webnovel

Novel salah!!!

Ketika Dua insan sedang berpegangan tangan dan hampir mengucap janji pernikahan, Sebuah panah perak menebus jantung sang Pria. Pria itu adalah Pangeran Pavo Cristatus, Pendamping hidup bagi Puteri Arabella Muticus. Darah mengalir deras, karena panah perak menebus jantung dan membuat Pernafasan terhenti seketika. Keterkejutan dan teriakan dari banyaknya orang yang hadir, membuat Arabella seketika melemas tak berdaya. Di depannya, Pendamping hidupnya harus mati mengenaskan.. Di tengah kesedihannya karena di tinggalkan Pria yang sangat dicintai. Arabella mengambil tusuk konde yang ada di rambutnya, Lalu Menusuk tepat di jantung dan seketika darah keluar dari mulutnya. Di sisa-sisa nafas terakhir, Arabella menatap langit malam "Demi Dewa-dewi Langit, Aku Arabella Muticus. Akan terlahir kembali dan menuntaskan janji pernikahan dengan Pendamping hidupku, Pavo Cristatus!! Kuberikan darah dan jantungku sebagai persembahan!." Ketika sumpah itu terselesaikan, Nafas Arabella ikut berhenti.. Bumi bergetar hebat dan angin kencang memporak-poranda bangunan di sekitar. Semesta ikut bersedih, pada pasangan yang mati di altar pernikahan.. Dewa-Dewi mengabulkan Permintaan Arabella, Kedua Jiwa pasangan itu di tarik dengan cepat dan di simpan di dalam guci pusaka. Hingga ribuan tahun setelahnya, Ketika dunia sudah jauh lebih Modern. Dewa-Dewi melepaskan dua jiwa itu di tempat berbeda.. Seberapa jauh cinta di pisahkan, pada akhirnya mereka akan bertemu kembali.. Karena takdir dan pengorbanan, sudah menjadi tumbal bagi keberlangsungan hidup mereka.. ******** -Urban legend- -Konten Dewasa- -Romance- [Pavu Muticus] Keturunan asli dari Merak hijau. [Pavo Cristatus] Keturunan asli dari Merak putih

Diana_Yellow · Fantasy
Not enough ratings
3 Chs

Bertemu mata Hijau

-Bandara Internasional Berlin-Brandenburg.-

Arabella memakai lagi kacamata hitam dari merk {G*C*I}. Terik matahari yang tidak terlalu menyengat tetap mengganggu pandangan mata Ara, dirinya memang tidak terlalu menyukai hawa panas. Namun tidak juga menyukai hawa yang terlalu dingin, suhu harus stabil, untuk menjaga kulitnya yang sudah melakukan banyak perawatan ini.

Beberapa Pengawal bersiap di sekitarnya, salah satu petinggi perusahaan (Jerman) milik keluarga besar Caldwell datang menghampiri Ara. Senyumnya yang sopan menyambut Ara dengan penuh hormat.

Ara memperhatikan sebentar pakaian pria itu dari atas sampai bawah, Pria tampan dengan tinggi sekitar 180cm dan kulit coklat yang eksotis. Alis matanya begitu tebal dan rahangnya yang terbentuk tajam, hidung mancungnya sangat sesuai dengan bentuk wajah tampannya itu, Ara baru tau ada salah satu petinggi yang mempunyai wajah seperti Dewa. belum lagi tatapan matanya, yang bisa menjerumuskan banyak pasang mata, ke lubang khayalan terdalam.

Ara Melipat tangannya di depan dada, memperhatikan bola mata Pria itu yang berwarna hijau seperti tumbuhan.. Pria itu masih berdiri di depan Ara, tanpa berani menatap mata Ara Sama sekali.

"Siapa Namamu?." Tanya Ara pelan.

"Namaku Steve Nona." Jawabnya dengan suara serak yang tegas dan begitu berat.

Ara mengangguk sebentar, lalu mulai melangkahkan kakinya lagi untuk menaiki mobil yang sudah di siapkan.

Satu pelayan membuka pintu mobil, Ara masuk dengan gerakan anggun. tak lama, pintu mobil yang ada di depan juga terbuka dan duduklah Pria bernama Steve tadi. Dia duduk di samping supir dengan tenang tanpa menimbulkan gerakan yang berarti.

Ara diam saja, Mobil mulai meninggalkan lapangan bandara dengan kecepatan sedang. Matanya biru Ocean miliknya sudah memperhatikan setiap jalanan yang di lewati, Ara memang jarang sekali pergi ke Jerman. Dirinya di sibukkan dengan Perusahaan utama yang berada di Swiss.

Perjalanan tidak terlalu lama, Sekitar 15 menit. Ara sudah sampai di depan Hotel mewah dekat pusat kota. Pintu di sampingnya terbuka, Dirinya mulai melangkah keluar dengan pelan. Beberapa petugas dan pelayan sudah menyambut dengan hormat.

Ara hanya tersenyum kecil, Di sampingnya Steve sudah berdiri dengan tubuh tegak. membantu Ara untuk menaiki tangga menuju lobby Hotel, Ara memegang erat tangan besar yang terasa kasar sekali. Ara tidak mengerti apakah tangan Lelaki akan terasa sekasar ini? setau Ara, Pria yang sering ditemuinya tidak pernah mempunyai telapak tangan yang sangat kasar.

Namun Ara tetap diam saja, mereka menaiki tangga dengan perlahan dan hati-hati. Ara memang sedang memakai High Hells yang sangat tinggi, itu kenapa dirinya cukup kuat memegang tangan Steve.

"Selamat Datang Nona Arabella Caldwell, Mari saya antarkan anda ke Kamar yang sudah di siapkan." Salah satu manager hotel menyambut Ara dengan sopan, Ara hanya mengangguk dan mengikuti saja. Tangannya sudah terlepas dari genggaman Steve.

Steve kini ada di belakang Ara, Mereka mulai Menaiki Lift, yang akan mengantarkan Ara ke lantai kamarnya paling atas.

Mereka hanya bertiga, keheningan mulai tercipta. dua pria berada di depan Ara. Perbedaan tinggi mereka cukup signifikan, Manager ini juga sudah berumur sekitar lima puluh tahunan.

Sedangkan Steve, sepertinya masih berumur Tiga puluh tahunan. Wajahnya yang datar itu, tidak bisa membuat Ara menebak berapa umur sebenarnya.

Lift berdenting, pintu terbuka dan Manager hotel berjalan lebih dulu. Pintu besar di depan Ara langsung terbuka, ketika kartu emas di tempelkan ke arah gagang pintu.

Kamar besar yang mewah langsung terlihat, Gorden Otomasi Langsung terbuka. memperlihatkan langit sore yang sangat indah, pemandangan yang langsung menghadap ke arah gedung-gedung tinggi lainnya. membuat kesan mewah tersendiri.

"Apakah ada yang bisa saya bantu lagi Nona?." Tanah Manager hotel dengan sopan.

"Bawakan aku Jus buah Persik, Dan Beberapa Kue coklat." kata Ara.

"Baik Nona, mohon di tunggu. Saya Pamit keluar, jika anda membutuhkan hal lainnya, langsung beritahu saya." Mendengar hal itu, Ara hanya mengangguk dan mulai berjalan ke arah jendela besar di depannya.

Pintu sudah Terdengar tertutup, Tidak ada suara lagi yang terdengar oleh pendengaran Ara. Tapi Ara tau bahwa sekarang Steve tetap berdiri didepan Pintu, menunggu perintah Ara.

Ara Membiarkan saja, mata Ara tetap memandang langit. dirinya memang sangat menyukai, jika ada jendela besar dan menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada.

Matanya tampak berbinar dan menikmati setiap detik yang berlalu, tangan kecilnya menyentuh setiap rasa dingin yang di ciptakan dari kaca bening itu.

"Steve." Panggil Ara pelan.

"Iya Nona." Jawab Steve.

"Apakah kau merangkap menjadi pengawalku?." Tanya Ara bingung.

"Ya Nona." Jawaban Steve membuat Ara tanpa sadar tertawa.

"Kukira aku salah menebak, kenapa kau harus menjadi pengawalku juga? apakah kakakku yang menyuruh dirimu?.", Tanya Ara Lagi.

"Ya. Nona.." Jawab Steve.

"Oh begitu.." Ara mengangguk pelan, kemudian mulai duduk di atas sofa berwarna abu abu dan merebahkan punggungnya dengan nyaman. "Carilah tempat duduk Steve, jangan berdiri terus.. aku jadi merasa tidak nyaman melihat orang berdiri terlalu lama. Lebih tepatnya, aku tidak suka di pandangi terus menerus seperti barang yang pecah." Ara mengatakan semua itu sambil tersenyum kecil, dirinya memang tidak terlalu suka di perhatikan begini. Kakaknya pasti menyuruh banyak hal pada Steve.

"Maaf Nyonya.." Kata Steve pelan, membuat Ara menengok dan mengangkat sebelah alisnya menunggu apa yang akan dikatakan oleh Steve.

"Kenapa?." Tanya Ara pada akhirnya.

"Aku tidak bisa duduk, Bukan tugasku untuk berleha-leha." Jawaban yang terkesan datar tanpa ekspresi itu, membuat Ara mengangguk mengerti.

"Kalau begitu, bisakah kau menceritakan Beberapa hal? sesuatu yang menyenangkan mungkin, aku bosan berdiam-diam saja. Sekretarisku tidak bisa ikut, karena dia harus menggantikan aku memimpin beberapa Rapat, jadi sekarang aku tidak punya teman mengobrol." Ara berkata panjang lebar, Menunggu Steve menceritakan sesuatu yang bisa membuat mereka berdua saling mengobrol.

"Maaf Nona, Tapi perintah dari Tuan Muda Caldwell adalah tidak menerima obrolan apapun, jika itu tidak menyangkut pekerjaan dengan Nona Arabella Caldwell." Ucapan Steve membuat Ara hampir tersedak ludahnya sendiri, Apa!? kakaknya bahkan memberi peringatan seperti itu?

"memangnya kenapa kita tidak boleh mengobrol hal lain?." Tanya Ara tak terima.

"Tuan muda berkata bahwa adiknya suka meminta kencan, pada setiap lelaki yang dirasa menarik perhatiannya, dan Tuan Muda Caldwell juga berpesan padaku, untuk tidak menerima tawaran apapun dari Nona." Steve Berkata dengan tegas, tatapan matanya mengarah ke depan dan tidak menatap mata Ara sama sekali.

[Ckckckck Kakaknya sialan! Dan Steve yang terlalu kaku! padahal semua lelaki yang bertemu denganku, selalu meminta obrolan panjang, ya walaupun Ara akan mencampakkan laki-laki itu, jika Ara merasa sudah tidak tertarik].