webnovel

Retakan

Hari semakin senja. Entah sudah sejauh apa mereka berlari. Sebuah lobang besar di dinding tebing membentuk sebuah goa besar Mereka masuk kedalam sebuah gua besa itu, berharap bisa sementara sembunyi dari mahluk itu. Dia dua kali lebih besar dari yang sebelumnya.

"Hei bocah, bukankah kau yang mengendalikan mahluk itu, apa kau berencana untuk bunuh diri ha?" Boris sudah berada di puncak amarahnya.

Bayu "Setelah semua ini kau masih tidak mengerti?, itu karena bukan dia yang memanggil mahluk mahluk itu."

"cepat serahkan benda itu. Aku tidak akan mengganggumu jika kau menyerahkannya."

"Tidak akan pernah."

"Baik, kalau begitu biar aku bawa kau Kepada pamanku."

"Boris kau keterlaluan."

"Memang sudah seharusnya seperti itu"

Mahluk itu kini memasuki goa. Semua baru saja merasa aman. Kini semua Orang terkejut dengan satu cambukan yang bisa membelah tanah. Mahluk itu kini berada di mulut goa.

Boris memerintahkan untuk menyerang.

Tapi itu percuma saja. Mereka adalah prajurit tunas, mereka belum cukup latihan untuk mengalahkan mahluk seperti itu.

Perlahan satu persatu prajurit itu dilahapnya. Semua orang ketakutan hingga terus mundur. Mereka terpojok.

Mahluk itu setengah menutupi mulut goa. saking besarnya

"Bayu kita harus menjauh dari mahluk itu. Kita tidak memiliki apapun untuk melawan" Ujar Haris

Nurmala terus di papah mundur memasuki goa. Semakin dalam semakin gelap. Sementara Para prajurit itu masih berhadapan dengan mahluk itu.

Haris menyalakan sebuah obor, yang tergeletak disana

Dan beberapa prajurit juga menyalakan sebuah obor. Mereka memutuskan untuk masuk kedalam goa hingga situasi aman. Mahluk itu terlalu besar untuk memasuki mulut goa yang semakin kecil.

"aneh" ujar Bayu.

"Dia tidak bisa masuk padahal sifat tubuh nya seperti air. Seharusnya dia bisa dengan mudah mengubah bentuk tubuhnya."

Dhika "Mungkin karena sudah memakan korban."

Bayu "Benar juga, dia bisa berubah menjadi manusia yang di makannya."

Nurmala "itu jauh lebih berbahaya. Kita harus cepat pergi dari sini."

Tidak ada tanda mahluk itu memasuki goa namun. Kemudian seseorang datang dari mulut goa. Orang itu perlahan muncul, matanya merah, kulitnya hitam. Itu orang yang tadi di lahapnya.

Dia datang seketika menyerang beberapa prajurit itu. Dengan tangan kosong.

Mahluk itu melipat gandakan kekuatan orang yg di lahapnya.

Nurmala "Bayu lakukan sesuatu. Mereka bisa mati."

Bayu mengambil pedang yang sedari tadi di pegang Haris. Memusatkan kosentrasinya.

Semburat cahaya berkumpul pada pedang yang di pegangnya. Seketika itu juga ia berlari mengayunkannya ke arah mahluk itu.

"penggal" teriak Nurmala.

Bayu seketika mengayunkannya ke leher mahluk itu. Seketika itu pula kepalanya terjatuh, lepas dari tubuhnnya

Semua orang akhirnya bisa bernafas lega setidaknya untuk beberapa saat. Prajurit yang dimiliki Boris kini hanya kurang dari duapuluh orang.

Ini kesempatan Bagi Boris ketika mahluk itu sudah mati. Kini gilirannya melakukan kewajibannya. Boris memerintahkan dua anak buahnya untuk membawa Nurmala kehadapannya.

Bayu baru saja selesai memberikan obat yang di bawanya. Setidaknya itu bisa membantunya untuk segera pulih dari kelumpuhan efek dari racun.

Tapi Prajurit itu membawanya paksa. Bahkan Prajurit lain menghadang Bayu dan Dhika di tempatnya. Tidak ada yang bisa mereka lakukan.

Boris "Geledah dia"

Bayu "Boris kau keterlaluan"

Boris. "Kenapa? Kau keberatan? Keberatan dengan giok itu atau keberatan karena dia di geledah?"

Semua orang tau mereka dekat dengan Nurmala. Dan Nurmala adalah perempuan. Sementara semua orang disana adalah laki laki. Penggeledahan berarti beberapa orang akan meraba setiap tubuhnya memastikan tidak ada suatu benda yang di sembunyikan.

Prajurit itu sangat kasar. Nurmala tidak terima dengan perlakuan seperti ini. Bahkan ketika peristiwa herbal racun itu, dia merasa terhina. Meski yang menggledahnya waktu itu adalah pelayan perempuan. Namun saat ini.....

Bayu berontak ingin menghampiri namun tiada daya. Ketika pakaian Nurmala hampir saja terbuka karena penggeldahan itu.

Sesuatu terjatuh dari baju Nurmala. Sesuatu terbungkus dengan kain. Kantung kecil biasa dipakai untuk uang atau semacamnya. Namun dari suaranya itu jelas bukan lah uang. Boris mengambil kantung itu. Sesuatu mengejutkannya. Sebuah giok berwarna hijau berukir bulan dan matahari. Nampak cantik dan berkilau. Boris mengambil secarik kertas dari bajunya. Mengamatinya, memastikannya bahwa benda itulah yang dia cari. Dia tersenyum dan memasukan keduanya kedalam kantung bajunya lagi.

"Ternyata sangat mudah. Kali ini apa yang harus ku lakukan?... Ah. Aku harus membunuhmu"

Boris mengeluarkan pedangnya dari sarungnya.

Bayu "Boris apa yang kau lakukan."

Dhika menyerang penjaga yang menahannya. Dan bergegas berlari menuju Nurmala. Boris sudah mengacungkan pedangnya.

Dhika lagi lagi terhalang oleh prajurit lainya.

Tiba tiba tanah bergetar. Gemuruhnya mengisi seluruh sudut goa. Seakan hendak runtuh.

Boris berteriak"semua keluar dari goa"

Merekapun berlari menuju mulut goa.

Namun sesuatu terjadi. Kejadian itu begitu cepat. Tanah bergetar hebat. Retakan mulai terbentuk. Saat itu juga tanah ambruk turun jauh ke dalam goa. Mulut goa pun setengah runtuh. Boris dan pasukannya yang sudah berada diluar goa pun langsung bertindak cepat.

"Ledakan goa nya kita hanya perlu menunggu gadis itu untuk mati."

Beberapa orang prajurit yang membawa bahan peledak segera menuruti perintahnya.

Goa itu pun hancur. Tidak ada jalan untuk masuk ataupun keluar.

----

Nurmala tau hari seperti ini akan tiba, ketua memerintahkannya untuk menunggu, jangan melakukan apapun jika mereka tidak menyerang, biarkan mereka tersesat di dalam hutan dan kembali dengan tngn kosong. Amati saja dari kejauhan dan jangan tunjukan diri sama sekali.

Perintah ketua pasti ada alasanya. Prinsip ini memang sudah ada sejak dulu, tapi meski begitu tetap saja bandit gunung selalu di kambing hitamkan. Seperti halnya pembantaian keluarga Nurmala. Semua orang mengira ulah bandit gunung. Tapi nyatanya adalah mereka justru berniat menolong.

Saat itu monster parasit itu muncul ketika pemburu datang ke kediaman kake Sapta, pemburu itu beberapa tewas dilahap mahluk itu, kekacauan sudah terjadi, pemburu itu melukai semua orang, bandit gunung berada tidak jauh dari sana, tapi mereka terlambat, keluarga Nurmala sudah habis, dan mahluk itu sudah melahap pemburu itu. Bandit gunung hanya di perintahkan ketua mereka untuk membunuh mahluk parasit saja dan yang lainnya di biarkan saja. Karena memang bukan urusan mereka. Mereka akan menolong jika memang perlu. Tapi saat itu semua sudah terlambat. Pada akhirnya rumor salah tetap beredar luas.

Saat itu pun Nurmala tidak langsung menyimpulkan bahwa bandit gunung lah pelakunya meski anak panah mereka menjadi bukti kesalahan. Tiada dendam di hati Nurmala hingga mengetahui kebenarannya. Kini semua sudah terungkap. Bahkan bandit gununglah yang kini menampung hidupnya. Bahkan mereka melatih Nurmala untuk menjadi lebih kuat lagi.

Sebagai balasan kebaikan mereka. Kini Nurmala akan melindungi mereka. Orang orang yang penting baginya, keluarga baru nya.

Sebagai pimpinan pajurit bandit gunung, dia tidak boleh bertindak gegabah. Ketua tau semua rahasianya, dan ketua tau masalalunya. Bahkan ketua tau Nurmala berasal bukan dari jaman ini.

Kini Nurmala adalah seorang Bassura terhebat dari semua anggota basura bandit gunung. Dia bahkan bisa menggunakan energinya menjadi senjata. Tingkatan itu tidak mudah dicapai bagi seusianya. Namun ketua tidak sembarangan menjadikannya pemimpin. Pola pikir Nirmala yang cerdas dan dewasa membuatnya lebih unggul. Tentu saja di sana Nurmala dianggap berusia 18th sedangkan di dunianya Nurmala adalah seorang karyawan juga seorang mahasiswa berusia 22th. Serta ilmu pengetahuan yang dibawanya dari masa depan menjadikannya menjadi seorang yang mengetahui banyak hal.