saja.
"Aduh, gak usah Bun. Lagian Riv mau sama Mama aja," tolak Riv dengan halus karena Pra juga hanya diam saja. Tidak menolak maupun tidak menerima.
"Gak papa Riv, mama kamu juga pasti sibuk sendiri. Tuh lihat, udah ketemu temen-temen lamanya," tunjuk Bunda Mawar pada Mama Riv yang memang sekarang sedang berbincang-bincang begitu pula dengan papa dan kakaknya.
"Masih mau di sana?" Tanya Bunda Mawar dengan senyum geli. Tentu saja Bunda Mawar tahu, jika dirinya di sana maka Riv akan dijadikan sasaran gosip mamanya. Riv tidak mau dong.
"Udah sana sama Pra aja," ujar Bunda Mawar sambil mendorong pelan Riv kearah Pra.
"Ayo!" Ucap Pra lalu meninggalkan Riv. Riv menggerutu namun tetap mengikuti Pra dari belakang.
Pesta diadakan di rumah Pra. Rumah Pra memang sangat luas tentu saja cukup untuk menampung tamu undangan Bunda Mawar. Banyak makanan yang disediakan pula dan sebagian adalah makanan favorit Riv.
"Mau makan?" Tanya Pra namun raut wajahnya masih datar, seperti Dan saja—eh, Riv kok malah membandingkan Pra dengan Dan sih.
"Boleh."
"Duduk sana!"
Riv menuruti Pra lalu duduk di kursi yang telah disediakan, sementara Pra mengambilkannya makanan. Tanpa bertanya, Pra sudah tahu apa makanan kesukaannya. So sweet.
Setelah mengambilkan makanan pada Riv, Pra duduk di sebelah Riv. Pra tidak mengambil makanan untuk dirinya, hanya Riv yang diambilkan. Riv tidak bertanya karena dirinya masih gengsi.
"Makan yang banyak,"
Riv kaget saat mendapatkan elusan di kepala oleh Pra. Riv tersenyum, Pra-nya sudah kembali bersikap lembut. Pra juga ikut tersenyum, manis sekali, Riv suka.
Enak juga menyebut Pra dengan penambahan kata '-nya'. Riv seperti menyebut pacar saja. Mhuehehe.
"Udah gak pernah sakit?" Tanya Pra secara tersirat namun Riv tentu tahu apa yang dimaksud Pra.
"Udah kok. Udah lama malahan," jawab Riv dengan santai, mulutnya masih mengunyah makanan.
"Riv," panggil Pra.
Riv memandangi Pra yang tampak sangat serius lalu bertanya, "Apa?"
"Enggak jadi deh," balas Pra setelah terdiam lima detik.
Riv mengerutkan keningnya dengan bingung. Apa mungkin Pra mau menembaknya di sini? Aduh, Riv tidak siap dong.
"Jangan mikir yang aneh-aneh," kata Pra seolah tahu pemikiran aneh apa yang tadi nangkring di kepalanya.
"Enggak kok," ucap Riv sambil cengengesan.
"Makan!"
"Siap Bossquee"
TBC
Jadi, kalian tim Pra atau tim Dan nih?