webnovel

Berbeda

Natasya dan yang lainnya masih bercanda seperti biasa, belum ada yang berani membuka pembicaraan tentang universitas. Sebenarnya Natasya ingin membuka pembicaan terlebih dahulu tetapi ia takut jika mereka akan marah kepadanya. Hingga pada akhirnya Bagas bertanya, "Bagaimana tentang kuliah? Kalian lanjut atau stop sampai SMA saja?"

"Gue stop dulu, mau kerja terlebih dahulu biar nggak ngerepotin orangtua." Jawab Pras.

"Oke, yang lain bagaimana?" Tanya Raka Lagi.

"Aku lanjut dong Rak, tapi tidak di Sumut." Kata Sisil.

"Aku juga lanjut," Jawab Alfi.

"Aku ikut kamu Sya hanya saja kita beda jurusan." Lanjutnya.

Natasya terkejut ketika mengetahui Alfi mendaftar dikampus yang sama dengannya, ia  pikir Alfi  hanya bercanda ketika berbicara kepadanya mengenai kuliah yang ingin bersama dengannya.

Ia akui Alfi dan dirinya bagaikan sepasangan kekasih yang selalu bersama sejak kelas 2. Bahkan Natasya selalu menunggunya selesai pacaran untuk pulang bersama.

"Nat, lo kenapa melamun? Lo lagi gak enak badan? Pulang aja yuk gue antar." Tanya Alfi beruntun.

"Cie cie yang lulus SMA langsung taken." Sambung Sisil yang menggoda Alfi dan Natasya.

"Kalian berdua pacaran?" Tanya Raka dan Pras bersamaan.

"Aku pacaran sama Alfi" ucap Natasya terkejut.

"Yang ada kalau  aku pacaran sama dia bisa setiap hari bertengkar. Yang terkadang kita duduk santai seperti ini masih bisa cekcok apalagi kalau pacaran." Lanjut Natasya dengan membayangkan jika ia pacaran dengan Alfi.

"Hahaha." Tawa mereka semua.

Mereka semua tertawa atas jawaban Natasya, bahkan Raka yang jarang tertawa ikut tertawa setelah mendengar ucapan Natasya. Natasya menganggap dirinya sangat beruntung karena tidak memiliki pacar seperti Alfi, karena kalau ia dan Alfi pacaran akan selalu terjadi perang setiap harinya. Jika di suruh memilih untuk pacaran dengan salah satu temannya Natasya akan memilih Raka karena  sosok Raka dapat dibanggakan, Raka tidak hanya tampan ia juga pintar jadi tidak rugi jika bisa pacaran dengan Raka.

"Melamun aja mbak." Panggil Sisil yang membuat Natasya kaget.

"Opps atau jangan-jangan Lo beneran mau sama Alfi Sya?" sambungnya yang membuat Natasya kesal dan  langsung  pergi  meninggalkan mereka untuk memesan bakso.

Setelah memesan ia  tidak kembali ketempat semula karena ia ingin menenangkan dirinya, ia juga harus menyiapkan dirinya untuk jujur kepada teman-temannya kalau ia tidak bisa kuliah di kampus yang sama dengan mereka semua.

Natasya masih bimbang untuk jujur kepada teman-temannya, ia takut jiak temannya akan kecewa terutama Alfi dan Raka karena mereka selalu ada untuknya, bahkan ketika ia menyerah untuk tidak lanjut kuliah Alfi dan Raka selalu mendorongnya untuk membuktikan kalau ia mampu melanjutkan kuliahnya.

Ketika Natasya sedang menikmati baksonya tiba-tiba saja kursi disebelahnya ada yang menduduki. Natasya masih tidak peduli dengan seseorang yang duduk di sampingnya karena bakso yang didepannya lebih menggoda daripada pria asing di sampingnya.

"Hai.." Sapa pria yang duduk di samping Natasya.

Natasya merasa tidak nyaman ketika pria disampingnya menyapa, jujur ia tidak mengenal pria asing yang berada sampingnya tetapi ia merasa heran karena pria itu menyapanya.

Tidak lama setelah itu Ambar menghampiri Natasya yang masih menikmati baksonya, Ambar mengatakan ia akan pulang bersama Pras. Pada akhirnya Natasya akan pulang sendiri tanpa seorang  teman.

"Sya pulang bareng Gue ya!" Pinta Alfi yang menghampiri Natasya dan melihat cowok yang duduk disampingnya.

"Siapa Sya? Lo kenal sama dia?" Tanya Alfi penasaran.

"Nggak, tadi mas itu langsung duduk di  samping aku." Jawab Natasya singkat.

Natasya beranjak dari tempat duduknya dan berpamitan kepada pria asing yang duduk disampingnya. "Mas, saya duluan." Walaupun tidak mengenalnya setidaknya tata kerama yang diajarkan orangtuanya tidak boleh hilang begitu saja, dan pria asing itu tidak terlihat buruk karena sudah menyapanya terlebih dahulu.

***

Sepulangnya dari basecamp Natasya tidak langsung pulang kerumah karena ia meminta Alfi untuk mengantarkannya ke taman untuk mencari udara segar. Dari semua temannya hanya Alfi yang paham dengan sikapknya, Alfi tidak akan bertanya sampai ia yang berbicara terlebih dahulu. Jika temannya yang lain mereka akan langsung bertanya kepadanya apalagi Raka ia tidak akan tahan jika ia tidak bercerita kepadanya.

Drttt ... Drrttt.

Jujur saja Natasya sangat malas membuka pesan yang masuk karena ia tahu siapa yang mengirimkan pesan padanya  jika keadaannya seperti ini.

[Raka.

kenapa tadi nggak cerita?

Sya kok nggak di balas?

Sya lo jangan ngehindar?

Gue tau lo ada masalahkan, sini cerita sama gue.]

[Me.

Maaf tadi Aku lagi bantuin ibu jadi gak lihat handphone

Aku gak ada masalah apa-apa kok]

[Raka.

Lo bohong Sya, Gue kenal lo sejak kelas 1!]

[Me.

Aku gak bohong Rak

Please jangan panggil aku dengan sebutan Lo.]

[Raka.

Maaf Sya, aku nggak bermaksud manggil kamu dengan sebutan Lo.]

[Me.

Raka aku pamit ya dari chat kita ini.

Aku mau ngebantui ibu.

Assalamuaalaikum.]

Sudah dua hari sejak pertemuan Natasya dengan teman-temannya ia masih belum berani mengatakan yang sejujurnya kepada mereka tentang kuliahnya.

Rasa takutnya lebih besar dibandingkan rasa keberaniannya bahkan Raka dan Alfi tidak berhenti untuk mengiriminya pesan terkadang mereka berdua akan menelponnya.

"Kak kenapa?" Tanya Ayahnya yang melihat putri kecilnya hanya duduk terdiam.

"Tidak ada apa-apa Yah, Kakak hanya kepikiran tentang kuliah saja." Jawab Natasya lesuh.

"Masih nggak bisa nerima kuliah di Swasta ya kak?" Tanya Ayah memastikan.

"Bukannya Ayah melarang kakak untuk kuliah disana karena perkataan sepupu kamu. Ayah ngelarang kakak kuliah disana karena Ayah tidak ingin jauh dari kakak." Sambung Ayahnya.

"Kalau Ayah takut jauh dari kakak kan kakak bisa pulang hari Yah." Jawab Natasya dengan  memohon.

"Kakak itu nggak bisa lelah, lelah sedikit aja Asma kakak bakal kambuh. Ingat waktu SMA berapa kali kakak pingsan karena lelah?" Ucap ayahnya mengingatkan. "Setiap orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya, bukan berarti Ayah melarang itu karena nggak sayang melainkan Ayah melarang karenaa Ayah sayang  sama kamu dan nggak ingin kamu kelelahan." Jelasnya yang membuka pikiran Natasya.

Setelah menjelaskan maksud dari larangan mereka untuk kuliahnya, Ayahnya langsung meninggalkan Natasya sendiri. Karena Natasya masih tidak bisa menerima penjelasan dari orangtuanya ia segera mengambil sepeda motor miliknya dan mengendarai motor  menuju taman  yang biasanya ia  datangi.

Biasanya ia akan datang ketaman bersama Alfi atau tidak bersama dengan Raka tetapi hari ini ia hanya datang sendiri dan mengendarai motornya sendiri. Hebat bukan dirinya padahal sebelum ujian kelulusan ia mengalami kecelakaan tunggal yang mengakibatkan ia harus rawat inap selama tiga hari.

Hari ini Natasya hanya ingin mencari jalan keluar  untuk mengatakan yang sejujurnya kepada teman-temannya. Ketika ia sedang berpikir tiba-tiba saja ada yang mengganggunya.

"Permisi bolehkah saya duduk disini." Tanyanya kepada Natasya.

"Duduk tinggal duduk Mas tidak perlu izin sama saya lagipula ini taman milik pemerintah bukan milik saya." Ucap Natasya kesal.

"Saya pikir saya tidak akan bertemu dengan kamu lagi." Kata pria itu yang membuat Natasya bingung.

"Bertemu lagi? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Natasya pada pria asing di sampingnya.