webnovel

Hukuman

Dibawah pohon dipinggir sungai. Dermaga kecil terbuat dari kayu dan bambu, terdapat rakit ber atap jerami. Nurmala duduk di ujung dermaga itu. Mengayun ayun kakinya membuat cipratan air. Melemparkan secubit makannya ke dalam air. Tertawa tawa melihat ikan yang bersahutan memakan makanan itu. Dia berbicara dengan ikan ikan seolah mereka bisa mendengarkan. Sesekali menyapa burung burung yang bernyanyi entah dimana. Kupu kupu berwarna biru hinggap di keningnya.

"Wah... kau menyukai ku?"

"Hehe terimakasih, kurasa ikan ikan juga menyukaiku"

"Kau dengar? burung pun bernyanyi untuku."

Kupu kupu itu mengepakan sayapnya dan terbang.

"Hei kenapa kau pergi, kau bosan dengan ocehanku?"

Nurmala melihat Haris yang memapah Bayu menghampirinya. "Bayu?"

Mereka bertiga kini duduk berdampingan bersama di dermaga.

Nurmala "kau sudah baikan?Bagaimana perasaanmu?"

Bayu "aku baik baik aja. Kakimu sudah sembuh?"

Nurmala "lukanya sudah tertutup aku sudah tidak perlu balutan lagi. Lagipula ini sudah lama. Seharusnya sembuh lebih cepat"

Bayu "baru kemarin mana bisa langsung sembuh dengan cepat."

Nurmala "Haris, kau tidak memberitahunya?"

Bayu "apa?"

Haris "kau tidak sadar selama lebih dari dua minggu"

Bayu "selama itu?"

Nurmala "tapi aku senang kau baik baik saja. Oh. Aku akan pergi malam ini. Aku tidak ingin berlama berada disini. Lagipula kau sudah sadar."

Bayu "pergi? Kemana? Kembali ke gunung?"

Nurmala tersenyum. "Menurutmu kemana aku harus pergi."

Bayu "haruskah malam ini?"

Haris "jangan mencegahnya lagi. dia ingin pergi sejak pertama datang kesini. Kau harus menghargai keputusannya."

Bayu "ya baiklah"

Malam pun tiba. Nurmala sudah bersiap untuk pergi. Makan malam hari ini mungkin akan menjadi yang terakhir bagi Nurmala. Dia memutuskan untuk tidak kembali lagi. Tawa canda mewarnai saat makan malam.

Rindah "Galih sedang bersama Susi di Rumah Ibu. Besok baru aku jemput. Ibu senang galih bisa menginap disana."

Tuan Wijaya "aku senang mendengarkan."

Nurmala "paman, Bibi, terimakasih atas makan malamnya. Aku tidak akan melupakan ini."

Haris hanya diam dia masih menyimpan benci dihatinya.

Bayu "berkunjunglah sesekali"

Nurmala mengangguk tersenyum.

Keributan terdengar dari arah gerbang. Boris memaksa masuk. Mendobrak gerbang. Memukuli penjaga. Bahkan menebas langsung pedangnya. Lalu berteriak.

"Atas perintah dari Mandalika. Keluarga ini akan di musnahkan dari daftar kependudukan sebagai hukuman atas penghianatan kepada Mandalika Wilis."

Tuan Wijaya datang dan mendengar itu "apa yang kau bicarakan"

Boris "seperti yang anda dengar"

Tuan Wijaya "apa kesalahan kami?"

Boris "jangan pura pura tau tuan. Kedua putramu selalu menghalang halangi kami untuk membasmi moster di goa itu, juga memprovokasi prajuritku hingga mereka tertipu dengan ucapannya. Tentu saja ini hukuman yang setimpal"

Cerita yang dia dengar tentu berbeda dengan apa yang dikatakan Boris. Tuan Wijaya lebih mempercayai putra putranya. Apalagi tuan Wilis memang semakin semena mena.

Boris "Bunuh semua yang ada di kediaman ini. Terutama keturunan keluarga Wijaya"

Rindah yang mendengar itu pun panik. Dia kembali masuk ke ruang makan.

"Boris datang untuk membunuh kita semua. Kalian pergilah dari sini."

Haris "apa....? Tidak tidak. Kita bisa menghadapinya bersama sama"

Bayu "Bibi aku akan bantu melawan mereka. Ini semua karena salahku."

Rindah "tidak. Kalian pergilah selagi masih ada waktu. Kau tau Boris orang yang kejam sekejam Tuan Wilis. Dia tidak akan melewatkan satu orang pun. Nurmala... Aku akan anggap kau tidak pernah kesini. Bawa merka pergi darisini."

Nurmala "ini salahku. Seharusnya aku pergi sejak lama"

Rindah berteriak "kalau begitu pergilah dan jangan pernah kembali lagi. Semua ini salahmu kau tau itu.. Bayu. Kau harapan ku. Pergilah bawa Haris dari sini. Lindungilah dia."

Rindah membuka pintu rahasia di balik kamarnya. Mendorong mereka bertiga ke dalam sana. Lalu menutupnya rapat rapat. Air mata mengalir deras di pipi Rindah. setidaknya anak anak mereka bisa selamat. Meski dia tau akhir hidupnya akan berakhir disini

Haris menggedor gedor pintu yang sudah rapat itu." Tidak. Ibu, aku akan bertarung. Aku akan melawan mereka. Ibu buka pintunya. Aku akan melindungi kalian semua."

Tangis nya pecah seketika. Haris tidak ingin berpisah meskin mau mengancam keluarganya. Nurmala hanya tertunduk merasa bersalah.

Bayu "Haris ayo, kita harus segera pergi dari sini"

Haris "kau pergi saja bersamanya. Ini semua gara gara kau. Karena kau semuanya jadi seperti ini. Kau selalu mencari masalah. Aku muak dengan semua tingkahmu."

Nurmala "ini salahku." Dia berlari menyusuri lorong sempit itu. Bayu menggenggam tangan Haris menjauhi pintu. Dan berlari meninggalkan semua.

Nurmala entah kemana dia menghilang. Sementara Bayu masih berusaha untuk membawa Haris meninggalkan Rumah.

Mereka berdua berlari sekuat tenaga. Meninggalkan kediaman nya. Menyusuri sungai dan menembus hutan.

"Pergi kau dasar bodoh. Semua ini garagara kau. Gadis itu membawa sial pada kita dan kau masih saja membelanya."

Harris meracau. Memukul dan menendang Bayu. Bayu hanya diam menerima semua itu. Dia tau Haris hanya ingin menumpahkan perasaannya. Bayu pun sedih. Dia bahkan teringat ketika Nurmala kehilangan keluarganya. Pastilah sesakit yang dia rasakan ini.

Mereka berencana akan kembali saat tengah malam.

Nurmala menghilang dari pandangan Bayu dan Haris. Dia berlari memutar. Kembali ke kediaman Wijaya. Dia mengambil Busur dari seseorang yang tergeletak. Melompat ke atas atap. Dan menembakan panah panah itu ke arah prajurit parajurit. Boris menyadarinya. Dan merebut panah dari prajurit disampingnya dia tembakan anak panah itu mengenai Nurmala. Dia berhasil menghindar. Melompat turun dan kembali menembakan panahnya hingga habis.

Mereka terlalu banyak.

Semua anggota Wijaya bertarung melawan prajurit Wilis. Tapi apa daya. Mereka tidak siap. Tidak ada yang siap menghadapi serangan mendadak.

Nurmala mencoba melindungi Tuan Wijaya dan istrinya. Dia raih pedang entah dari mana.

Tuan Wijaya "kenapa kembali?. Pergi dari sini!!"

Nurmala "tidak. Aku tidak ingin seseorang bernasib sama sepertiku. Aku tidak ingin satu keluarga bernasib sama seperti keluargaku"

Rindah "pergi. Tetap lah hidup. Lindungilah anak anaku. Itu bayaran atas kesalahanmu."

Boris berlari mendekati Nurmala mengayunkan pedangnya. Nurmala tidak siap. Dia tidak sempat mengindar.

Tuan Wijaya "Nurmala awas!!"

Trang!!! Sesuatu menahannya. Menahan serangan Boris terhadap Nurmala. Jaka menghadang serangan itu enatah dari mana dia datang. Tapi tuan Wijaya menjadi lengah karenanya. Satu tebasan melukai punggungnya.

Berderai air mata Nurmala melihat itu. Rindah tertegun melihat suaminya terluka. Tuan Wijaya berlutut tak berdaya. Darah segar keluar dari mulutnya. Luka nya pasti cukup dalam.

Rindah membuang pedangnya berlari menghampiri tuan Wijaya.

Dengan lirih tuan Wijaya meminta Nurmala untuk pergi. Jaka menendang Boris hingga terpental jauh. Jaka meraih Tangan Nurmala dan membawanya pergi.

Nurmala "jaka apa yang kau lakukan. Lepaskan aku. Aku harus menyelamatkan mereka."

Jaka tidak menghiraukan itu. Genggaman tangan jaka sangat kuat. Hingga Nurmala tidak bisa lepas darinya.

***

Bayu dan Haris kembali setelah beberapa jam. Bergetar hati mereka berharap semua baik baik saja. Di sebuah taman di pinggir danau. Prajurit boris menggotong mayat mayat. Menumpuknya jadi satu. Haris melihat orang yang di cintainya terbaring bersama mayat mayat itu. Mengintip dari balik pepohonan di seberang danau. Perih hati mereka melihat pemandangan mengerikan itu.

Bayu "Haris tabahkan hatimu"

Haris berlari menjauh dari tempatnya. Berlari. Terus berlari meski entah kemana dia akan pergi. Air mata seakan tak pernah berhenti lagi. Mereka orang orang yang di cintai Haris. Keluarga yang paling dia sayangi. Lagi lagi Haris menumpahkan kekesalannya pada Bayu.

"Ini semua salahmu. Semua gara gara kau"

"Kau tak pernah mendengarkan aku"

"Kau selalu bertindak semaumu"

"Lihat apa yang kau akibatkan kepada keluargaku"

"Gara gara gadis bodoh itu"

"Seharusnya aku tidak perlu menyelamatkan nya. Seharusnya aku membunuhnya sejak lama"

"Apa yang harus aku lakukan"

"Aku tidak punya seorangpun lagi"

"Pergi kau. Menjauh dariku. Pergi kau. Aku muak denganmu"

Bayu hanya diam dan menerima semua kekesalannya.